Transmigrasi Ke Tubuh Adik Pelakor

Transmigrasi Ke Tubuh Adik Pelakor

Episode 1

Di sebuah pelosok desa terpencil, tepatnya di dalam kebun yang jauh dari ramainya desa, kini seorang wanita cantik sedang bertaruh antara hidup dan mati demi melahirkan belahan jiwa.

Aroma usang gubuk tua itu mengikat tubuhnya, dengan kedua kaki yang telah terpasung. Wajahnya kusam. Sorot mata itu sayu menahan luka. Tubuhnya diam, namun jiwanya berontak.

Erangan kuat menyamai suara tangisan sosok bayi laki-laki yang baru saja lahir dengan sendirinya. Tubuh yang semula terkoyak, kini berhasil melunak kala mendengar suara tangisan bayi berjenis kelamin laki-laki.

Mungkin saking cukup lelahnya, antara setengah sadar wanita tadi mendengar suara derap langkah seseorang yang diam-diam masuk. Dan samar-samar ada suara gumaman seseorang yang menginterupsi agar bayi malang itu segera di pindahkan.

Namun sebelum bayinya dibawa pergi, wanita tadi sempat mencolek sisa darah yang mengalir dari kedua kakinya untuk ia tekankan pada lengan sang putra.

Disisa tenaganya, wanita tadi bersuara. "Dimana bayiku?!" Suaranya nyaris patah. Sisa tenaganya nyaris habis. Pandanganya semakin sayu, bahkan terhalang oleh banyaknya keringat yang keluar. Anak rambutnya sudah lusuh acak-acakan.

Suara derap langkah terakhir itu berhenti tepat didepan mata wanita malang tadi. Pria yang mengenakan kemeja digulung siku, menunduk dengan menopangkan sebelah satu kakinya. "Bayimu sudah mati!" Tekanya sembari mengulas senyum remeh.

Wanita malang itu berontak. Tangisan, raungan, kini memecah ruangan sepetak itu. Hatinya terasa sakit, serta jiwanya terkoyak hebat. Belum sempat jemarinya menyeret sang bayi untuk ia dekap, namun para iblis berkedok manusia itu sudah lebih dulu mengambil bayinya.

"Kamu bukan sosok suami! Kamu iblis!" Teriak wanita tadi.

Tak mengindahkan, pria tadi malah mengadakan tanganya keatas, mengisyaratkan pada sang asisten untuk mengambilkan sesuatu.

Sebuah benda kecil bewarna hitam mengkilap dengan senapan tajam, kini sudah tergenggam ditangan pria tadi. Senyumnya merekah sinis, lalu bangkit sambil ia usap pelan.

"Ucapkan selamat tinggal, karena setelah ini kau akan menyusul orang tuamu! Dan aku sudah pernah bilang sama kamu, jika sejak dulu pun aku tak pernah mau menikahi wanita cacat sepertimu!" Pria tadi mengambil nafas untuk menjeda kalimatnya beberapa detik. "Sudah miskin, tapi tidak tahu diri."

Sementara wanita tadi, ia hanya mampu terpaku diam. Sorot matanya menatap lurus namun kosong. Wajahnya terhambar sudah lelah, bahkan menjawab pun ia tiada selera. Hanya senyap, kosong, bak ia hidup didalam jiwa yang telah lama mati.

DOR!

DOR!

Pelatuk ditarik, hingga timah panas itu berhasil menembus dinding otak wanita tadi. Tidak hanya satu tembakan. Dua tembakan dalam waktu bersamaan melesat kuat, hingga mengeluarkan darah segar mengalir hingga ke wajahnya.

Secara perlahan, wanita itu terjatuh, sakit, panas, lalu perlahan matanya tertutup. Namun, samar-samar ia masih mendengar dua pria tadi tertawa iblis menertawakan kematiannya.

"Tuhan, beri aku kesempatan hidup kembali. Aku tidak terima harus mati mengenaskan dalam tangan iblis itu." Gumam batinnya sebelum ia benar-benar gugur.

Pemakaman di lakukan secara privat, dan di hadiri oleh keluarga inti saja.

Dan kini, nama Ayu Maheswari hanya menjadi kenangan pedih yang tak berkesudahan. Wanita cantik itu rela menawarkan pernikahan kepada putra Tuan Galuh Adipati, demi membebaskan sang Ayah dari jerat hutang kala memenuhi kebutuhan sakit Ibunya semasa hidup dulu.

Namun, Ayu tidak pernah mendapatkan keadilan sebagai sosok Istri di tengah-tengah keluarga terpandang itu. Ia dibawa suaminya-Damar Adipati pindah ke sebuah desa terpencil di daerah Jawa Tengah.

Ayu di makamkan di pemakaman khusus keluarga besar Adipati, sebab tidak ingin beberapa orang desa mencurigai keluarga terpandang itu.

*****

Perlahan namun pasti, Ayu kembali mengerjakan matanya. Tubuhnya terasa lemah, dengan hembusan nafas lirih menyertai. Begitu pandanganya terbuka sempurna, alangkah terkejutnya ia melihat sosok suaminya-Damar, ia tengah berdiri kaku menatapnya. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik yang kini juga menatap kearah Ayu dengan wajah muak, sambil mengapit lengan Damar.

