Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Rumah Pacar
Rindu yang tertahan sungguh sangat menyakitkan. Ingin rasanya ketemuan tapi sungguh malang nasib ini, saat pengawal Dilla yang menyebalkan itu, sering kali menghalang-halangi kami ketemuan.
"Aku harus ketemuan sama Dilla. Tidak peduli sama pengawalnya itu. Kelihatannya dia jago bela diri, tapi aku tak akan takut sama gertakannya seperti kemarin. Ya benar, aku harus ketemu sama pacarku itu," guman hati berbicara pada diri sendiri.
Mobil sportpun sudah kulajukan dengan kecepatan penuh, yang tak lupa kacamata dan masker serta topi untuk kupakai, supaya orang tak mengenali wajahku.
Ting ... tong ... ting ... tong, bel rumah Dilla kekasih hati berkali-kali kubunyikan.
Ceklek, pintu telah dibuka, yang ternyata adalah si pengawal yang kubenci.
"Mau apa kamu datang kesini?" sambutnya ketus tak senang.
Bersikap tenang dan tidak boleh ada emosi.
"Ini bukan urusan kamu, sebab aku hanya ingin menemui kekasih hatiku," balik jawabku tak suka, sambil membuka semua alat-alat penyamaran.
"Aku tak akan mengizinkan kamu," ucapnya yang ingin menutup pintu segera.
Ingin mencegahnya dengan menahan pintu.
"Siapa Dio?" tanya Dilla tiba-tiba, yang kini melangkah menghampiri kami.
"Hai Dillaku sayang," sapaku sambil melambaikan tangan.
"Reyhan, kamu?" ujarnya yang terlihat gembira sekali.
"Minggir," suruh Dilla pada pengawalnya.
Tanpa basi-basi dan malu, kekasih hati langsung memelukku begitu saja didepan pengawalnya.
"Kalian tidak bisa ketemuan, atau--?" cegah ucap pengawalnya.
"Atau apa? Gak usah banyak ngomong. Aku turuti perkataan kamu untuk berdiam diri dirumah, jadi turuti perkataan majikan kamu sekarang ini, agar membiarkan Reyhan masuk kerumah ini, ok!" pinta Dilla.
"Tapi non, dia ini--?" Suara pengawal berusaha menghalangi.
"Aah, ngak ada tapi-tapian," bantahan cakap Dilla, yang langsung menarik tanganku.
"Ayo, Rey. Masuk."
"Ok."
Kulihat wajah pengawal begitu kesal, namun tak bisa berbuat apa-apa, saat pacar berhasil membawaku masuk rumah.
"Oh ya, Rey. Kamu sudah makan belom?" tanya Dilla masih tetap sibuk mengandeng tanganku.
"Belum."
"Nah, kebetulan banget kami lagi makan malam, ayo ikut kami!" suruh Dilla dengan senang hati.
"Benarkah itu?" tanyaku tak percaya.
"Iya sayang. Lagian sudah lama 'kan kamu tidak makan dirumahku, sebab kita sering bertemu ketika keluar makan?" imbuh perkataan Dilla.
"Emm ... benar itu. Semenjak jadi artis, aku jarang sekali mampir ke rumah kamu."
"Waaah, banyak sekali menunya. kamu yang masak?" kekagumanku saat begitu banyaknya lauk yang terhidang.
"BUKAN. Aku yang masak, majikan mana bisa masak menu-menu kayak ginian!" saut jawaban si pengawal.
Saat mengetahui jawaban pengawal Dilla, akupun rasanya jadi malas untuk makan, tapi demi menghormati Dilla, dengan terpaksa mau tak mau harus mencicipi makanan si pengawal itu.
"Makan yang banyak Reyhan, enakkan?" tanya Dilla.
Hanya senyuman manis penuh tak senang, dapat kuberikan sekarang. Memang hasil masakan si pengawal menggiurkan dan enak, tapi aku sedang benci banget padanya, sehingga makanan yang sedap didepan mata terasa tak enak semua.
Berkali-kali si pengawal menunjukkan sorotan mata tajam penuh pemusuhan terhadap kami, sebab disebalik itu aku juga menatap kesal padanya.
"Kalian lanjutkanlah makan-makannya, ada hal penting dulu yang ingin kulakukan sekarang, ok!" tutur Dilla berusaha pamit.
"Awas Dio, jika kamu mengusirnya! Nanti akan kutendang kamu keluar dari rumah ini, mengerti!" ancam Dilla, pada pengawalnya.
"Ciiiih," decih pegawal tak suka.
Dillapun sudah melenggang pergi, yang kemungkinan masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu jangan macam-macam pada non Dilla, sebab aku akan terus mengawasi kalian, ingat itu! Jangan mentang-mentang kali ini aku membiarkan kamu masuk rumah ini, selanjutnya kamu akan bebas menemuinya," penjelasan sang pengawal memberi peringatan.
"Aku tak takut atas ancaman kamu barusan, sebab aku sangat mencintai Dilla, jadi sampai kapanpun aku akan terus berusaha mendapatkannya," jawabku penuh keberanian.
"Berarti kamu akan siap manghadapiku, sebab selain non Dilla tak pantas untukmu, ditambah sekarang orang tuanya tak setuju atas hubungan kalian. Bukankah seorang artis itu pasti akan tergiur dengan wanita diluaran sana, yang pastinya lebih cantik? Dan sepertinya kamu itu adalah playboy suka mempermainkan hati cewek," tuduhnya.
"Jangan asal nuduh saja kalau tak ada bukti, dan jangan sembarangan berkata menfitnah orang. Walaupun orang tua Dilla tak setuju, aku akan tetap berusaha mendapatkannya kembali, dan pastinya aku akan segera menumbangkanmu untuk mendapatkannya," tuturku tak mau kalah.
"Ok, baiklah. Aku akan siap menerima keberanianmu untuk mendapatkannya. Tapi yang jelas satu helai rambut majikanku kamu sakiti, akulah orang pertama yang akan maju untuk membalaskan rasa sakit itu. Ingatlah perkataanku ini! Biar kamu tetap semangat untuk menghadapiku," cakapnya tak gentar.
"Jangan pikir kamu bisa mengertakku, kamu akan bisa menjauhkan aku dari Dilla, mimpi kali! Asal kamu tahu saja, aku selamanya tak akan menyerah, paham!" kata-kataku yang tak takut.
Sorot mata kamipun sama-sama menatap penuh amarah ingin sekali berkelahi, tapi ini dirumah Dilla jadi rasa ingin saling tonjok tak dapat kami lakukan.
Karena sebal dan sepet melihat wajah si pengawal Dio, acara makanpun kutinggalkan begitu saja, dan kini aku beralih duduk disofa ruang tengah menunggu Dilla, sambil tangan sibuk mengeser-geser gawai untuk melihat seberapa jauh popularitasku sekarang ini.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️