 
                            Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keempatbelas
Hanna memberitahu Sekar bahwa Ratna tak jadi menemuinya karena harus membawa suaminya ke rumah sakit. Sekar pun lalu pamit pulang.
Diperjalanan, Sekar dan Arya bertemu dengan Ryan. Pria itu menawarkan tumpangan kepadanya namun Sekar menolaknya. Ia tak mau suami dan mertuanya menjadi salah paham.
"Ya sudah kalau Mbak Sekar enggak mau bareng sama saya. Ini ada kue buat Arya!" Ryan menyodorkan kotak kecil dengan merek sebuah nama toko kue.
"Memangnya kamu enggak mau kue ini?" tanya Sekar kepada Ryan.
"Untuk Arya saja, ini kue dikasih teman kuliahku. Kebetulan dia lagi sedekah jadi bagi-bagi dengan temannya," jawab Ryan menjelaskan agar Sekar menanyakan darimana ia mendapatkan kue tersebut. Apalagi tak semua orang bersedia menerima pemberian makanan.
Sekar mengangguk paham.
"Ayo ambil, Arya!" kata Ryan dengan lembut dan tersenyum.
"Terima kasih, Om!" ucap Arya mengambil kotak kue itu.
"Iya, sama-sama. Kalau begitu, aku duluan!" pamit Ryan menyalakan mesin motornya dan berlalu.
Arya mendongakkan kepalanya ke arah ibunya dan tersenyum senang mendapatkan kue dari Ryan.
"Kita makan tidak usah di rumah," kata Sekar.
"Lalu di mana, Bu?" tanya Arya.
Sekar mengedarkan pandangannya dan tatapannya jatuh kepada pedagang es kelapa muda. "Kita di sana saja!" tunjuknya.
"Ayo, Bu!" Arya begitu semangat.
Sekar pun memesan satu buah kelapa muda dan meminumnya di tempat. Keduanya duduk santai sembari menikmati kue pemberian Ryan.
Selang 30 menit, Sekar dan Arya pulang ke rumah. Sekar mengatakan keterlambatan pulangnya karena banyak pekerjaan. Lastri pun percaya dengan kebohongannya.
Selama bekerja, Sekar meminta putranya agar tak berbicara apapun kepada keluarga suaminya. Arya yang sangat pintar dan paham mengikuti perintah ibunya. Apalagi suami, mertua dan iparnya itu tak pernah mengajak putranya mengobrol.
"Sekar nanti malam Ayu akan datang ke sini, kamu pergi ke warung Bu Dian dan masak makanan yang enak buat tamu kamu malam ini," kata Lastri memberikan perintah.
"Ini sudah sore, Bu. Ayam dan ikan mungkin sudah habis di warung. Mending Ibu suruh Lala dan Lulu belanja di pasar sore. Biar aku yang masak!" saran Sekar.
"Mereka tidak mengerti berbelanja bahan dapur," kata Lastri.
"Kalau Ibu mau tamunya disuguhi telur balado, aku 'sih enggak masalah. Tapi, Ibu yang malu 'kan Ibu sendiri sebagai tuan rumah," ucap Sekar.
Lastri diam dan berpikir.
"Ibu bilang Ayu adalah tamu spesial, jadi harus disuguhi makanan yang lezat dan enak," kata Sekar.
"Ya sudah, biar Ibu dan Lulu saja yang ke pasar," ucap Lastri. "Kamu cepat-cepat beberes!" lanjutnya.
Selang 90 menit kemudian, Lastri dan Lulu pulang dari pasar. Lulu membawa belanjaan ke dapur dan memberikannya kepada Sekar.
"Masak cumi balado, telur ceplok sambal ijo, tumis brokoli," kata Lastri memberi perintah yang menyusul dibelakang putrinya.
Sekar mengangguk mengiyakan.
-
Malam harinya, tepat jam 7 Ayu pun tiba. Wanita itu tak datang sendirian melainkan dengan seorang pria sebaya Reno.
"Bibi, perkenalkan ini temanku!" Ayu mengenalkan temannya.
"Hendra!" kata teman Ayu.
"Silahkan masuk, kita langsung makan malam saja, ya!" ajak astri.
"Baiklah, Bi!" kata Ayu.
Lastri mengajak tamunya ke ruang tamu, mereka pun menikmati masakan yang dibuat Sekar.
Sekar dan putranya berada di dapur, ia sengaja menyimpan sedikit lauk yang dimasaknya di wadah piring kecil. Jika mertua dan iparnya mengetahuinya, maka ia akan dimarahi.
