NovelToon NovelToon
PULAU HANTU

PULAU HANTU

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Keluarga / Tumbal
Popularitas:871
Nilai: 5
Nama Author: ilalangbuana

Pak jono seorang pedagang gorengan yang bangkrut akibat pandemi.
menerima tawaran kerja sebagai nelayan dengan gaji besar,Namun nasib buruk menimpanya ketika kapalnya meledak di kawasan ranjau laut.
Mereka Terombang-ambing di lautan, lalu ia dan beberapa awak kapal terdampar di pulau terpencil yang dihuni suku kanibal.
Tanpa skill dan kemampuan bertahan hidup,Pak Jono harus berusaha menghadapi kelaparan, penyakit,dan ancaman suku pemakan manusia....Akankah ia dan kawan-kawannya selamat? atau justru menjadi santapan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilalangbuana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

lembah kutukan

Kabut tebal menyelimuti lembah yang sunyi, menyusup ke celah celah pepohonan dan menyelimuti tenda-tenda darurat yang mereka dirikan dengan tergesa.

Lembah itu memang tampak seperti tempat perlindungan, jauh dari jangkauan suku pantai yang memburu mereka.

Tapi sejak pertama kali menjejakkan kaki di sana, Pak Jono sudah merasakan sesuatu yang ganjil. Terlalu sunyi.

Terlalu dingin dan Terlalu...mati.

Gilang duduk memeluk lutut di sudut tenda, tubuhnya gemetar meski api unggun menyala tak jauh dari sana.

Matanya sembab, tak hanya karena kurang tidur, tapi juga karena rasa takut yang menggerogoti jiwanya.

Tiga malam berturut-turut ia mengalami mimpi yang sama....

ia terjebak dalam gua gelap dan diikuti suara nafas kasar makhluk yang tidak bisa ia lihat, namun bisa ia rasakan....dekat sekali.

Nafas itu bau amis, seperti daging busuk.

Dalam mimpi itu, makhluk itu selalu berbisik,

“Tinggalkan dagingmu, dan akan aku bebaskan jiwamu…”

Pak Jono menghampirinya dengan selembar kain kering dan semangkuk air kelapa.

“Minumlah. Kau berkeringat lagi semalam.”

Gilang menatapnya, matanya liar, seperti melihat sesuatu yang lebih dari sekadar manusia di hadapannya.

“Pak... tempat ini bukan tempat perlindungan. Ini... seperti makam hidup,”

bisiknya.

Pak Jono menelan ludah.

Ia sendiri merasakan ketidakberesan itu.

Sejak dua hari terakhir, udara di lembah ini seperti tak pernah berubah..dingin membeku di pagi, siang, dan malam.

Tak ada burung, tak ada serangga.

Bahkan daun-daun tampak kering meski hujan sempat turun malam sebelumnya.

Di pinggir perkemahan kecil mereka, beberapa penduduk suku yang selamat dari penyerangan terlihat meringkuk lemas.

Dua anak kecil sudah mulai demam tinggi, dan satu perempuan tua tak sadarkan diri sejak kemarin. Mereka tak punya obat, tak punya tenaga medis, dan makanan pun mulai menipis.

“kapten Rahmat ke mana?”

tanya Gilang pelan.

Pak Jono menghela napas.

“Keluar sebentar, cari sumber air. Dia bilang ingin memastikan apakah ada gua lain di sisi barat lembah.”

Gilang menggeleng lemah.

“Jangan biarkan dia sendirian terlalu lama. Tempat ini... menyerap orang, Pak. Seperti ada sesuatu di balik tanah ini yang menunggu.”

Pak Jono menggenggam pundaknya. “Kita semua lelah dan panik, Gilang. Jangan biarkan pikiranmu dikuasai ketakutan.”

Namun, baru saja Pak Jono hendak berdiri, aroma busuk seperti bangkai tercium samar dari arah barat lembah. Gilang langsung menutup hidungnya, wajahnya memucat.

“Itu bau yang sama... yang aku cium dalam mimpi.”

