NovelToon NovelToon
Kimi'S Destiny

Kimi'S Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Mafia / Cintapertama / Playboy
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: V3a_Nst

Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 - Kimi's Destiny

***

Kimi membeku menatap horor ke sumber suara yg menyebutkan namanya. Ia tidak menyangka sejak kurang lebih dua bulan lalu tidak bertemu, kini malah di pertemukan di tempat seperti ini. Dan lagi, tatapan pria setengah sadar itu tidak ada menyiratkan keramah tamahan sama sekali. Yg ada hanya, kabut gairah dan juga seringai kejam.

Hal itu membuat Kimi bergidik takut. Ia mundur dengan langkah perlahan. Beberapa kali dirinya hampir terjengkang jika tidak segera memegang orang disekitarnya untuk bertahan.

Pria mabuk tersebut tertawa kencang. Ia suka dengan wajah penuh takut seorang Kimi. Ia pun berjalan perlahan mendekati sang gadis pujaan. Langkah demi langkah di iringi tawa bengis sang pria. Ia mendorong semua orang yg hendak menghalangi. Fokus nya hanya satu gadis yaitu Kimi. Berjalan sempoyongan tidak membuatnya kalah langkah dari sang gadis. Sampailah...

Grep!

"Lepas!! Lepas!!" Jerit Kimi ketika pergelangan tangan mungilnya terperangkap dalam genggaman kuat telapak tangan milik sang pria mabuk.

Mata Kimi berkaca-kaca, ia ketakutan setengah mati. Menoleh sekeliling hanya meminta untuk di selamatkan. Namun nihil! Tidak satu pun dari ramainya pengunjung ingin membantu dirinya. Ia menangis, yg mana hal itu malah membangkitkan sisi bengis sang pria mabuk. Ia tarik tubuh sintal Kimi ke dalam rengkuhan dada bidang miliknya.

Kimi memberontak sebisa yg ia perjuangkan. Akan tetapi tenaga sang pria memang lah tidak sebanding dengan gadis mungil seperti dirinya. Perlahan wajah sang pria mendekat, ia usap kasar air mata yg meleleh di pipi mulus Kimi. Kimi mengaduh sakit tetapi malah di tertawakan oleh sang pria.

"Hari ini kamu milik aku!" Desis sang pria bernada dingin dan kejam.

"Tidak! Lepaskan! Sakit! Lepaskan!"

Grep! Bugh! Bugh! Gerudak!

"Belum menyerah juga ternyata!"

"Wil-Willi-William?!"

"Hai..."

***

Flashback On

Sepulang dari kantor, Alex mengajak ketiga temannya bersantai di klub malam yg dulu sering mereka kunjungi. Sudah sejak kejadian William patah hati, ke empat pria tampan paling unggul di tempat itu, tidak lagi pernah menginjakkan kaki disana. Maka hari ini, Alex berniat melakukan kembali rutinitas mereka pada setelan awal.

"Aku Jemput kamu dan yg lain di Anderson Grup."

Tut!

Alex melakukan panggilan kedua kepada William, ia berkata akan menjemput ketiga nya dan pergi ke tempat tujuannya sejak awal. Pembicaraan soal klub, sudah menjadi rencana mereka di awal pagi tadi.

Sesampainya di kantor milik keluarga Anderson. Tampak William Marsel dan juga Darren telah bersiap di atas kendaraan masing-masing. Alex menarik ujung bibir saat melintasi ketiga mobil mewah sahabatnya.

Walaupun berkata akan menjemput, bukan berarti mereka pergi dengan satu kendaraan, sudah pasti mereka berangkat menggunakan armada masing-masing.

Hal itu juga yg membuat ke empat pria tersebut makin terlihat tampan gagah dan juga kaya raya.

Bunyi klakson milik William telah berbunyi, itu pertanda semua kendaraan sudah siap berangkat. Berjalan beriringan keluar kantor membuat para wanita yg lalu lalang tidak bisa berdiam diri tanpa berdecak kagum bahkan berteriak histeris.

"WILLIAM I LOVE YOU!!!"

Kata itu yg terdengar jelas di antara banyaknya wanita yg meneriaki namanya. Ia pun tersenyum angkuh.

