Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama 32 tahun pernikahannya dengan Johan.
Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.
Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.
Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!
Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?
Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengejar kembali mimpinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#15
#15
Kini di sisi kiri dan kanan Marina tak hanya ada Farida dan bu Juju, tapi para tetangga yang sejak tadi tanpa sengaja mendengar perdebatan Marina dengan Johan beserta istri barunya.
“Minggir Kalian!!” bentak Johan marah, karena melihat para tetangga menghina istri mudanya, bahkan bu Juju dengan seenaknya melempar telur ke kepala Sonia.
“Hei Johan, Apa yang Kamu lihat dari wanita itu? Hah?! Apa karena Dia modis, dan bisa berdandan?” tanya bu Juju yang langsung tersulut amarahnya. Bu Juju adalah orang yang paling tahu bagaimana perjuangan Marina mengurus keluarganya.
“Tak perlu ikut campur urusan Kami, tahu apa Kamu soal masalah di rumahku!” Johan melotot menatap bu Juju, ia sengaja pasang badan dengan wajah garang di depan Sonia agar Wanita itu terhindar dari kemarahan para tetangga.
Bukannya takut, bu Juju justru semakin berani.
“Kamu tak dengar wanita ini?”
Bu Juju menatap Farida, “Di masa lalu, Wanita yang Kamu lindungi itu pernah merusak rumah tangganya, dan kini Dia berani merusak rumah tanggamu karena sekarang Kamu sukses dan memiliki banyak uang. Ingat Johan, di dunia ini tak ada sesuatu yang abadi, apa Kamu yakin akan sukses selamanya setelah menyakiti istri yang selama ini mendampingi, dan mendoakan kesuksesanmu?!”
“Sudah Kamu pastikan tak ada pria lain di hatinya?” Dengan tenang Farida menambahkan kalimat bu Juju.
“Diam Kamu!” sentak Sonia berang, “jangan menyebarkan fitnah sembarangan.”
Farida kembali tertawa mengejek, ia menatap penampilan Sonia yang kini semakin glamour dan modis, benar-benar mengagumkan, namun Farida juga muak.
“Hei Sonia, Jangan terlalu menunjukkan kalau sejak dulu Kamulah yang tak tahu malu! Dulu, melalui Suamiku, Kamu keruk uang hasil kerja kerasku, hingga Anakku pun tak terurus, karena Ayahnya kepincut Wanita sepertimu. Dan setelah Aku membuang laki-laki itu, Kamu bergegas mencari mangsa baru, Ckckckck…”
Dengan mata berapi-api, Farida berucap, semoga sedikit ini bisa menyentil nurani Johan, agar pria itu menyadari kekhilafannya. Namun pria itu, sama sekali tak bergeming, sepertinya Johan sudah terlalu mabuk kepayang pada Sonia.
“Pergi saja Kalian dari tempat ini,” usir para tetangga.
“Benar, menjauhlah, sebelum perbuatan Kalian membuat Kami semua mendapat sial!” imbuh yang lainnya.
Kalimat tersebut saling bersahutan, membuat telinga Sonia dan Johan semakin panas.
“Maaass,” rengek Sonia karena sudah tak tahan mendengar cercaan para tetangga.
“Ini rumahku, Kalian tak berhak melarangku!” sergah Johan, ingin mengamuk, tapi lawan yang dihadapinya berjumlah banyak, jadilah pria itu hanya bisa berteriak, meluapkan amarahnya.
Kalah jumlah, akhirnya keributan itu pun akhirnya berakhir, karena Johan pun mulai kehabisan kata-kata di hadapan para tetangga yang mayoritas wanita. Hingga terpaksa ia membawa Sonia pergi, sebelum sesuatu yang tak diinginkan kembali terjadi.
Marina menatap teman dan para tetangga yang baru saja membantunya, ia sungguh terharu ketika mereka semua membantu dan memberinya semangat.
Setelah koper Marina kembali rapi, dan masuk bagasi, Marina menatap bu Juju, orang yang selama ini mendengar keluh kesahnya.
“Kenapa Kamu baru mengatakannya, apa Kamu bermaksud merahasiakannya dariku selamanya?” tanya bu Juju.
“Apa yang hendak kuberi tahu, sementara Aku sendiri pun baru tahu,” jawab Marina dengan wajah datar, tak setetes pun air matanya keluar, kendati ia memendam sakit yang teramat sangat di dalam dadanya.
Bu Juju kembali menendang apa saja yang ada di dekatnya, “Johan benar-benar tua bangka tak tahu diuntung, selama pernikahan dia berlaku seenaknya padamu, dan kini setelah sukses dan berpangkat tinggi, dia cari senang sendiri.” Bu Juju terus menggumam marah.
“Ju … kenalkan, ini Farida, Dia teman lamaku, Kami baru saja bertemu.”
Bu Juju menatap penuh selidik, Farida tampilannya modis dengan wajah yang glowing terawat. “Jangan terlalu curiga padanya, dia memang modis, walaupun usianya sudah setengah abad. Tapi Dia baik kok,” bisik Marina.
Bu Juju tersenyum, lalu mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Juju,” ujarnya.
“Farida, Aku mau membawa Marina tinggal di tempatku,” pamit Farida, seolah-olah berbicara pada orang tua Marina.
“Bagus, bawa saja Dia ke tempatmu, jika tetap di sini, Dia hanya akan dimanfaatkan anak-anaknya yang tak tahu berterima kasih itu.”
“Aku pamit ya, Ju.”
“Pergilah, carilah hidup baru, Kami para tetangga akan menjaga rumahmu. Jika Johan berani membawa ulat bulu tadi tinggal di sini, akan Kami pastikan, hidup wanita itu tak akan tenang.”
Marina mengangguk, kemudian memeluk bu Juju, dan berpamitan pada beberapa tetangga yang masih berada di sana.
Langkah kaki Marina terasa berat meninggalkan rumah yang telah ia rawat dan tinggali sekian lama. Namun semangat membara dalam dirinya membuat hatinya terasa ringan, hingga akhirnya ikhlas melepaskan rumah penuh kenangan tersebut.
bawang jahatna ya si Sonia
aku ngakak bukan cuma senyum2
itu bapak Gusman kira kira puber keberapa ya🤣🤣🤣
tp sayangnya aku malah dukung banget tuan Gusman sama Marina .. semangat tuan Gusman ..para pembaca mendukungmu