Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Hasil Tes DNA
Sore itu langit Jakarta tampak berat. Hujan belum turun, tapi udara di sekitar gedung perkantoran milik keluarga Prasetya terasa lembap dan sesak. Di dalam ruang kerja Zaki, layar laptop menampilkan satu hasil laboratorium bertanda Confidential. Tulisan di atas kertas digital itu membuat tangan Zaki bergetar.
Nama Subjek A: Arvino Prasetya.
Nama Subjek B: Ethan Zhao Ying.
Hasil 99.97% Positif Hubungan Biologis Ayah dan Anak.
Zaki menutup laptop dengan cepat, menunduk dalam diam. Napasnya berat, pikirannya bercampur antara tanggung jawab profesional dan kesetiaan pada majikannya.
“Tidak mungkin…” gumamnya pelan. Namun ia tahu hasil itu sah, tak bisa dibantah.
Pintu diketuk dari luar, seorang staf menanyakan sesuatu tentang laporan proyek, tapi Zaki menolak dengan suara serak, “Nanti saja.” Begitu pintu tertutup, ia langsung meneguk air dari botol di mejanya, berusaha menenangkan diri. Ponselnya bergetar, nama Arvino muncul di layar.
[Zaki, bagaimana hasilnya?] suara di seberang terdengar tenang, tapi menuntut jawaban.
[Sudah keluar?] lanjutnya.
Zaki terdiam lama, matanya menatap jendela, hujan pertama akhirnya jatuh, membasahi kaca dengan suara lembut tapi menusuk hati.
“Sudah, Tuan,” jawabnya akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar.
[Lalu?] Arvino menekan, kali ini nada suaranya lebih rendah, tapi tajam. Zaki menggigit bibir, kata-kata itu macet di tenggorokannya. Dia tahu, kejujuran hari ini bisa mengubah segalanya, bukan hanya hidup Arvino, tapi juga keluarga Prasetya yang selama ini dijaganya.
“Saya … saya masih perlu memastikan lagi, Tuan. Ada sedikit ketidaksesuaian data di lab,” Zaki berbohong akhirnya.
“Besok saya kirim hasil pastinya.” lanjut Zaki dengan menahan napas.
Arvino menghela napas pendek. “Baik, pastikan segera.” Panggilan terputus.
Zaki menutup ponsel dan menatap lagi layar laptopnya. Jantungnya berdebar keras. Dia tahu tak ada kesalahan data. Tapi jika Arvino tahu kebenaran ini bahwa anak kecil yang disangka tak punya hubungan dengannya ternyata darah dagingnya sendiri semua akan berantakan. Termasuk rahasia enam tahun lalu rahasia yang juga melibatkan Savira.
“Aku harus pikirkan baik-baik…” bisiknya, menatap hasil tes DNA itu sekali lagi sebelum menyimpannya di brankas dengan kode baru.
Suara langkah sepatu berderap cepat di koridor lantai tiga rumah sakit Prasetya Budi. Beberapa perawat saling menatap saat sosok Dokter Zhao melintas dengan wajah tegang, mata merah, dan tangan menggenggam erat flashdisk kecil hasil rekaman CCTV. Kinara mendorong pintu ruangan Savira tanpa mengetuk.
Brak!
Pintu menabrak dinding dengan suara keras hingga membuat Savira yang tengah membaca berkas di mejanya terlonjak.
“Kau gila? Ini ruang kerja, Kinara!” bentak Savira dengan nada tajam. Namun Kinara tidak menjawab. Dia berjalan mendekat, melempar flashdisk ke meja Savira dengan mata yang menyala penuh amarah.
“Kau lihat sendiri, Savira,” suaranya bergetar namun dingin.
“Rekaman CCTV dari ruang pantry. Itu kau, bukan? Yang menaburkan bubuk kacang almond di atas cake untuk anakku!”
Savira terdiam sejenak, wajahnya memucat, tapi kemudian ia tertawa sinis.