"Ck! Semua orang saja pada kagum sama aku, nah yg satu orang itu! Malah nyuruh-nyuruh aku pergi terus!" Keluh William mengingat satu nama gadis yg melekat erat di hati maupun pikirannya.

***

Para penjaga klub malam terkejut ketika mendengar suara geberan mobil yg sudah lama tidak terdengar. Mereka menyambut antusias ketika sadar siapa yg datang.

"Wah para Tuan Muda.." Ucap salah satu penjaga bersemangat. Sedangkan yg lainnya sibuk menghampiri mobil yg berhenti tepat di depan pintu masuk.

"Selamat Malam Tuan William." Sapa seorang penjaga klub ketika William menapakkan kaki di atas aspal.

William mengangguk, dan langsung memberikan kode untuk segera memarkirkan kendaraan miliknya. Sudah menjadi kebiasaan penjaga klub disana, akan memarkirkan kendaraan para konglomerat yg hadir sebagai bentuk penghormatan serta fasilitas bagi kalangan atas seperti William dan juga yg lainnya.

Uang tips yg mereka terima juga bukan berada diangka yg sedikit. Maka dengan suka rela, para penjaga akan dengan senang hati memberikan tempat yg nyaman dan aman bagi mereka.

***

Ke empat pria tampan mulai memasuki ruangan kerlap kerlip dengan dentuman musik yg menggoyang raga. Namun belum terlalu jauh melangkah, sosok yg sangat William rindukan ada di antara kerumunan para pengunjung. Sosok itu adalah Kimi.

Menyadari sorot mata William membeku pada satu arah, ketiga teman yg lain ikut menatap ke sumber pandang William. Mereka ikut terkejut dan... Heran.

Saat itu posisi Kimi sedang berjalan mundur. Hal itu membuat dahi William mengerut dalam.

"Kenapa dia?" Heran William bertanya bingung.

"sepertinya sedang ada yg mengganggu, lihat saja didepannya ada pria yg menuju ke arah Kimi." Jawab Marsel sembari menunjuk ke arah yg ia bicarakan.

William menoleh dan seketika darahnya mendidih melihat sosok itu mulai mendekap erat wanita nya. Ia mengenal pria brengsek itu. Jalannya tergesa namun tetap terlihat elegan dan juga tampan. Di ikuti oleh ketiga sahabatnya, jalan William seolah menjadi gerakan slow motion yg sering terjadi di serial televisi. Pesona ketampanan mereka yg di atas rata-rata membuat para wanita terkagum-kagum sambil membuka jalan.

Tanpa ada kata apapun, William langsung memberikan bogem mentah pada sosok pria yg telah lancang kembali menyentuh.. Miliknya.

Kimi yg langsung menyadari kehadiran pria yg dua bulan ini tidak ia temui, ia merasa shock. Ia sampai terbata saat mengucapkan nama William.

Sejujurnya, perasaan membuncah tiba-tiba saja hadir di hati Kimi, ia merasa bahagia ketika bisa menatap wajah tampan itu kembali. Ia juga merasa aman jika ada pria itu, dengan rasa takut yg ia alami, ia sontak bergegas memeluk tubuh gagah William.

William terkejut dan dengan gugup berkata "Hai..."

Sambil perlahan mengusap lembut kepala Kimi. Ia tersenyum canggung namun tentu bahagia sekali dapat kembali bertemu dengan Kimi yg sudah sejak awal ia klaim telah menjadi miliknya.

Kimi tergugu, ia terisak diantara perasaan rindu dan juga rasa takut yg membaur menjadi satu. William mengerti, ia pun terus saja mengusap dan memeluk lebih erat wanitanya.

Di sisi lain, pria mabuk tersebut muak melihat adegan dihadapan. Ia mengambil botol salah satu pengunjung yg masih berisikan alkohol. Ia layangkan botol tersebut ke arah Kimi dan juga William.

Akan tetapi walau hati sedang bahagia dan juga tangan masih sibuk mengusap, insting tajam milik William bukan bisa dianggap remeh. Dengan satu tangan ia sigap menangkap botol kaca tersebut. Ia menutup mata geram. Perlahan ia membuka mata, menoleh menatap tajam pria mabuk tersebut.