Jelas saya Ayu tersentak. "Bagaimana bisa dia ada di hadapanku? Bukanya aku sudah mati setelah di tembak tadi?" Ayu masih menatap bingung orang-orang di sekelilingnya, ketika parubaya wanita yang kini berdiri dikiri ranjang menatapnya nyaris menangis.

"Non Rumi ... Syukurlah Nona sudah siuman. Bibik ikut bahagia," kata parubaya wanita tadi, berdiri agak berjarak, namun tatapanya penuh rasa syukur.

"Rumi? Siapa Rumi?" Ayu masih belum menyadari jika ia terbangun di tubuh gadis yang bernama Rumi.

Dari arah luar, derap langkah kian menggema semakin dekat masuk dalam ruangan yang penuh aroma obat itu. Sosok pria setengah baya kira-kira berusia 55 tahunan, memakai pakaian formal, kini berhenti di samping ranjang menatap Ayu dengan tatapan dingin. "Syukurlah jika sudah sadar!" Suara parubaya itu begitu tenang, datar, tanpa ada tatapan kasih sayang di dalamnya.

Setelah itu pria parubaya tadi menoleh kepada sang Pelayan. "Jaga Rumi, Bik! Saya mau keluar menemui Dokter dulu!"

Baru saja Parubaya tadi menginjakan kakinya diambang pintu, tetiba saja Ayu memekik suaranya. "Saya bukan Rumi!"

Wanita yang berdiri disamping Damar, ia sontak saja menatap kaku terheran. "Apa maksud kamu?! Berlagak lupa ingatan setelah koma 1 bulan."

Tanpa menoleh, parubaya tadi langsung melanjutkan jalannya keluar. Dalam pikiranya, mungkin putri angkatnya itu masih belum sepenuhnya sadar dari siumannya.

Damar mengusap lengan kekasihnya. Bukan kekasih, Namun lebih tepatnya sang selingkuhan. "Mungkin Rumi masih belum sepenuhnya sadar. Kau harus memakluminya." Kata Damar begitu lembut. Dan baru hari itu ia mendengar sendiri suara suaminya bagaikan kapas yang terbawa angin. Tenang, penuh kelembutan.

"Kalian berdua benar-benar manusia durjana. Bagaimana mungkin Damar dapat setenang itu setelah membunuhku?!" Batin Ayu menolak itu. Sorot matanya sejak tadi tampak asing, penuh rasa muak menatap dua orang didepannya.

"Sudah benar kamu koma untuk selamanya! Muak sekali aku melihatmu siuman, Rumi!" Kecam wanita tadi.

Ayu yang terjebak dalam tubuh Rumi hanya mampu diam sejenak, sebelum lidahnya merajam jantung saudaranya itu.

"Kenapa? Kau takut melihat aku sudah kembali? Mungkin setelah ini aku akan hidup lebih kuat! Aku tidak terima kalian menjadikan aku sebuah boneka yang dengan bebas kalian mainkan!"

Wanita bernama Raisa itu sungguh terkejut melihat perubahan saudara angkatnya. Ia menatap kekasihnya sekilas, lalu kembali menatap Ayu seakan tidak terima.

Bik Asih-sang Pelayan juga dibuat menganga dengan perubahan sikap Nona mudanya. Sorot mata tuanya sampai melekat, seolah tengah memastikan wanita cantik yang saat ini tengah bersandar benar-benar Nonanya atau tidak.

"Non Rumi baik-baik saja?" Bik Asri hanya memastikan. Suaranya pelan, selalu menjadi garda terdepan setiap kali keluarga besar itu menyakiti Rumi.

Ayu mengangguk. "Tidak ada yang perlu Bibi cemaskan. Aku lebih dari baik-baik saja," katanya sambil menatap sang pelayan penuh kasih.

Raisa masih menggeram. Ia berjalan lebih dekat. Niatnya ingin mencengkram lengan adiknya, namun Ayu lebih dulu menampiknya. Meski tubuhnya masih terasa lemah, namun ia tidak ingin melihat Rumi kesakitan karena ulah keluarganya.

"Kamu sudah berani sama aku, Rumi?!" Tangan Raisa menggantung, lalu ia tunjuk wajah adiknya dengan guratan penuh rasa kebencian.

Damar melerai. Ia tarik secara lembut lengan kekasihnya. "Lebih baik kita keluar, dan biarkan Rumi beristirahat terlebih dulu!"

Raisa mendesah kasar. Menaikan tas lengannya yang tadi sempat terjatuh. Lalu segera berjalan keluar dengan langkah kasar.

Sementara Ayu-ia membeku melihat bagaimana suaminya memperlakukan wanita tadi dengan penuh kelembutan. Dan kini ia tahu, rupanya ia terjebak di tubuh adik angkat dari selingkuhan suaminya.

Terpopuler

Comments

Anisa Febriana272

Anisa Febriana272

Semangat terus kak ceritanya bagus🔥

2025-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!