Pak Jono mencabut pisau kecil dari pinggangnya dan memandang sekitar.

“Kau tetap di sini. Aku akan cek bersama satu orang dari suku.”

Beberapa saat kemudian, Pak Jono kembali, ditemani pria muda dari suku yang membawa tombak pendek.

Mereka menyusuri sisi barat lembah yang dipenuhi akar pohon besar dan tanah yang becek.

Semakin mereka mendekat ke sumber bau, semakin tajam dan menusuk aroma busuk itu, seolah berasal dari bangkai yang sudah berhari-hari membusuk.

Di balik semak lebat, mereka menemukannya,seekor hewan aneh, tampak seperti monyet hutan, namun tubuhnya hangus seperti terbakar sebagian, dan matanya kosong menatap ke atas. Aneh, di sekitarnya tak ada bekas luka atau darah.

Tapi yang lebih membuat bulu kuduk meremang adalah simbol aneh yang tergurat di tanah sekitarnya, seperti lingkaran dengan garis-garis menyilang dan tanda panah ke bawah.

“Ini bukan perbuatan manusia biasa,”

ujar pria dari suku itu dengan suara bergetar.

“Ini simbol pemanggilan…”

Pak Jono berjongkok, memerhatikan simbol itu.

“Pemanggilan apa maksudmu?”

“Roh tanah… roh dari bawah tanah yang pernah dikurung nenek moyang kami dalam gua terdalam di pulau ini. Tapi... mereka bilang segel sudah lama hilang. Kalau roh itu lepas, maka kematian akan merambat lewat tanah, air, bahkan udara.”

Pak Jono menoleh ke arah perkemahan. Angin bertiup pelan membawa aroma busuk ke seluruh lembah.

“Kita harus keluar dari sini secepat mungkin.”

“Tapi kita tak tahu jalan lain…”

Sebelum mereka sempat berbicara lebih lanjut, suara jeritan terdengar dari perkemahan. Suara perempuan.

Mereka berlari secepat mungkin kembali, dan mendapati salah satu perempuan muda suku meronta-ronta di atas tanah, tubuhnya kaku dan mata melotot.

Dari mulutnya keluar busa putih bercampur darah, dan ia berteriak dalam bahasa yang tak satu pun dari mereka pahami.

Gilang memeluk dirinya sendiri sambil menangis. “Dia... dia kerasukan. Sama seperti di mimpiku…”

Pak Jono mendekat, mencoba menenangkan perempuan itu, namun tubuhnya bergetar hebat, dan suara dalam teriakannya makin dalam, seperti suara lelaki tua yang berbicara dari perutnya

“Darah yang mengutuk tanah ini belum lunas. Kalian telah membangunkannya!”

Lalu perempuan itu berhenti bergerak, tubuhnya kejang satu kali, lalu diam tak bernyawa.

Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani menyentuh tubuhnya.

Gilang bergumam,

“Ini baru permulaan...”

Pak Jono berdiri, tatapannya menyapu lembah yang dikelilingi tebing tinggi itu. Ia tahu, tempat ini bukan tempat perlindungan.

Ini penjara kutukan. Dan mereka... adalah tahanan yang sedang menunggu waktu eksekusi.

Kematian perempuan muda itu menjadi awal bencana yang lebih besar.

Tubuhnya mulai membusuk hanya dalam hitungan jam.

Kulitnya berubah warna menjadi keunguan, lalu mengelupas seperti daun kering.

Penduduk suku tak berani menyentuhnya.

Bahkan semut dan lalat pun menjauhi mayat itu, seolah alam sendiri menolaknya.

Malam tiba dengan begitu cepat, seakan langit pun enggan memperpanjang siang di lembah kutukan ini.

Kabut menjadi lebih tebal.

Api unggun tak mampu menembus lebih dari beberapa meter cahaya.

Suara-suara aneh mulai terdengar.

dentingan logam, langkah kaki berat yang berlalu tanpa sosok, dan tangisan bayi di tengah malam padahal tidak ada bayi di antara mereka.