“Jangan menuduh tanpa bukti, Kinara. Bisa saja itu karyawan lain...”
“Jangan mengelak, Savira!” suara Kinara meledak, memotong kalimatnya. Tubuhnya bergetar menahan emosi. “Kau tak pernah berubah sejak dulu! Enam tahun berlalu, tapi kebusukanmu tetap sama. Dulu kau menghancurkan hidupku, sekarang kau hampir membunuh anakku!”
Savira bangkit dari kursi, menatap Kinara dengan tatapan penuh benci.
“Aku benci kau, Kinara! Aku benci saat semua orang memujamu, saat kau kembali dan semua mata memandangmu seolah kau malaikat. Rumah sakit ini milikku, dan aku tak akan biarkan kau merebutnya!”
Kinara menatap Savira dengan napas tersengal, matanya berkaca-kaca tapi penuh kemarahan yang tertahan.
“Aku tak peduli rumah sakit ini atau pujian orang. Aku hanya ingin tahu satu hal, Savira…”
Ia menunduk sedikit, lalu menatap lurus ke mata Savira.
“Siapa pria itu, pria yang bersamaku malam itu, enam tahun lalu. Orang yang kau jebak agar masuk ke kamar hotel.”
Savira menahan napas, tangannya mencengkeram berkas di meja begitu kuat hingga kertas itu robek sedikit.
“Kau tahu aku takkan berhenti sebelum tahu jawabannya,” lanjut Kinara dengan suara berat. “Apakah pria itu masih hidup? Siapa dia sebenarnya? Katakan padaku, Savira! Katakan siapa pria itu!”
Savira menggeleng cepat, mundur satu langkah.
“Aku tak tahu!”
“Kau berbohong!” Kinara membentak sambil mencengkeram lengan Savira kuat-kuat.
“Kau tahu semuanya! Kau jebak aku malam itu, dan aku tahu kau sembunyikan sesuatu! Katakan sekarang sebelum aku...”
Savira menepis kasar genggamannya.
“Lepas, Kinara! Kau pikir aku takut padamu?” suaranya meninggi. “Enam tahun lalu kau cuma korban bodoh! Sekarang pun tetap sama, bodoh dan menyedihkan!”
Napas Kinara semakin berat, namun matanya tak bergeming.
“Kalau begitu, aku akan cari tahu sendiri siapa pria itu,” katanya lirih tapi tegas.
“Dan saat aku menemukannya, Savira, aku pastikan kau akan menyesal.”
Savira terdiam, tatapan mata Kinara yang tajam membuatnya membeku sejenak, seolah ancaman itu lebih dingin dari apa pun yang pernah ia dengar. Kinara berbalik meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, membanting pintu hingga kaca di bingkainya bergetar.
Di luar ruangan, tanpa mereka sadari, Zaki berdiri di balik dinding mendengar seluruh percakapan dari awal. Wajahnya pucat, tubuhnya kaku. Kata-kata Kinara bergema di kepalanya, “Pria yang dijebak enam tahun lalu…”
Dan potongan hasil DNA yang ia sembunyikan di brankas kini bersambung sempurna dengan kalimat itu. Zaki menatap lantai kosong di depannya.
“Jadi … benar. Ethan … anak Tuan Arvino.”
Dengan langkah tergesa ia pergi menjauh dari ruangan itu, berusaha menenangkan napas yang mulai berat. Namun dalam hatinya, ia tahu kebenaran ini takkan bisa disembunyikan lebih lama lagi.
[Tuan, aku punya sesuatu untuk di katakan, aku akan datang ke rumah Anda,] pesan itu Zaki kirim untuk Arvino.
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
udah salah belaga playing victim lagi
Zaki.... segera urus semua berkas pernikahan Arvino dan Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan Arvino harus pantau terus Kinara dan Ethan di manapun mereka berada . karena Savira dan Andrian selalu mengikuti mereka dan mencari celah untuk menghasut Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
up LG Thor 😍