Hampir saja, sedikit saja William terlambat menangkap, sudah di pastikan kepala Kimi akan bocor terkena serangan botol dari kakak senior di tempat ia bekerja dahulu.

Ya, pria mabuk yg berjam-jam lamanya mengagumi Kimi penuh puja dan juga membayang-bayangkan tubuh sintal itu meliuk liar di atas tubuhnya, ia adalah Gilang, senior yg pernah menggoda Kimi di tengah jalan.

"Berani sekali kamu bangsat!" Marsek maju mulai menyerang Gilang. Gilang tidak tinggal diam, walau dalam keadaan setengah sadar, ia masih tergolong kuat menangkis serangan Marsel. Marsel sempat terkena pukulan, barulah Darren dan juga Alex membantu.

Suasana menjadi ricuh sampai sang pemilik klub kembali bersama beberapa bodyguard berbadan besar di belakangnya.

"Stop! Berhenti kalian semua! Kalau tidak! Saya akan tembak kaki kalian semua!"

"Fuck you Edo! Kamu mau membunuh teman aku!" Maki William yg masih setia memeluk Kimi yg ketakutan. Edo adalah nama pemilik klub malam tersebut. Ia juga berteman baik dengan William selaku pelanggan tetapnya disini. Ia terlonjak takut ketika William berteriak tepat ditelinganya, lalu ketika ia beralih menatap pada wanita yg sedang dipeluk William. Edo melebarkan mata. Ia melotot tidak terima melihat pemandangan itu.

"Kamu! K-kok.." Heran Edo membeliak menatap Kimi.

Sadar wanitanya berjengit, William menghadang dengan ucapan lantang. "Apa!"

Kimi semakin mempererat pelukannya pada William ketika sadar sang pemilik klub memandangnya dengan tatapan melotot.

"Kenapa kamu menatap dia seperti itu! Dia takut! Pergi kamu bangsat! kamu urus pengunjung kamu yg bikin onar itu!"

Edo masih tidak beranjak dari posisi, ia masih tidak terima Kimi berada dalam pelukan seorang William. Selama dua bulan Kimi bekerja untuknya, ia mulai tertarik pada wanita tersebut. Niat awal menerima Kimi bekerja pun, hanya karena merasa tertarik pada sosok Kimi saja.

Merasa Edo tidak bergerak sama sekali, William menyerang dengan satu tangan kearah leher Edo. Kimi menjerit terkejut.

"Kalau kamu masih mau punya mata, berhenti menatap dia seperti itu." Desis William pelan namun tidak dengan kekuatan nya mencengkram leher Edo. Edo menepuk-nepuk tangan William meminta ampun. Seringai buas terbit di wajah William.

"Ok-oke, Maafkan aku!" Ucap Edo sesaat setelah terbatuk-batuk akibat dicekik William selama beberapa detik. Ia arahkan para bodyguard untuk melerai kegaduhan yg terjadi. Sesekali ia menoleh ke arah Kimi, namun tidak berani ketika matanya bertemu pada William.

***

Merasa kondisi sudah akan diamankan oleh Edo. Dan juga melihat kondisi Kimi yg masih sesekali bergetar dalam pelukannya. William memutuskan membawa gadis itu keluar dari klub malam. Baru berniat menggeser langkah, Kimi mendongakkan kepala menatap William.

"Kenapa?" Tanya William lembut sambil melipirkan anak rambut yg menutupi wajah cantik Kimi. Dan ternyata anak rambut Kimi sebagian sudah basah. 'Sial! Setakut apa Kimi kamu buat Gilang! Sampai dia berkeringat takut begini! Atau kamu Edo! Pendingin ruangan kamu payah! Tutup saja klub sampah ini! tidak layak sekali kamu mengurus seperti ini saja!' Rutuk William dalam hati.

