Evelyn, melihat kekasihnya, Jack, tengah bercumbu dengan wanita lain, saat ia ingin menunjukkan gaun pengantin yang ia pakai. Namun, Evelyn mengabaikannya, karena ia begitu mencintai kekasihnya. Tapi, bukan berarti tidak muncul keraguan di hatinya.
Sampai, hari itu tiba, saat mereka berdiri di altar pernikahan dan siap mengucapkan janji suci, tiba-tiba tempat mereka di serang oleh orang yang dulu pernah menjadi target mereka. Dia adalah Jacob.
Dia datang untuk balas dendam atas apa yang sudah Jack lakukan padanya. Namun, Jacob justru mencari sosok berinisial L.V, sosok yang sudah mengalahkan nya beberapa tahun yang lalu.
Dan, di sinilah Evelyn menyadari, jika Jack tidak pernah mencintainya dan muncul dendam di hatinya.
Bijaklah dalam berkomentar.
Happy Reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Jacob berdiri dengan gelisah di depan pintu kamar. Tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras menahan rasa khawatir. Tidak lama kemudian, pintu berderit terbuka dan dokter keluar sambil melepas maskernya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Jacob cepat.
Dokter menunduk sopan. "Nona baik-baik saja. Lukanya juga tidak terlalu dalam. Tapi ... "
Jacob langsung mencondongkan tubuh, dengan sorot mata yang tajam. "Tapi, apa?"
Dokter terlihat ragu. Ia sempat membuka mulut, lalu menutupnya kembali. "Ah, tidak ... hanya saja untuk sementara, jangan sampai lukanya terkena air."
"Hanya itu?" tanya Jacob yang di jawab anggukan oleh Dokter. "Baiklah, aku mengerti." Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung melewati dokter dan masuk ke kamar.
Dokter hanya menghela napas pelan, matanya menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Dalam hati ia bergumam, "Ada aroma obat di sekitar luka itu, seakan-akan sudah pernah dirawat sebelumnya. Tapi, itu luka baru. Ah, sudahlah. Lebih baik aku diam saja."
Di dalam kamar, Evelyn tampak berbaring dengan wajah meringis, menahan sakit di lengannya. Jacob segera menghampirinya, duduk di tepi ranjang, lalu dengan hati-hati membantunya untuk duduk.
"Bagaimana keadaanmu, hm?" tanya Jacob lembut.
Evelyn menggigit bibir bawahnya, lalu merengek kecil sambil menunjukkan lengannya. "Sakit!"
Jacob menatap perban yang melilit rapi, lalu tanpa sadar ia meraih lengan Evelyn dan meniup lembut di atas balutan luka itu, seolah-olah bisa meredakan perihnya.
Evelyn tertegun. Jantungnya berdebar tidak karuan melihat wajah Jacob yang begitu dekat, dan penuh perhatian yang tidak pernah ia sangka sebelumnya.
"Su-sudah," gumam Evelyn tergagap, dengan pipi yang mulai memanas. Ia buru-buru menarik tangannya, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Jacob mengangkat wajahnya, menatap Evelyn lekat-lekat. Matanya masih menyimpan rasa khawatir, tapi juga ada sesuatu yang lebih sulit diartikan, rasa peduli yang perlahan muncul tanpa ia sadari.
"Evelyn!" panggil Jacob pelan. "Sekarang, ceritakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi?" suaranya terdengar dalam, menuntut penjelasan.
Evelyn menelan ludah, matanya sengaja dibuat berkaca-kaca. Ia menarik napas, lalu mulai bercerita dengan nada gemetar.
"A-aku tadi ketiduran saat menunggu mu. Tapi, aku terbangun saat mendengar suara dari luar kamar. Awalnya, kupikir itu kau, jadi aku bangun untuk memastikan. Tapi, t-tiba-tiba orang itu menerjang ku." Evelyn menunduk, memeluk dirinya sendiri, berpura-pura gemetar.
Jacob mendengarkan tanpa menyela, matanya mengawasi tiap detail wajah Evelyn.
"Beruntung, aku bisa menghindar. Aku berusaha lari, tapi, dia terus menyerangku. Aku ... aku benar-benar takut, Jac." Suara Evelyn serak, seolah menahan tangis.
Jacob terdiam beberapa detik, dengan wajah mengeras. Namun, melihat Evelyn yang tampak rapuh, perlahan ia meraih wanita itu ke dalam pelukannya.
