NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:383.5k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manipulatif

Lorong Mansion James Montgomery malam itu lebih dingin dari biasanya. Marmer hitam mengkilat di bawah cahaya lampu kristal, memantulkan bayangan langkah Sean yang mantap dan berat. Di sepanjang dinding, potret leluhur Montgomery menatap dari bingkai keemasan, mata-mata tua yang menuntut kesetiaan pada nama besar keluarga.

Florence menunggu di kursi beludru merah di ruang utama. Dibalut piama anggun dengan outer yang Cuma satu-satunya di dunia ini. Rancangan designer pribadi yang membuatnya dengan hati-hati, khusus untuk Florence Montgomery. Tangan kanannya memutar segelas wine berwarna merah darah.

“Kenapa, Ma?” suara Sean rendah tapi menghantam udara. Suaranya bergema oleh pantulan dinding yang dilapisi emas dan kristal. “Kenapa Mama mendorong Ariana?”

Florence tidak tampak kaget. Ia justru tersenyum tipis, mengangkat alis dengan sikap meremehkan. “Kau bahkan tidak menyapaku terlebih dahulu. Duduklah dulu, Sean. Belajarlah menahan nada suaramu. Apakah hidup tiga tahun bersama Ariana membuatmu lupa tata krama keluarga?”

Sean tidak duduk melainkan menatap tajam pada wanita yang melahirkannya tiga puluh lima tahun yang lalu. “Seorang Montgomery seharusnya menjaga kehormatan. Tapi Mama hampir membunuh cucu Mama sendiri. Itu yang Mama sebut tata krama dan kehormatan?”

Senyum Florence pelan-pelan tampak luruh. “Kau terlalu sentimental, aku hanya menyingkirkan masalah dari jalanmu. Apa yang salah dengan hal itu?!”

Sean maju satu langkah dengan sorot mata yang semakin menusuk. “Masalah? Jangan bicara soal masalah, Ma. Aku tumbuh melihat nama Montgomery dipakai menutupi skandal saham, proyek gagal, skema busuk yang kau bungkus dengan laporan manis. Dan sekarang kau ingin meyakinkanku bahwa Ariana adalah ancaman terbesar keluarga ini?”

Florence menunduk, lalu menyesap winenya di tangannya. Kilatan di matanya tidak bisa lagi disembunyikan.

“Kau tidak hanya salah langkah, Ma,” Sean melanjutkan, suaranya semakin rendah. “Kau terlalu sembrono untuk menyandang gelar Montgomery di belakang namamu. Ariana memang bukan lagi istriku, tapi bayi itu darahku. Dan ketika kau menyentuh darahku, maka kau melepaskan posisi sebagai ibuku… Aku tidak keberatan menjadikanmu musuh, Ma.”

Florence membanting gelas wine ke meja, cairan merahnya bergetar hingga berpencar ke atas meja kaca. “Jaga mulutmu, Sean.”

“Aku menjaganya,” Sean mendekat, tatapannya lurus tidak tampak ragu sedikit pun. “Kalau aku tidak menjaganya, seluruh kota sudah tahu apa yang kau lakukan. Media hanya butuh satu percikan, sangat mudah bagiku untuk menghancurkan nama yang Mama agungkan itu. Berpikirlah seribu kali untuk bertindak tanpa izinku, Mama. Mama tahu jelas darah siapa yang mengalir dalam tubuhku.”

Florence mencondongkan tubuh, suaranya dingin. “Kau berani melawanku?”

Sean berdiri tegak, tatapannya keras. “Aku hanya melawan siapa pun yang mencoba menekanku…, termasuk Mama.”

Sekejap ruangan membeku. Lalu Florence mendesis lirih, kalimatnya tajam seperti pisau. “Kalau begitu dengar baik-baik. Jika kau masih berani mendekati Ariana atau anak itu… kau harus siap melepaskan nama Montgomery dari belakang namamu. Itu harga yang harus kau bayar.”

Sean menahan diri, dadanya naik-turun tapi wajahnya tetap tenang. Nama Montgomery adalah segalanya, perusahaan, kekuasaan, warisan. Dan yang paling sulit adalah ada nama James Montgomery yang dipertaruhkan di sini.

Namun Sean tidak pernah suka dipaksa memilih. Sejak awal ia dididik untuk menjadi penguasa dan seorang penguasa memberikan pilihan bukan diberi pilihan.

“Aku mengerti.” Suaranya datar.

