NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:236
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Misteri Bibir yang Terjahit

"Masuklah, Aris, di dalam sini kamu akan menemukan misteri bibir yang terjahit selama puluhan tahun," bisik suara dari balik pintu tersebut. Aris Mardian merasakan dorongan udara dingin yang sangat kuat menghantam dadanya, seolah-olah ruangan di baliknya sedang menghirup seluruh keberadaannya. Tanpa sempat menahan diri, tubuhnya terseret masuk ke dalam kegelapan yang pekat, sementara pintu kayu berlendir itu membanting menutup di belakang mereka.

"Aris! Jangan lepaskan tanganku, kegelapan ini bisa menyesatkan panca indramu!" teriak Sekar Wangi sambil menyalakan korek api kayu terakhirnya.

Cahaya kecil dari korek api itu menyingkap pemandangan yang membuat jantung Aris hampir berhenti berdetak karena rasa ngeri yang luar biasa. Di sekeliling mereka, ratusan kepala manusia tanpa tubuh tergantung di langit-langit menggunakan benang sutra hitam yang sangat kuat. Setiap kepala itu memiliki bibir yang terjahit rapat dengan pola silang yang sangat rapi, menggunakan kawat berkarat yang masih mengeluarkan nanah.

"Tempat apa ini, Sekar? Mengapa ada begitu banyak kepala yang diperlakukan sekeji ini?" tanya Aris dengan suara yang bergetar hebat.

"Ini adalah ruang penyimpanan rahasia para saksi yang mengetahui kebenaran tentang sejarah desa kita, Aris," jawab Sekar dengan nada yang sangat lirih.

Aris melangkah dengan sangat hati-hati, berusaha agar bahunya tidak menyentuh kepala-kepala yang menggantung rendah di jalur setapak itu. Ia melihat salah satu kepala yang tampak masih baru, dengan kulit yang belum sepenuhnya memucat dan mata yang terbuka lebar penuh ketakutan. Saat ia mendekat, bibir kepala tersebut mulai bergetar hebat hingga jahitan kawatnya merobek daging mulut yang sudah mulai membusuk.

"Tolong... cabut... jarum... di... tenggorokan... kami..." rintih suara parau yang keluar dari celah jahitan yang robek itu.

"Jangan menyentuhnya, Aris! Itu adalah jebakan agar kamu ikut terjahit ke dalam lingkaran setan ini!" seru Sekar sambil menarik lengan Aris dengan paksa.

Aris sebagai seorang arsitek menyadari bahwa susunan kepala-kepala ini tidaklah acak, melainkan membentuk pola melingkar yang mengarah ke sebuah meja batu di tengah ruangan. Di atas meja batu tersebut, terdapat sebuah kotak kayu jati yang diukir dengan relief pemandangan hutan jati yang sedang terbakar. Aris merasakan tarikan yang sangat kuat dari tanda merah di tangannya, seolah-olah darahnya bereaksi terhadap isi di dalam kotak tersebut.

"Apa yang ada di dalam kotak itu, Sekar? Rasanya darahku seperti sedang mendidih saat melihatnya," ucap Aris sambil mengusap pelipisnya yang berkeringat deras.

"Itu adalah jarum emas pertama, alat yang digunakan kakek buyutmu untuk membungkam seluruh kebenaran desa ini," balas Sekar dengan waspada.

Tiba-tiba, seluruh kepala yang menggantung mulai berayun secara serentak, menciptakan suara gesekan benang sutra yang terdengar seperti ribuan tikus yang sedang mencicit. Jahitan pada bibir-bibir itu mulai terlepas satu demi satu secara paksa, menimbulkan suara robekan daging yang sangat memilukan bagi siapa pun yang mendengarnya. Aris melihat ribuan jarum perak kecil keluar dari mulut kepala-kepala tersebut, melayang di udara dan membentuk badai logam yang mengincar tubuh mereka.

"Gunakan kain mori itu sebagai pelindung, Sekar! Aku akan mencoba mengambil kotak jati itu!" teriak Aris sambil melompat menuju meja batu.

"Cepatlah Aris, kain ini tidak akan mampu menahan serangan jarum sebanyak ini untuk waktu yang lama!" jawab Sekar sambil membentangkan kain pelindungnya.

Aris merayap di bawah hujan jarum yang terus menghujam lantai batu dengan suara dentingan yang memekakkan telinga dan menciptakan percikan api. Tangannya yang gemetar berhasil meraih kotak kayu jati tersebut, namun seketika itu juga sebuah rasa sakit yang menusuk menjalar dari telapak tangannya ke seluruh tubuh. Ia melihat relief pada kotak itu mulai bergerak, memperlihatkan gambaran ibunya yang sedang menangis sambil menjahit bibirnya sendiri di depan sebuah cermin besar.

"Ibu melakukan ini untuk melindungimu, Aris! Dia memberikan suaranya agar kamu tetap bisa berbicara di dunia luar!" teriak sebuah suara dari salah satu kepala yang menggantung.

"Bohong! Ibuku tidak mungkin melakukan hal semengerikan itu hanya untukku!" balas Aris dengan air mata yang mulai bercucuran membasahi kotak jati tersebut.

Saat air mata Aris menyentuh kayu jati, kotak itu terbuka dengan sendirinya dan memancarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata hingga menembus kegelapan. Di dalamnya terdapat sebuah jarum emas yang masih berlumuran darah segar, berdenyut pelan mengikuti irama detak jantung Aris yang semakin tidak beraturan. Aris merasakan dorongan untuk menusukkan jarum itu ke lidahnya sendiri agar ia bisa mendengar suara ibunya yang hilang secara utuh.

"Jangan lakukan itu, Aris! Itu adalah tipu daya agar kamu kehilangan suaramu selamanya seperti mereka semua!" jerit Sekar yang mulai kewalahan menahan badai jarum.

Sekar berusaha berlari menuju Aris, namun rambut-rambut panjang dari kepala yang menggantung mulai membelit kaki dan tangannya dengan sangat kuat. Aris melihat jarum emas itu melayang tepat di depan wajahnya, sementara bisikan-bisikan dari ratusan mulut yang kini terbuka mulai memerintahkan dirinya untuk menyerah. Ia melihat bayangan ibunya yang asli muncul di dalam cahaya emas tersebut, namun dengan kondisi bibir yang masih terjahit menggunakan benang hitam.

"Ambillah jarum ini, Aris, dan selesaikan jahitan yang belum sempat ibu tuntaskan di dalam jiwamu," ucap bayangan ibunya dengan gerakan tangan yang kaku.

Aris memegang jarum emas itu dengan tangan yang kencang, merasakan kekuatan kuno yang mengalir masuk ke dalam pembuluh darahnya melalui luka di telapak tangannya. Ia melihat Sekar yang mulai terseret ke atas oleh lilitan rambut, dan menyadari bahwa ia harus memilih antara menyelamatkan temannya atau mengetahui rahasia ibunya. Di tengah kebimbangan itu, Aris mendengar suara tangisan bayi yang sangat keras bergema dari arah bawah meja batu tempatnya bersimpuh.

Di tengah kebimbangan itu, Aris mendengar suara tangisan bayi yang sangat keras bergema dari arah bawah meja batu tempatnya bersimpuh.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!