Ibu,,, aku merindukanmu,, airmatanya pun berderai tatkala ia melihat seorang ibu dan anaknya bercanda bersama. Dimanakah ibu saat ini,, aku membutuhkanmu ibu,,,
Kinara gadis berusia 18thn yang harus menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian kedua orang tuanya yang mengejar bahagia mereka sendiri, hingga ia harus merelakan harga dirinya yang tergadai pada seorang CEO untuk kesembuhan sang adik,,apakah bahagia akan hadir dalam hidupnya atau hanya derita dan derita,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liliana *px*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15 janji masa kecil
Siang itu mentari memancarkan sinarnya cukup terik, membuat semua orang merasakan gerah yang sangat. Begitu juga dengan seorang remaja pria ini, dengan nafas terengah engah karena lelah berlari, hingga ia tiba disebuah rumah yang pintu pagarnya terbuka. Segera ia memasuki rumah orang itu tanpa permisi.
Tak lama setelah itu datang empat orang preman yang mengejarnya. Dari balik tirai ia bisa mengintip keluar, melihat ke empat pria yang mengejarnya sedang melangkah ke arah rumah tempat ia sembunyi.
"Oh Tuhan, tunjukkan kebesaran Mu."
Bisiknya dalam hati.
"Tokk,, tokk,, tokk,,"
Suara pintu diketuk dari luar. Dari dalam nampak seorang gadis kecil berusia 8 tahun keluar dari ruang tengah, berjalan kearah pintu utama dan membuka pintunya.
Dilihatnya orang orang yang tak di kenalnya.
"Om nyari sapa?"
Tanyanya polos, sambil memegang boneka kesukaannya.
"Adik liat anak cowok ini?"
Tanya salah satu dari mereka, sambil menunjukkan foto seorang remaja putra yang sangat ganteng, sedang yang lainnnya memeriksa ke dalam rumah.
"Om mau apa masuk dalam rumah Nara, disini tidak ada sapa sapa, hanya Nara dan adik adik saja. Ayah dan Ibu pergi bekerja."
Tuturnya polos yang membuat mereka berempat pun percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu.
Apa lagi melihat kondisi rumah yang sangat sederhana, gak mungkin kalau orang yang mereka cari mau memasukinya. Akhirnya mereka berempat memutuskan untuk meninggalkan rumah itu.
Nara melepas kepergian keempat orang itu dengan senyuman tipis terukir di bibirnya. Kemudian ia menutup pintu lagi tak lupa menguncinya. Takut kalau mereka akan kembali dan menyakiti adik adiknya.
Saat Nara sedang asyik membuatkan susu untuk adik bayinya yang masih berusia setahun. Tiba tiba saja ia dikejutkan oleh seseorang, dan dia baru sadar jika orang yang berada di depannya adalah remaja yang dicari oleh ke empat pria tadi.
"Siapa kamu? Kenapa bisa masuk ke dalam rumahku?"
Nara memundurkan tubuhnya saat remaja pria itu mendekatinya. Dengan sedikit gemetaran karena ketakutan, Nara mencoba mengambil pisau dapur untuk di jadikan sebagai senjata jika remaja itu menyerangnya.
Namun perkiraan Nara salah, karena remaja pria itu justru tersenyum kearahnya lalu duduk di kursi meja makan Nara.
"Dek, bole tidak Kakak minta makanannya, dari kemarin Kakak belum makan, karena tak punya uang."
Tanyanya memelas kepada Nara.
Nara yang mulanya takut, kini justru merasa kasihan pada anak laki laki itu. Perlahan ia berjalan mendekati meja makan, dan berdiri tak jauh dari anak laki laki itu.
"Maaf Kak,,, aku cuma punya nasi goreng dan telor ceplok saja, apa Kakak mau?"
Tuturnya lembut sambil membuka tudung saji makanan di meja.
"Iya dek,,, aku mau,,, tapi itu kan cuma ada sepiring saja, lalu buat kamu nanti apa?"
"Kakak makan saja, tadi aku sudah makan Kak,,, juga adik ku Naya juga sudah makan, itu sisa dari sarapan kami tadi pagi."
Ucap Nara sambil mengocok botol susu adiknya. Lalu meneteskan di tangannya, mengecek suhu kepanasan dari susu itu.
"Kakak makan saja ya, aku mau memberikan susu ini pada adik, sebelum dia menangis nanti, karena jam jam segini biasanya dia akan terbangun."
