Jiao Lizhi, 25 tahun, seorang agen profesional di abad ke-21, tewas tragis saat menjalankan misi rahasia. Yatim piatu sejak kecil, hidupnya dihabiskan untuk bekerja tanpa pernah merasakan kebahagiaan.
Namun tak disangka, ia terbangun di dunia asing Dinasti Lanyue, sebagai putri Perdana Menteri yang kaya raya namun dianggap “tidak waras.” Bersama sebuah sistem gosip aneh yang menjanjikan hadiah. Lizhi justru ingin hidup santai dan bermalas-malasan.
Sayangnya, suara hatinya bersama sistem, dapat didengar semua orang! Dari keluhan kecil hingga komentar polosnya, semua menjadi kebenaran istana. Tanpa sadar, gadis yang hanya ingin makan melon dan tidur siang itu berubah menjadi pejabat istana paling berpengaruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan Jiao Lizhi
Jiao Lizhi masih menatap sang ayah dengan wajah memelas, kedua matanya berkilau bak anak anjing yang minta makan.
“ Ayah... Aku benar-benar tidak ingin masuk istana... Tolonglah, ayah meminta kaisar untuk membatalkan titah itu...” ujarnya lembut, namun langkah kakinya pelan-pelan maju ke depan.
Bagaimana Jiao Wenqing mendengar permintaan sang putri, apalagi ini sebuah perintah dari sang penguasa.
“Jangan dekati aku, A Zhi! Ayah sedang sakit pinggang, jangan membuat masalah lagi!” seru Perdana Menteri Jiao Wenqing sambil mengibas-ngibaskan tangannya hingga pakaian nya ikut bergoyang.
Namun Jiao Lizhi berpura-pura dan mengabaikan wajah ayahnya yang sudah panik.
Jiao Lizhi tetap berjalan tanpa peduli dengan ucapan Jiao Wenqing yang berbicara dari tadi sampai mulut berbusa, sementara ibu dan kakak laki-lakinya hanya bisa mengamati kedua nya yang sedang main tarik-menarik, tidak ingin melerainya.
Jiao Wenqing makin gusar. “A Zhi! Jangan dekati ayahmu! Kau mau membuat pinggang ayahmu copot?!”
Namun tentu saja, Lizhi tidak berhenti.
Dengan wajah manis dan senyum penuh kasih, ia melangkah lebih dekat lagi.
“Ayah... izinkan aku sedikit memijat agar ayah merasa lebih baik. Kalau ayah sehat, ayah bisa berpikir jernih dan memohon pada kaisar.”
“Tidak usah! Ayah masih bisa...”
Belum sempat Wenqing menyelesaikan kalimatnya, tangan Jiao Lizhi sudah dengan cepat menekan pundaknya.
“Ah, begini ya ayah, bagian sini pasti pegal karena bekerja dengan laporan yang banyak setiap hari~” ucap Jiao Lizhi dengan suara lembut.
“Ugh! Ya, tapi jangan terlalu keras...”
Jiao Lizhi menekan sedikit lebih kuat. “Lalu di sini, ayah sering sakit juga, kan?” Jiao Lizhi mengubah arah tangannya ke pinggang Jiao Wenqing.
Wenqing mendengus. “Tidak perlu! Tidak perlu ditekan di...”
Crack!
“AAAAAAHHH!!”
Suara ayahnya memecah udara pagi, membuat burung-burung di taman terbang ketakutan.
Nyonya Zhao langsung menutup mulutnya, menahan tawa.
Jiao Fei menatap langit sambil menghela napas. “Sudah kuduga...”
Lizhi terkejut, memegangi bahunya dengan wajah polos. “Eh? Ayah, apa aku menekan terlalu keras?”
“JIAO LIZHI, apakah kau ingin mengirim arwah ku langsung ke leluhur?”
“Tapi... kupikir aku hanya menyentuh sedikit...” ucap Jiao Lizhi sambil memperpendek lehernya.
Wenqing, dengan wajah merah padam dan keringat dingin di pelipis, berusaha berdiri sambil menggeram.“Lizhi! Kau... kau benar-benar...”
Namun tiba-tiba ia berhenti.
Ia menatap ke bawah, lalu mencoba menegakkan punggungnya pelan-pelan.
“Eh... aneh... pinggang ayah... tidak sakit lagi?”
Lizhi mengedip polos. “Benarkah? Wah, itu artinya aku hebat, kan, Ayah?”
Wenqing masih tertegun. Ia menekuk tubuh ke kiri dan ke kanan, bahkan sedikit melompat.
Pinggangnya yang tadi sakit seperti ditusuk jarum kini benar-benar terasa ringan.
“Sepertinya... Aku tidak merasakan nyeri sama sekali!”
“Senang sekali rasanya bisa membantu Ayah!”
Jiao Wenqing mendengus, ini semua kesalahan Jiao Lizhi. Apa yang perlu dibanggakan. Mengapa ia membanggakan diri sendiri.
“Kau... ternyata juga mempunyai kemampuan ini?”
“Em, tentu saja.” Jiao Lizhi menepuk dadanya, tersenyum lebar.
