Mengkisahkan Miko yang terjebak lingkaran setan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romi Bangun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARAPAN
Dilema singkat berlalu hingga tiba hari ini. Hari Senin, jadwalku ke BKK untuk tes kerja.
Pukul enam aku bangun. Mata masih sayu, badan lelah, tubuh semakin kurus. Sehari hanya makan sekali.
Beberapa menit duduk, aku kemudian berdiri, mengambil handuk, dan menuju kamar mandi.
Air kali ini terasa lebih dingin dari biasanya. Guyuran pertama membuatku menggigil, bahkan bersin.
Ditambah langit mendung. Aku berharap hujan tidak turun dulu. Repot kalau pagi-pagi sudah basah.
Persiapan singkat selesai, aku menggapai ponsel dari charger disamping kasur.
Saat ku buka, ada beberapa pesan masuk. Salah satunya dari Hendra.
"Mik, masih ada sisa saldo?"
Aku mengabaikannya. Pasti hasil patungan sore itu habis digunakannya untuk main lagi. Bukan hal yang mengejutkan.
Kemarin aku sempat belajar lagi sedikit tentang psikotes.
Harusnya hari ini lancar. Dan besar harapan, untuk lolos.
-
Jalan raya lagi ini ramai, bahkan sedikit macet. Wajar saja, hari Senin. Hari dimana seluruh manusia kehilangan semangat.
Berbeda denganku sekarang yang justru bersemangat. Sedikit.
Tinn tinnnn
Klakson beradu dengan knalpot bising, asap dan debu beterbangan di udara, tapi aku tetap melanjutkan.
"Masih pagi loh ini." gumamku menarik gas pelan mengikuti ritme macet.
Untungnya macet hanya di satu titik, dan tidak panjang.
Pukul tujuh seperempat aku sampai di gerbang BKK. Ku taruh motor di parkiran lalu beranjak masuk ke aula.
Sempat aku melirik ke lobby, terlihat banyak orang mengantri untuk melamar kerja.
"Hari ini juga banyak yang cari loker."
Sesampainya di aula, aku disambut oleh pengawas tes.
"Ayo mas, segera masuk... udah ditunggu yang lain." ucap pengawas.
Aku terkejut. Padahal jam masih pukul tujuh seperempat, tapi sepertinya peserta sudah datang semua.
"Iya pak." jawabku tergesa.
"Kayaknya gue telat nih.. tapi kan kemarin katanya tes jam delapan." batinku.
Dan saat masuk, benar saja. Semua bangku telah terisi kecuali satu. Bangku milikku. Letaknya dipojok kiri paling belakang.
"Duh mampus gue.." aku membatin lagi.
Di paling depan sudah ada pengawas resmi dari perusahaan. Duduk menunggu jam mulai, atau mungkin malah menungguku.
Baru saja aku duduk dan meletakkan tas,
"Sepertinya sudah semua ya.. bisa kita mulai?"
"Mumpung sudah datang semua, jadi langsung saja ya.. tidak perlu nunggu jam delapan."
Begitulah yang diucapkan pengawas resmi. Artinya secara teori aku belum terlambat. Tapi secara reputasi, buruk sekali.
Datang paling akhir. Dan baru saja duduk, tes langsung dimulai.
Pengawas berdiri dari kursinya kemudian menghampiri peserta paling depan. Membagikan kertas tes yang lumayan tebal.
Kertas tes dibagikan dari depan ke belakang.
Saat kertas sampai giliranku, aku melihatnya.
"Krapelin... terus pesawat sederhana, pengetahuan umum.."
"..yang terakhir tes warteg." gumamku.
Sepertinya tes ini tak begitu sulit, mungkin aku terlalu khawatir.
"Ada yang perlu ditanyakan terkait tes?" tanya pengawas.
Salah satu peserta menjawab,
"Saya kurang paham yang ini pak." sambil mengangkat lembaran kertas untuk tes krapelin.
Aku sendiri sudah paham. Krapelin adalah tipikal tes yang digunakan untuk menguji ketelitian dan ketangguhan.
Bukan masalah benar atau salah pada penjumlahan. Namun lebih condong ke grafik yang terbentuk.
Semakin naik grafik, maka bagus hasilnya. Tapi jika turun atau tak beraturan, maka gagal sudah.
Pengawas kemudian menjelaskan satu persatu. Baru setelah itu tes akhirnya resmi dimulai.
"Baik, kalau tidak ada yang ingin bertanya... maka tes dimulai dari sekarang."
Pulpen kuambil, angka ku jumlahkan. Dari bawah ke atas. Mengikuti instruksi dari pengawas tes.