Nara pun mengambil sendok juga segelas air dan memberikannya pada anak laki laki itu. Lalu meninggalkan anak itu sendiri menyantap nasi goreng juga telor ceplok yang sebenarnya itu untuk makan siang dia juga Naya.
Setelah selesai menghabiskan nasi goreng tadi, anak laki laki itu pun mencari Nara. Dan mendapati Nara sedang memberikan susu untuk adiknya. Ia melihat Nara yang begitu telaten juga sabar merawat adik kecilnya membuat hatinya tersentuh dan trenyuh.
"Andai Mama juga sesayang itu padaku."
Gumamnya dalam hati. Ia tak sadar jika Nara sudah menidurkan kembali adiknya dan berdiri tak jauh dari tempatnya kini.
"Kakak sudah selesai makannya?"
Suara itu menyadarkan anak laki laki ini. Lalu menatap ke arah Nara. Ia pun mengangguk menjawab pertanyaan Nara.
"Kalian cuma berdua? Di mana orag tua kalian?"
Tanyanya sambil memandang ke arah baby yang tertidur pulas.
"Kami bertiga Kak,,, orang tua kami kerja, nanti sore baru pulang, adikku yang satunya sedang tertidur di kamar satunya."
Jawab Nara sambil berjalan kearah meja makan, menaruh botol susu adiknya di dalam sebuah baskom. Yang langkahnya diikuti oleh anak laki laki tadi.
"Boleh Kakak tau nama kamu?"
Nara menatap kearah anak itu sambil tersenyum, yang di balas senyum oleh anak laki laki itu.
"Aku Kinara Kak,,, dan adikku yang pertama Kanaya, sedang yang masih baby itu Kirana, kalau Kakak sapa namanya?"
Nara menaikkan sedikit alisnya menunggu jawaban pertanyaannya.
"Aku Rasya,,, Rasya Aditama,,, kamu kenal tidak dengan keluarga Kakak?"
Mendapat pertanyaan itu Nara hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak kenal Kak,,, karena aku tak pernah keluar rumah, setelah pulang sekolah aku selalu menjaga adik ku, dan tak pernah nonton tv juga."
Ucap Nara sambil duduk di kursi ruang tamu yang terbuat dari kayu, sambil memainkan boneka teddy bear nya. Rasya hanya tersenyum melihat kepolosan Nara. Tak hanya cantik, yapi dia juga baik dan penuh kasih sayang.
Tiba tiba saja Rasya duduk di samping Nara lalu meraih tangan Nara.
"Maukah jika besar nanti kamu menjadi istriku?"
Tanya Rasya sambil melingkarkan jari kelingkingnya. Nara memandang Rasya dengan lekat, lalu ia mengangguk dan melingkarkan jari kelingkingnya bersatu dengan jari kelingking Rasya.
"Ini janji kita,,,kamu harus menepatinya Nara, dan kamu tak bole punya teman pria selain aku, kamu mengerti?"
Rasya mengacak rambut Nara pelan, sedang Nara hanya bisa mengangguk menuruti semua kata Rasya. Entah kenapa, ia tak bisa membantah serta menolak semua perkataan Rasya. Seakan ada magnet yang terus menariknya ke arah Rasya.
Saat mereka sedang asyik berbincang bincang, pintu depan pun terbuka dengan paksa karena ada yang mendobraknya.
Nara nampak ketakutan melihat ke empat pria tadi kembali bersama dengan seorang wanita yang cantik.
"Kamu pulang sekarang, atau kamu menunggu Mama membuat perhitungan dengan bocah itu."
Wanita itu memberi isyarat pada ke empat bodyguardnya untuk memisahkan Nara dari Rasya.
Namun dengan tegas Rasya menghadang mereka.
"Jangan sentuh dia sehelai rambut pun, berani kalian menyakitinya, aku tak segan segan menghabisi kalian."
Tatapan membunuh itu pun muncul lagi membuat ke empatnya mengurungkan niatnya.
Rasya memegang kedua pipi Nara dan berkata, aku",tunggu aku,,, aku pasti datang,,, ingat janji kita,,,"
Nara hanya mengangguk, Rasya pun melepas liontinnya dan memberikan pada Nara.
"Jaga liontin ini, anggap aku selalu bersamamu dengan adanya liontin ini."
Nara mengangguk pelan, Rasya pun mencium kening Nara, lalu melangkah pergi mengikuti langkah wanita itu.
"Aku akan jaga janji kita Kak,,,"
bersambung 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