 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Sore itu, dibawah kaki pegunungan Jogja. Di rumah megah yang berdiri kokoh. Ayu berdiam menatap hangatnya langit bersemu merah. Matahari hampir tenggelam, sementara tangisan Ayu di sana belum juga reda.
Ia berdiam memeluk tubuhnya sendiri. Duduk menghadap ufuk barat, seolah sedang menanti keajaiban dari sang Pencipta. Tubuhnya terasa dingin. Semakin terasa menusuk sampai tulang. Wajahnya selalu sembab menahan ancaman. Kedua langkahnya terpaku, selalu menjadi bulan-bulanan keluarga Adipati.
Dari arah belakang, terdengar derap langkah seseorang yang semakin dekat. Ayu bergegas menyeka air matanya, saat melihat adik iparnya yang tak lain Afan, kini sudah berdiri kaku menatapnya.
"Kamu menangis lagi?" Wajah Afan sudah mulai memerah. Ia tatap lebih dalam, hingga membuat rahangnya ikut menggeretak. "Aku akan buat perhitungan buat Damar!"
Ayu menggeleng lemah. Sorot matanya memohon, serta tangannya menahan lengan Afan. Ayu sudah lelah melihat keributan keluarga Adipati sebab dirinya.
Afan tidak duduk di sebelah Ayu. Ia sangat menghargai marwahnya sebagai Istri Damar, meskipun persahabatan mereka begitu kental. Afan menarik kursi plastik untuk ia duduki di depan Ayu. Pria itu dengan sikap lembutnya menyeka sisa air mata yang menutupi wajah cantik Ayu.
"Ayu... Aku akan pergi! Kamu bisa menungguku? Aku hanya pergi untuk menyelesaikan pendidikanku di Paris! Aku sejujurnya tidak tega meninggalkanmu sendiri. Tapi aku yakin, kamu lebih kuat dari yang aku bayangkan." Ucap Afan begitu pelan.
Ayu mengangguk lemah. Afan menanggalkan rambut ayu dibalik telinganya. Pria itu tersenyum hangat, meskipun hatinya terkoyak hebat.
Ayu menatap sahabatnya dengan lamat. "Pergilah! Kejar cita-citamu, Afan. Aku lah orang pertama yang akan tersenyum bangga melihat kamu sukses nanti," senyum di bibir tipis itu melekuk indah. Tersirat rasa keikhlaskan yang mendalam.
Ayu bertekad kuat setelah ini. Ia tidak mungkin mengandalkan Afan sepenuhnya sebagai dewa penolongnya.
Dan semenjak saat itu. Setelah Afan memutuskan pergi, hari-hari Ayu terasa sepi. Penyiksaan selalu menjadi bahan makananya setiap hari.
......................
Afan tersadar dari lamunannya. Dan rupanya, sudah 1 jam lebih ia membayangkan wajah sahabatnya itu. Afan menatap kembali arlojinya. Waktu sudah menunjukan pukul 11.15 wib. Pria itu segera bangkit, dan berjalan keluar untuk menanyakan jadwal terbarunya kepada sang sekertaris.
Baru saja Afan akan turun. Ia lebih memilih menuruni tangga, hingga melihat sosok wanita cantik yang bergelayut manja di lengan Kakaknya-Damar. Keduanya baru keluar dari lift, mungkin akan melakukan makan siang bersama.
Afan yang tidak tahu apa-apa, jelas saja tersentak melihat pemandangan itu.
"Pak Afan..." sapa Pria bernama Danang yang bekerja sebagai kepala pemasaran. Pria itu mengikuti arah pandang Afan, ketika sang Kakak-Damar baru saja keluar bersama Raisa.
"Danang, ikut saya keruangan sekarang!" Afan urungkan niatnya untuk menemui sang sekertaris, dan kembali naik keatas menuju ruangannya.
Setibanya Danang di ruangan Afan, pria itu di persilahkan untuk duduk di sofa. Danang-pria itu agak merasa bingung, merasa terintimidasi dengan tatapan serius Afan.
"Danang, tolong katakan sejujur-jujurnya mengenai wanita yang bersama Damar tadi?"
Danang agak merasa terheran. Namun, ia yang sebelumnya tidak pernah terlibat apapun dengan keluarga Adipati selain bekerja, sontak saja menjawab dengan apa adanya.