Sean berbalik, meninggalkan ibunya. Perdebatan ini tidak akan membuahkan hasil.

***

Montgomery Corp menjulang gagah di tengah pusat kota, dinding kacanya memantulkan cahaya neon. Di lantai teratas, ruang rapat eksekutif terbentang luas. Meja hitam panjang mengilap, kursi kulit berjajar, computer dan dokumen berdiri tegak di atas meja masing-masing.

Rapat eksekutif Montgomery Corp baru saja usai. Suara kursi bergeser, map dokumen ditutup lalu para direktur keluar satu per satu setelah menunduk hormat pada pemimpin. Sean tidak bergeming, ia tetap duduk di ujung meja sembari jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja.

“Clarissa,” panggilnya singkat.

Langkah Clarissa terhenti di dekat pintu. Ia menoleh, senyum kecil merekah, ada kebanggaan samar di matanya. “Ya, Sean?” suaranya lembut, penuh sugesti dan daya tarik.

“Duduk.” Sean hanya menggerakkan dagunya ke kursi di dekatnya.

Raut Clarissa menjadi cerah, ia berjalan kembali dengan langkah anggun seolah panggilan itu berarti sesuatu yang lebih dari sekadar urusan kantor. Ia duduk, menyilangkan kaki, matanya menatap Sean dengan ekspektasi yang tak tersembunyi. “Aku kira kau ingin bicara empat mata. Aku senang akhirnya kau…”

Sean memotong dengan dingin. Ia melemparkan map ke meja, isinya berhamburan. “Aku ingin kau menjelaskan kejadian antara kau, Mama dan Ariana!”

Clarissa bertingkah seperti orang bingung dan terhakimi. “A-apa maksudmu Sean? Aku bahkan tidak mengerti maksud dari perkataanmu sekarang?”

“Kau mendorong Ariana?”

Clarissa mengangkat alis, lalu tertawa kecil. “Mendorong? Sean, kau benar-benar menuduhku? Aku bahkan tidak pernah meninggikan suara pada siapa pun. Bagaimana aku bisa melakukannya pada wanita hamil?”

“Kau tau aku tidak suka buang-buang waktu Clarissa. Jangan berputar, jawab!” Nada suara Sean terdengar semakin tajam dan tegas.

Clarissa mencondongkan tubuh, jemarinya menyentuh meja. “Oke fine Sean. Aku hanya menemani Tante Florence, itu saja. Dia ingin menemui Ariana, aku ikut untuk mencegal hal yang tidak diinginkan. Aku tidak menyentuh Ariana. Kau pikir aku sanggup berbuat sekejam itu?”

“Lipstik di kamarku,” Sean menekan setiap kata. “Itu juga kebetulan?”

Clarissa menghela napas, lalu tersenyum, meski bibirnya kaku. “Oh, jadi itu masalahnya. Malam itu aku salah masuk ruangan ketika mencari toilet. Lipstikku mungkin jatuh. Itu murni kebetulan, jangan kaitkan hal sepele seperti itu dengan Ariana.”

Sean tetap diam. Tatapannya dingin, menelanjangi wajah Clarissa.

Clarissa menunduk pelan, suaranya kini jadi lirih dan penuh emosi. “Sean, aku tidak menyangkal aku ada di sana. Tapi bukan aku yang mendorong Ariana. Itu Tante Florence. Aku bahkan sempat memegang lengannya, mencoba menghentikannya. Tapi dia menepis tanganku. Kau tahu bagaimana Tante Florence kalau sedang marah. Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya.”

Sean tidak bergeming. Hanya mengeratkan genggamannya pada pulpen hitam yang biasa ia gunakan untuk membubuhkan tanda tangan.

Clarissa meraih tangannya di meja. “Kalau kau tidak percaya, anggap aku pengecut karena gagal mencegahnya. Tapi jangan samakan aku dengan dia. Aku selalu berada di pihakmu Sean. Aku akan mendukungmu tanpa syarat.”

Sean perlahan menarik tangannya, wajahnya tak berubah. Lalu ia berdiri tegak, suara kursi berderak pelan. Tanpa menoleh, ia melangkah keluar. Meninggalkan Clarissa sendirian di dalam pintu yang tertutup rapat di belakangnya.