“Nah, sekarang Ayah sudah sehat! Jadi, Ayah bisa pergi ke istana dan bilang ke Kaisar kalau aku tidak bisa bekerja, ya?”
Jiao Fei akhirnya tidak tahan lagi dan menepuk dahinya keras. “A Zhi, kau sadar tidak? Kalau Ayah pergi ke istana hanya untuk bilang ‘tolong batalkan titah anak saya’, maka seluruh istana akan menertawakan kita selama tiga generasi! Belum lagi, kita akan dianggap memberontak, seluruh keluarga kita akan dipenggal. Paling ringan akan diasingkan.”
Jiao Lizhi menggembungkan pipinya. “Tapi aku tidak mau bangun pagi! Dan aku tidak suka orang-orang berkumis dan berjenggot panjang itu berdebat.”
Jiao Lizhi lupa, jika yang dimaksud orang-orang itu juga termasuk sang ayah nya sendiri.
Jiao Wenqing menatap langit, wajahnya penuh penderitaan. “Langit... kalau kau mau mengambilku sekarang, aku tak akan menolak…”
Namun Jiao Lizhi segera berlutut di depannya dengan mata berbinar. “Ayah, aku berjanji akan memasak bubur herbal untuk ayah setiap pagi kalau ayah bantu aku kali ini!”
Jiao Wenqing mendengus. “Buburmu pasti rasanya seperti ramuan obat hewan! Ayah tidak mau mati muda!”
“Bukankah tadi ayah meminta untuk diambil nyawa nya dan tidak akan menolak?” ucap Jiao Lizhi polos hingga membuat Jiao Wenqing wajahnya memerah dan menunjuk pada Jiao Lizhi.
“Kamu....”
Jiao Lizhi menggenggam tangan Jiao Wenqing dengan wajah memelas, “Ayah, lihatlah tangan, kaki dan badan ku yang kecil ini. Aku begitu rapuh sekali, bahkan untuk mengangkat bantal saja perlu usaha keras.” ucapnya sesedih mungkin.
Zhao Rulan dan Jiao Fei hanya bisa tertawa dalam hati, sementara Jiao Wenqing mencebikkan mulutnya, rapuh dari mana? Tulangnya saja hampir patah dibuat nya.
“Ayaaaaah~~~!”
Akhirnya, Jiao Wenqing menghela napas panjang.
“Sudahlah. Besok kau tetap pergi ke istana. Anggap saja itu... latihan kedewasaan.”
Jiao Lizhi langsung menjatuhkan bahunya. “Tidak bisa ditawar?”
“Tidak.”
“Bagaimana jika aku pergi yang jauh?”
“Silakan. Tapi ingat, Kaisar bisa memerintahkan pasukan untuk menyeret mu dan memenggal kepala mu.”
Jiao Lizhi masih memikirkan cara untuk kabur atau membatalkan titah kaisar.
Melihat Jiao Lizhi yang termenung sedang memikirkan sesuatu, Jiao Wenqing langsung mengingatkan Jiao Lizhi, “Lupakan saja pikiran kotor mu itu. Lebih baik kau menjadi pejabat.”
Setelah selesai berbicara, seluruh orang-orang segera pergi ke kediamannya masing-masing.
Beberapa jam kemudian, beberapa pelayan istana datang mengantarkan pakaian kerja Jiao Lizhi, dan seluruh pelayan sibuk menyiapkan perlengkapan Jiao Lizhi.
Di sisi lain, Jiao Lizhi masih duduk santai di bawah pohon plum sambil menggigit buah permen tusuknya, menatap dekrit Kaisar yang kini tergulung di pangkuannya.
[Besok Tuan Rumah akan masuk istana, menghadiri sidang pagi bersama para menteri. Apa Tuan Rumah tidak gugup?]
“Tidak juga. Lagipula, bukankah ini kesempatan bagus?”
[Eh? Aku kira Tuan Rumah tidak mau bekerja?]
“Aku tidak mau bekerja keras, tapi kalau hanya diam dan menutup telingaku di istana dan dapat gaji besar, siapa yang menolak?”
[Kadang aku heran, Tuan Rumah… antara jenius atau gila, batasmu sangat tipis.]
Dari kejauhan, suara Jiao Wenqing masih terdengar mengeluh di ruang utama. “Istriku, aku tidak tahu… apakah aku harus bangga punya anak seperti dia, atau mulai menulis surat wasiat.”
Nyonya Zhao menghela napas. “Tuan, lebih baik tulis dua-duanya. Untuk jaga-jaga.”
Jiao Wenqing yang mendengar saran istrinya hanya bisa menarik kata-katanya.
Sementara itu, Jiao Fei hanya bisa menatap adiknya yang tersenyum manis di bawah pohon, rambutnya berayun lembut ditiup angin.
“Semoga saja kau tidak membuat keributan dengan suara hati dan rahasia orang-orang nanti, A Zhi… kalau tidak, aku akan menyiapkan batu nisan keluarga mulai sekarang.”
lanjut up tiap hari thor 1 bab aja jika bisa ya lebih💪💪💪💪💪💪