"Pak Afan tidak tahu? Oh ya, kan Pak Afan baru pulang ya. Wanita tadi namanya Raisa, calon istrinya Pak Damar. Baru saja dua minggu yang lalu bertunangan. Kabar yang beredar, Ayahnya si Mbak Raisa ini, salah satu investor terbesar di perusahaan Tuan Galuh!" Jawab Danang tanpa dosa pekara. Dan memang, apa yang terlontar dari kalimatnya sebuah kebenaran yang baru Afan ketahui.
Afan jelas tersentak. "Apa? Tunangan?" kedua matanya membola penuh kobaran api.
"Maaf sebelumnya... Apa Pak Afan tidak di beri tahu sama keluarganya Pak Afan?" Danang menanyakan itu begitu hati-hati.
Brak!
Afan menggebrak meja kaca di depannya begitu kuat, sampai vas bunga itu ikut bergetar. Sementara Danang, pria itu melonjak kaget sampai memegangi dadanya.
"Bajingan!" Umpat Afan sambil meremat kuat tangannya.
Wajah tampan itu memerah penuh guratan amarah yang tertahan. Dan tanpa peduli dengan keberadaan Danang, Afan melenggang keluar begitu saja.
****
Sementara dalam perjalanan, Damar sejujurnya enggan menerima ajakan Raisa untuk makan siang. Akan tetapi, ia tidak mungkin menolak secara langsung, sebab perusahaan Ayahnya berada dalam cengkraman Pak Darma.
Sejak tadi, suasana mobil itu terasa hening. Damar larut dalam pikirannya sendiri, sambil memfokuskan pandangannya kedepan.
Tentu saja hal itu membuat Raisa menahan kesal. Ia menoleh, lalu menyentuh lengan Damar sedikit kasar. "Damar, kamu kenapa sih? Nggak biasanya kamu dingin kaya gini?"
Damar masih fokus menatap depan. "Aku tidak apa-apa, Raisa! Aku hanya sedikit lelah saja dengan pekerjaan di kantor," terdengar tarikan nafas berat, seakan Damar sudah merasa lelah menghadapi sifat calon istrinya itu. "Sudah, stop ya... Jangan banyak bicara dulu! Biarkan aku fokus menyetir."
Raisa menarik kembali tangannya. Ia melipatkan tanganya ke dada sambil menampakan wajah kesal.
Dan tak lama itu, mobil Damar sudah memasuki halaman parkir resto tenama di Jogja.
Biasanya, Damar segera turun dan membukakan pintu untuk kekasihnya itu. Tapi kini, Damar bagaikan sosok yang baru saja kehilangan arahnya. Ia berlalu begitu saja, hingga membuat Raisa semakin menahan emosi.
"Damar, kenapa kamu tinggalin aku? Biasanya sebelum aku turun, kamu bukain pintu terlebih dulu," Raisa mengungkapkan semuanya sembari menyamai langkah lebar Damar.
Damar masih terus berjalan hingga ia mengambil kursi untuk ia duduki di meja nomor 14. Ia baru menjawab, sambil membuka buku menu. Namun sebelum itu, ia menarik nafas dalam, "Aku sudah bilang padamu, Raisa. Aku lelah, dan tolong untuk kali ini jangan membuat pikiranku semakin panas." Ungkapnya begitu tenang.
Raisa menyambar buku menu itu dengan nafas memburu. "Aku bicara sama kamu, Damar! Tatap wajahku! Tidak biasanya kamu seperti ini. Aku tidak yakin jika kamu hanya lelah karena pekerjaan saja."
Damar membuang wajah sekilas, menggenggam kuat tanganya diatas meja. "Diam, Raisa!" sentaknya.
Raisa seketika terdiam. Wajahnya menegang, baru kali ini mendapat bentakan dari seorang Damar.
"Kamu membentakku, Damar? Sejak kapan?" Raisa menggelengkan kepala lemah sambil tertunduk lesu.
Damar memejamkan mata dalam. Ia menahan rasa panas dalam hatinya, mengontrol rasa emosi yang kian melambung kuat. Entah mengapa bayangan disaat ia mencabut nisan sang istri kembali menghantui waktunya.
Sekuat tenaga ia melupakan, namun rasa bersalah itu semakin harinya bak tanah yang terkikis.
"Kalian bukan manusia! Kalian semua iblis!"
Kalimat itu bagaikan syair lagu yang menggema di setiap detak jantung Damar.
Bersambung..
*
*
*
Selamat malam kak, di kasih bonus ya❤❤😊
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.