***

Sean menatap lekat video rekaman CCTV ruangannya sendiri. Tidak ada yang aneh jika dilihat sekilas, namun jika ditelaah Sean dapat menyimpulkan satu hal. Bibirnya menyeringai tipis, Sean Montgomery masih tetap dengan keyakinannya tidak mencintai Ariana. Tapi bayi dalam kandungan Ariana, bagaimanapun keadaannya adalah darahnya.

Sean Montgomery tidak akan kehilangan apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya sejak awal.

1
Uthie
buah jatuh tak jauh dari pohonnya... sama-sama wataknya 😁👍🏻
Uthie
Wadduuhhhh.. Ethan😂
Ida Sriwidodo
Weeww.. Ethan bener2 bahaya nii
Masih seumur itu dah pinter banget ngadu domba kekuatan papa dan grandma nya
Sean kudu hati2.. klo didikannya masih dengan kekerasan alamat Ethan bakal jadi musuhnya!
Masih kecil ajaa dah pinter nyari sekutu dalam misi 'balas dendam' ke papanya.. gimana gedenya..? 😱😱🤔🤔😬😬
Lauren Florin Lesusien
kurang setuju dengan sifat etan dia kan pewaris jadi sean tidak salah marah masa markas rahasia dikasih tau sama orang lain
maaf thur jngn tersinggung
tapi ini etan seperti mudah banget dibujuk blm kuat pendiriaaanya
buat sedikit kuat pendiriaan etaaannnya thur
biar badas
Wulhan Agustyna Ismail
ceritanya keren
partini
ini nih kebiasaan lagi di kasih tau ortu lari ke nenek nya langsung di kasih lampu hijau, ga ni novel ga di dunia nyata.kalau sampai kata" mommy saja tidak di dengarkan dah lah lost dol ini baru anak kecil kalau dewasa macam mana no good
Ulla Hullasoh
terlalu berani untuk ukuran anak TK ya
Ariany Sudjana
mestinya Florence cari tahu dulu yah, kenapa sampai Ethan kabur dari mansion, jangan langsung dipenuhi permintaan Ethan. Sean juga tidak salah mengingatkan, karena tidak ada jaminan teman-teman Ethan ga akan bocor mulut begitu mereka tahu isi markas itu seperti apa, apalagi mereka masih kecil. kalau musuh sampai tahu isi markas itu apa, dan melakukan penyerangan, yang repot kan Sean juga
Ariany Sudjana
aduh Ethan nekat kabur lagi, padahal yang disampaikan papa dan mamanya sudah benar. dunia di luar itu kejam dan keras, apalagi Ethan adalah keluarga Montgomery, banyak musuh yang ingin menghancurkan, dan orang akan mencari titik lemah Sean. semoga dengan kaburnya Ethan, Ethan bisa paham seperti apa dunia di luar itu, sehingga tidak salah paham terus dengan papanya
Ida Sriwidodo
Duh.. jan sampe Ethan tumbuh dengan dendam dan kemarahan pada Sean papanya 😤😤😱😱

Semoga juga tidak ada yang memanfaatkan kondisi ini untuk melawan Sean dan menghancurkan Montgomery 🤔🤔😬😬
partini
hemmmm si kecil jadi pembangkang
tapi bahaya jg Ethan Meraka masih kecil mulut Suka amber belum tau artinya setia aduhh aduhh beda sama kamu 🤦🤦🤦
Tarwiyah Nasa
makin seru crita anak2 ni
Uthie
Kereennn 👍🏻🤩🤩
Gak sabar menanti perjalanan cerita mereka semuanya 👍🏻🤗🤗
Uthie
Yaaa ampun.. sekumpulan bocil yg sedang bersiap menghadapi masa depannya 😂👍🏻
Agustin Indah Setiyaningsih
Aihhh..si Sambo bikin q menangis😭😭 gayanya petantang petenteng,sekalinya kaya Hello kitty.
partini
bibit tangan kanan terpercaya ini Sambo,, mungkin
Ida Sriwidodo
Jiaah.. si Sambo!
Awalnya petantang petenteng.. kirain tuan muda keluarga manaa gituu.. taunya ayahnya cleaning service di sekolah.. harus mah jan banyak gaya Samboo..
Syukur ada Ethan dan genk kematiannya yang mau nolongin

Fix!
Nambah satu tim nya Ethan.. Sambo! 😂😂😅😅
Ariany Sudjana
jangan sampai Sean tahu, itu kan markas mafia, bukan tempat bermain anak-anak
THAILAND GAERI
nesa siapa?
cecla9
lanjutkan dengan flash light
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!