Setelah makan malam, Lastri dan tamunya melanjutkan obrolannya di ruang tamu. Sekar tugasnya membereskan piring dan gelas kotor lalu membersihkan meja makan.
"Bibi, sebenarnya kedatangan kami ingin mengajak Lulu dan Lala bekerja. Gajinya cukup lumayan besar," kata Ayu.
"Iya, Bu!" sahut Hendra menimpali.
"Memangnya kerja apa?" tanya Lulu.
"Gajinya berapa?" tanya Lastri.
"Kerja di restoran. Gajinya bisa berkisar antara satu setengah sampai dua juta," jawab Hendra menjelaskan.
"Itu sangat besar sekali, aku aja cuma satu juta tiga ratus," kata Reno.
"Apa Lulu dan Lala mau bekerja?" tanya Ayu.
"Memangnya di mana? Terus sistem kerjanya bagaimana?" tanya Reno balik sebelum adiknya menjawab pertanyaan Ayu.
"Di kota sebelah. Sebulan hanya bekerja dua puluh hari saja, kerjanya cuma tujuh jam saja," jawab Ayu menjelaskan.
Lastri dan ketiga anaknya saling pandang seraya berpikir mengenai ajakan bekerja dari Ayu.
"Masalah tempat tinggal, enggak usah khawatir. Di sana ada rumah khusus para karyawan," kata Hendra.
"Bibi boleh mengunjungi mereka saat lagi libur kerja," ucap Ayu lagi menambahkan.
"Hmm, bagaimana, ya?" gumam Lastri bingung.
"Aku mau," kata Lala dengan semangat apalagi tergiur mendengar gajinya.
"Selain uang gaji, ada juga uang bonus," Hendra memberikan penjelasan tambahan.
"Ayo, Kak. Kita kerja!" ajak Lala begitu semangat.
"Aku enggak mau. Aku di sini saja," Lulu menolak tawarannya Ayu.
"Kalian boleh berpikir dulu. Enggak usah kasih jawaban hari ini juga," kata Ayu.
"Tapi, jangan terlalu lama juga," ucap Hendra.
"Berapa lama harus kasih jawabannya?" tanya Ayu kepada temannya.
"Sekitar dua hari, karena langsung dibawa ke luar kota dan bekerja," jawab Hendra.
"Ibu dan Reno boleh mengantarkan mereka. Biar tahu restorannya," kata Ayu.
"Baiklah, kami akan berpikir dulu!" ucap Lastri.
Setelah pembicaraan itu, Ayu dan temannya pamit pulang. Lastri dan ketiga anaknya kembali membahas pekerjaan yang ditawarkan Ayu.
Sekar yang sempat mendengar percakapan keluarga suaminya dan tamunya kala beberes di ruang makan lantas ikutan nimbrung, "Terima saja tawaran dari Ayu!"
Semua mata menoleh ke arah Sekar yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka.
"Tapi, itu sangat jauh!" kata Lastri.
"Cuma kota sebelah, dari sini perjalanannya hanya tiga jam saja. Itu tidak terlalu jauh, Bu!" ucap Sekar.
"Benar, Bu. Ibu dan Kak Reno bisa mengunjungi kami, dua minggu sekali!" kata Lala yang semangat ingin bekerja.
"Gaji segitu sangat besar. Apalagi buat orang yang belum berumah tangga," ucap Sekar lagi. "Lala dan Lulu bisa membeli ponsel keluaran terbaru dan jalan-jalan ke luar kota!" lanjutnya menambahkan.
"Besar juga, tapi aku enggak mau jauh dari Ibu," kata Lulu.
"Susah juga kalau enggak mau berjauhan," ucap Sekar pelan.
"Aku mau kerja, Bu. Biar enggak selalu minta uang dengan Ibu dan Kak Reno," kata Lala merengek meminta izin.
"Nah, benar itu. Pikiran yang sangat cerdas sekali!" ucap Sekar setuju.
"Bagaimana, Ren?" tanya Lastri meminta saran dari putranya.
"Terserah Lala dan Lulu saja," jawab Reno.
"Aku tetap tidak mau. Kalau aku di luar kota, bagaimana hubungan aku dengan Jaka?" tanya Lulu.
"Kalian bisa saling telepon," jawab Lastri.
"Aku enggak mau, Bu. Jaka rencananya tahun ini akan melamarku," kata Lulu beralasan.
"Ya sudah, kalau begitu aku saja!" sahut Lala.