"Cukup, aku mengerti. Kau aman sekarang. Selama aku di sini, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu," bisiknya menenangkan.
Evelyn menutup mata, membiarkan dirinya larut dalam pelukan itu. Dalam hati, ia tersenyum samar. Setidaknya, aktingnya cukup meyakinkan, sampai-sampai Jacob percaya padanya.
Setelah beberapa saat, Jacob membantu Evelyn berbaring kembali. Ia menarik selimut, merapikannya di atas tubuh Evelyn.
"Istirahatlah! Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Jacob menegakkan tubuhnya, hendak berbalik. Namun, Evelyn cepat-cepat menggenggam tangan Jacob.
"Jangan pergi, aku takut, Jac."
Jacob menatapnya sejenak. Ada rasa kasihan di benaknya melihat Evelyn yang ketakutan seperti itu. Ia akhirnya menghela napas dan mengangguk perlahan. "Baiklah, aku akan di sini sampai kau tertidur."
Evelyn mengangguk kecil, lalu memejamkan mata dengan senyum samar yang nyaris tidak terlihat. Tidak berapa lama, napasnya mulai teratur, menandakan jika ia mulai terlelap.
Baru setelahnya, Jacob berdiri perlahan, menatap wajah Evelyn sejenak, sebelum keluar kamar. Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu berjalan menuju ruang kerja, dimana Dean sudah menunggunya.
"Tuan!" Dean menunduk hormat saat Jacob datang.
Jacob menarik kursinya, lalu duduk dengan menyandarkan tubuhnya. Sorot matanya gelap, menatap lurus ke depan. "Bagaimana?"
Dean menunduk hormat. Lalu, ia membuka laptopnya, jari-jarinya lincah mengetik, lalu memutar layar menghadap tuan nya.
"Ini rekaman CCTV saat kejadian, Tuan," ucap Dean dengan wajah serius.
Jacob mencondongkan tubuhnya, matanya menatap tajam layar laptop. Rekaman itu mulai berputar, di saat sosok berpakaian serba hitam terlihat melemparkan sesuatu, dan seketika gas mengepul, membuat para penjaga tumbang satu per satu.
Jacob mengepalkan tangan, dengan rahang yang mengeras. "Gerakannya jelas terlatih. Dia bukan orang amatir."
Rekaman berlanjut. Sosok itu masuk ke dalam rumah, setiap langkahnya terlihat tenang namun hati-hati, seolah tahu persis arah yang dituju.
Walaupun, Jacob tidak tahu siapa orang itu, tapi ia yakin jika tujuannya masuk ke rumahnya adalah Evelyn.
Tidak lama, video memperlihatkan sosok itu menaiki anak tangga, dan terdiam beberapa detik di depan pintu kamar Evelyn. Lalu, akhirnya ia membuka pintu tersebut.
Kamera tidak menampilkan sisi dalam ruangan, namun terdengar jelas suara kegaduhan, di dalam sana. Bunyi benda terjatuh, hentakan kaki, dan suara beradu logam samar.
Jacob meremas sandaran kursinya. "Jadi, orang itu benar-benar menyerang Evelyn." Ia menoleh ke arah Dean. " Apa kau menemukan petunjuk lain saat mengejarnya?"
Dean menghela napas, dan menggeleng pelan. "Maaf, Tuan. Saya kehilangan jejaknya. Dia bergerak cepat, dan tidak meninggalkan petunjuk apa pun. Tapi ... " Dean ragu sejenak, sebelum melanjutkan, "sepertinya dia bergerak sendiri."
Jacob mengangguk pelan, meski pikirannya terus berputar. Ia kembali menatap layar, memutar ulang bagian saat penyusup itu melompati pagar rumah.
Walaupun, ia yakin orang itu adalah orang suruhan Jack. Tapi, ia menelitinya kembali, berharap bisa menemukan sesuatu.
Sampai, tiba-tiba matanya menyipit. Ia menekan tombol pause, lalu memperbesar gambar. Gambar memang buram, tapi cukup jelas untuk memperlihatkan postur tubuh, gaya bergerak, dan garis rahang samar di balik penutup wajah.
Detik itu juga, mata Jacob melebar. Jantungnya berdegup keras, darahnya mendidih.
"Tidak mungkin," bisiknya. Rahangnya menegang, lalu ia menghantam meja dengan tinjunya. "LV?" geramnya, dengan mata menyala penuh amarah.
Akankah Evelyn memberi minuman pada Jacob seperti pada Deby 🤔