Yg di tanya hanya menggeleng lemah. Tatapannya juga sayu pertanda Kimi sangat lelah saat ini. Tanpa bertanya lebih lanjut, William langsung saja menggendong Kimi ala-ala bridal style. Sontak semua pengunjung wanita tampak iri pada sosok Kimi. Banyak di antara mereka merasa lebih cantik dari pada Kimi, tetapi mengapa wanita pekerja sebagai kasir itu yg di pilih oleh pria se tampan William.

Kimi yg di gendong hanya terkejut sesaat, namun setelahnya ia memilih semakin masuk saja dalam pelukan pada pria yg ia rindukan.

***

"Awas hati-hati kepalanya."

Kimi menggangguk. Ia arahkan kepalanya masuk ke dalam tanpa hambatan.

Gedebum!

Suara pintu mobil sudah tertutup terdengar. Ya, William memilih membawa Kimi masuk ke dalam kendaraan miliknya. Ia tidak tahu apa tujuan Kimi datang kesini, namun melihat kondisi tadi, tidak memungkinkan bagi Kimi bertahan lebih lama lagi di dalam sana. Ia pun mengitari kendaraan miliknya dan masuk di kursi kemudi.

Sesaat masuk ke dalam kendaraan, William memasangkan sabuk pengaman pada Kimi. Dan juga menurunkan Kursi ke belakang agar Kimi bisa beristirahat dengan nyaman. Hal itu juga sempat di salah artikan oleh Kimi yg mengira William ingin mengulang kembali adegan ciuman dalam mobil yg sebelum ini pernah mereka lakukan.

Herannya, bukan menolak, Kimi malah menutup kedua mata dengan kegugupan yg kentara. William terkekeh geli, lalu tetap fokus pada tujuan awal.

Kimi mendengar bunyi klik matanya sontak terbuka. Ia arahkan pandangan pada sabuk yg sudah terpasang. Wajahnya memerah, William semakin terkekeh dan mengusak lembut rambut Kimi.

"William!"

"Apa sayang.."

William melebarkan mata karena spontan berucap demikian. Tidak hanya William, Kimi pun begitu. Jika dulu ia merasa tidak peduli dengan kata itu, namun setelah kejadian terakhir yg terjadi di antara mereka. Kimi berdebar luar biasa.

Tidak ada kata lagi setelahnya, William dan juga Kimi sama merasakan salah tingkah. William buru-buru menghidupkan kendaraan dan bersiap membawa Kimi entah kemana dini hari ini.

***

Di ajak berjalan mengelilingi kota dini hari, tidaklah buruk pikir Kimi. Ia menikmati kerlap kerlip lampu jalan yg mereka lintasi. Walau tanpa sepatah kata terucap diantara keduanya, Kimi tetap merasa lebih tenang.

Perlahan-lahan Kimi menutup mata, mengingat pekerjaan dua tempat yg menguras tenaga. Di tambah kejadian terakhir yg membuatnya lelah.

Ia tertidur tanpa hambatan, ia tidak merasa takut atau apapun jika bersama William. Entah mengapa dengan pria tersebut, Kimi merasakan perasaan aman dan juga nyaman secara bersamaan.

"Tidur? Lelah sekali ya kamu." Ucap William menyadari napas teratur dari Kimi. Ia menepikan kendaraan pada taman luas yg tidak jauh dari tempat ia melintas. Ia pandangi wajah cantik Kimi lalu ia usap lembut kepala wanita tersebut.

"Apa aku bawa saja ke apartemen ya? Tapi nanti kalau dia mikir aku macam-macam, bagaimana? Tapi tidur disini kan gak nyaman. Tidak mungkin juga aku bawa dia pulang kerumah, nanti kalau Papa dan Mama mikir aku aneh-aneh bagaimana?"

William berpikir sendiri, apa yg sebaiknya ia lakukan pada wanitanya. Sejujurnya ia masih sangat merindukan Kimi, jika ia bawa pulang. Belum tentu ada alasan lagi kedepannya untuk mereka bertemu.

Bisa bertemu saat ini saja karena takdir yg membawa mereka akhirnya bisa bertemu kembali. Walau suasananya tidak mengenakkan. Tetapi sepertinya Alex ikut andil dalam takdirnya kali ini.

'Untung aku tidak menolak.' Bathin William dalam hati.

***

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!