Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu
Setelah selesai makan malam,Jelita langsung membereskan meja makan, sedangkan yang lainnya kembali ke kamar. Sementara Pak Andi sedang berada di teras depan. Dia sedang menghubungi seseorang.
Besok siangnya, saat jam makan siang, Pak Andi menunggu seseorang di sebuah Restoran yang tidak jauh dari minimarketnya. Tidak menunggu begitu lama yang ditunggu akhirnya datang. Seorang pria bule dengan perawakan tinggi, dan berambut gondrong menuju ke tempat Pak Andi.
" Assalamualaikum," ucap seorang pria yang bernama Raka.
" Waalaikumsalam. Ternyata kamu tepat waktu sekali," balas Pak Andi seraya menatap Raka.
Raka hanya tersenyum mendengar ucapan Pak Andi. Entah itu pujian atau ejekan, dia tidak memikirkannya. Dulu Raka pernah datang ke rumah Pak Andi karena ingin melamar Mila. Namun Pak Andi menyuruhnya agar datang melamar setelah acara pernikahan Jelita selesai. Setelah acara pernikahan itu selesai , pria itu begitu terkejut mendengar kabar kalau Mila telah menikah dengan calon suami Jelita.
Pria itu langsung patah hati mendengar kabar tersebut.Harapannya hancur dalam seketika setelah mendengar kabar tersebut. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri yang kurang cepat melamar Mila, hingga gadis itu duluan diambil pria lain.
" Apa kabar ,Pak ? "
" Seperti yang kamu lihat, saya selalu baik. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, tapi sebelum itu pesanlah makanan lebih dulu,"
" Baiklah ,Pak." Raka mengangguk dengan sedikit ragu. Seorang pelayan lalu datang dan mencatat pesanan Raka dan Pak Andi.
" Lalu bagaimana ? Apa kamu mau menikah dengan Jelita ? Mungkin saat ini kamu tidak mencintainya, tapi setelah menikah perasaan cinta itu pasti akan datang di hati kalian," ujar Pak Andi. Sebelumnya dia sudah bertanya pada Raka , tapi pria itu belum memberi jawaban. Raka juga selama ini tidak pernah bertemu dengan Jelita. Hanya Mila yang dia tahu, karena dulu gadis itu sering nongkrong bersama temannya di Cafe miliknya.
" Baiklah ,Pak. Saya setuju menikah dengan Jelita, tapi saat ini orang tuaku sedang berada di luar negeri. Apa boleh saya mengajak Bibi saya saja ? " tanya Raka seraya menatap ke arah Pak Andi karena menunggu jawaban pria itu.
Pak Andi terdiam . Dia terlihat sedang berpikir sebelum menjawab,"Boleh saja, asal beliau tidak repot,"
" Tentu saja tidak. Bibi saya pasti senang mendengar saya akan segera menikah,"
Raka sengaja menerima tawaran Pak Andi, karena dia ingin melupakan Mila. Dia tidak ingin terus - menerus bersedih memikirkan Mila.
" Mungkin Pak Andi ada benarnya juga. Saat ini aku memang belum tahu wajah Jelita dan apalagi mencintainya. Tapi mungkin setelah bertemu dan menikah dengannya benih-benih cinta itu akan tumbuh di hati kami," gumam Raka di dalam hatinya.
Ketika makanan mereka telah datang. Keduanya makan sambil sesekali membahas acara nanti malam.
Setelah menghabiskan makan siangnya, Pak Andi lalu undur diri karena dia harus kembali bekerja. Pria itu menghubungi sang istri terlebih dahulu dan mengatakan agar membeli beberapa buah karena nanti malam akan ada tamu. Meski bingung, Mama Riska mengiyakan permintaan sang suami begitu saja.
" Ma, Mama bilang akan ada pria yang datang melamar Kak Jelita, lalu kenapa tidak ada yang datang ? " tanya Mila dengan raut wajah cemberut. Padahal dia sudah sangat senang saat mendengar kabar dari Mamanya kalau ada pria yang akan datang melamar Kakaknya. Dia sudah menunggu dari kemarin tetapi malah tidak ada yang datang ke rumahnya.
" Maaf ya ,sayang. kemarin Mama berbohong. Soalnya Mama kesepian kalau tidak ada kamu di rumah.Tapi kamu tenang saja , Mama sudah meminta Papa agar segera mencarikan Kakakmu itu jodoh. Lagian kamu juga pasti tidak kuat tinggal di rumah mertuamu itu," ujar Mama Riska seraya duduk di samping Mila.
" Mama memang benar, rasanya aku tidak kuat tinggal satu rumah dengan mertuaku itu. Setiap hari dia selalu marah-marah padaku dan ngatur-ngatur hidupku. Padahal Mama sendiri tidak pernah marah padaku, tapi dia hanya mertuaku saja tapi sangat keterlaluan sekali padaku," sahut Mila dengan wajah yang merah karena menahan amarah.
" Kenapa tidak meminta suamimu membeli rumah saja ? Kalau tinggal satu atap dengan mertua memang seperti itu," kata Neneknya yang tiba-tiba sudah berdiri tidak jauh dari ruang tamu. Dia lalu menghampiri Mila.
" Nenek ? Aku rindu sekali dengan Nenek. Nenek kapan pulang ? " tanya Mila seraya menaikkan sebelah alisnya. Setelah itu dia memeluk Neneknya. Seharian dia berada di rumah Papanya , tapi dia tidak tahu kalau Neneknya sudah pulang.
" Ya ,Bu. Kapan Ibu datang ? " tanya Mama Riska dengan wajah bingung.
" Nenek sampai di rumah sekitar dua jam yang lalu. Nenek lihat kalian sedang tidur di kamar kalian, jadi Nenek langsung istirahat di kamar saja," terang Neneknya seraya membalas pelukan cucunya itu.