"Pindah.." ucap pengawas.
Dari baris pertama, berpindah ke baris kedua. Begitu seterusnya sampai grafik terbentuk.
Menurutku krapelin adalah tes matematika yang gampang. Apalagi yang dituntut cuma penjumlahan.
Sungguh penghinaan bagi diriku yang ahli roulette ini jika tak bisa lolos krapelin. Mengingat roulette juga membutuhkan penjumlahan.
Padahal penjumlahan di Roulette itu akal-akalan pola di internet.
"Stop.." pengawas berdiri.
Beliau kemudian mengambil satu persatu kertas ujian krapelin.
"Selanjutnya, silahkan kerjakan tes berikutnya. Batas waktu tiga puluh menit..."
"...dimulai dari sekarang."
Mendengar instruksinya aku langsung meraih kertas berikutnya.
Aku melanjutkan ke tes logika, lalu pengetahuan umum, dan terakhir tes warteg. Satu per satu, tanpa hambatan berarti.
-
Semuanya lancar, aku selesai dalam waktu dua puluh lima menit. Sisa waktu ku gunakan untuk meneliti lagi.
Aku mengamati kertas pertama. Memastikan semuanya sudah sesuai, walau belum berarti benar. Begitu juga kertas lainnya.
Tiga puluh menit telah usai, pengawas berdiri untuk mengambil hasil tes. Dengan begitu maka tes hari ini secara resmi selesai.
"Hasil akan diumumkan siang ini. Bagi yang lolos, lanjut interview sama saya. Yang belum lolos bisa langsung pulang," jelas pengawas.
Ternyata hasilnya akan ditentukan hari ini. Tapi aku cukup percaya diri dengan hasil akhirnya.
Waktu masih menunjukan pukul setengah sembilan. Karena dipersilahkan keluar, maka aku akan pergi merokok sebentar.
-
Aku sampai diluar BKK atau area sekolah. Mengamati sekitaran. Mencari warung yang cocok untuk merokok.
"Itu kayaknya cocok.." sambil berjalan menuju warung yang ku maksud.
Jaraknya tak jauh. Satu menit saja sudah sampai di warung. Aku duduk di kursi panjang yang ada di area teras warung.
"Pesan apa bang?" seorang pelayan menghampiri.
"Kopi hitam bang." pintaku.
Dengan segera pelayan membuatkan kopi.
Aku menunggu sampai nanti pukul sebelas siang. Waktu yang ditentukan oleh pengawas untuk kembali ke aula.
Sambil menyeruput kopi yang sudah dibuatkan, aku scroll sosmed. Melihat peluang lowongan lain dan tentunya video lucu random.
"Fuuhhh... lolos gak ya.." keraguan muncul bersama hembusan asap rokok.
-
Jam sebelas kurang sepuluh menit. Aku segera membayar kopi, lalu berjalan kembali ke aula.
Sesampainya di aula semua orang ternyata sudah berkumpul.
"Waduh.. telat lagi dong gue." batinku agak panik.
Seperti dugaanku, baru saja duduk pengawas sudah memulai berbicara.
"Baik, sudah masuk semua... sekarang akan saya umumkan.."
Nada bicara yang berat, dingin, penuh misteri. Aku yang sudah sedikit santai berubah menjadi tegang.
Rasanya familiar. Rasa tegang yang mirip saat aku menunggu bola jatuh.
"Ck, udah kayak main roulette rasa tegangnya.." ucapku kecil, lirih, bahkan tak terdengar.
Pengawas mulai mengucapkan nama. Satu per satu. Katanya, ada dua puluh kandidat yang akan lolos.
"Irwan Purnama.."
Nama pertama keluar dari mulut pengawas. Dilanjutkan dengan nama kedua dan ketiga.
"Firman Alamsyah... Wibowo Mukti..."
Begitu seterusnya, aku tetap menghitung nama yang disebut. Baru sepuluh. Masih sisa separuh lagi.
Dan saat hitunganku sampai nama ke delapan belas..
...
....
.....
"Miko.."
Namaku disebut. Tubuhku kaku. Jantung seakan berhenti beberapa detik. Nafasku tercekat.
Sekejap aku menoleh, menatap pengawas, menatap sekeliling. Tak percaya sekaligus lega.
Aku lolos.
Senyum tipis muncul di wajahku. Meski malu karena datang paling akhir dan semua yang ku perjuangkan terasa berat.
Hari ini aku berhasil melewati satu langkah penting.
Aku menarik napas panjang, menenangkan tangan yang masih gemetar, dan menatap langit aula yang redup.
Ini baru permulaan.