Pak Rahmat kembali tepat sebelum gelap malam menutup ilembah sepenuhnya.

Wajahnya pucat, tubuhnya kotor oleh lumpur dan darah kering.

“Ada gua kecil di sisi timur lembah... aku melihat sesuatu di sana,”

katanya lirih pada Pak Jono dan Gilang.

“Apa maksudmu sesuatu?”

tanya Pak Jono waspada.

Pak Rahmat menggeleng.

“Aku tak yakin... makhluk itu seperti sedang berdiri, diam, tapi matanya menyala merah... dan ada ukiran batu besar di belakangnya. Seperti altar kuno.”

Gilang yang mendengar itu langsung bangkit.

“Kita harus pergi dari lembah ini malam ini juga! Makhluk itu... itu yang datang ke dalam mimpiku. Aku tahu sekarang. Ia bukan roh biasa, bukan sekadar kutukan. Ia penjaga lembah ini. Ia... penguasa tanah yang haus darah.”

Pak Rahmat menatap Gilang.

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Karena dia berbicara padaku tiap malam. Ia mengingatkanku... tentang rasa lapar. Ia bilang darah manusia asing terasalebih manis... karena penuh dosa.”

Gilang menutup wajahnya.

“Ia berkata ia akan mengambil alih tubuhku... jika aku terus berada di sini.”

Pak Jono merinding.

“Kita tidak bisa pergi malam ini. Terlalu gelap, terlalu berisiko.”

“Lalu kita akan menunggu mati?”

suara Gilang meninggi, hampir histeris.

Malam itu mereka tidur dengan gelisah, atau lebih tepatnya, mencoba tidur.

Tengah malam.Pak Jono terbangun karena mendengar suara aneh, suara kaki diseret perlahan di tanah.

Ia membuka tirai tenda dan melihat bayangan gelap merayap di antara pepohonan, tinggi dan besar. Mata merah menyala muncul di kegelapan.

Ia menahan napas.

Bayangan itu mendekat ke arah tenda Gilang.

Tanpa pikir panjang, Pak Jono meraih parang dan menerobos keluar.

“Gilang!”

Tapi saat ia sampai di tenda Gilang, tempat itu kosong.

Hanya ada goresan cakaran panjang di tanah, menembus tanah lembab meninggalkan gorengan begitu dalam.

Beberapa helai rambut Gilang tercecer di sana, dan bekas tubuh diseret memanjang ke arah timur...

ke arah gua yang disebut Pak Rahmat.

Pak Jono memanggil Rahmat dan dua pria dari suku untuk ikut bersamanya mengejar ke arah gua itu. Perjalanan mereka singkat namun seperti menembus kabut setan.

Udara di sekitar gua dingin dan berat, membuat paru-paru terasa mengeras.

Aroma busuk dari arah gua menusuk tajam, mencampur bau tanah basah dan daging busuk.

Di dalam gua, suasana remang diterangi api obor yang mereka bawa.

Cahaya itu menyentuh dinding batu yang penuh dengan ukiran aneh.

gambar manusia berkepala anjing, wanita dengan tubuh hancur tapi tersenyum, dan sosok besar bermata merah yang duduk di atas tumpukan tulang.

Dan di ujung gua... Gilang.

Ia berdiri mematung di depan altar batu besar, tubuhnya setengah telanjang, kulitnya menghitam seperti terbakar.

Matanya merah darah, dan di sekeliling kakinya, darah bercucuran seperti aliran kecil.

Di dadanya tergurat ukiran seperti simbol pemanggilan yang mereka lihat sebelumnya.

“Gilang...?”

Pak Jono maju pelan.

Gilang menoleh dengan gerakan kaku.

“nasibku sudah tamat ... Kini tubuhku sudah menjadi miliknya,"

suaranya dalam, bukan lagi suara anak muda biasa, tapi seperti dua suara bercampur jadi satu.

Pak Rahmat menahan napas.

Gilang mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah altar.

“Lihat... ia sudah bangkit... hanya butuh satu tubuh lagi untuk sempurna.”

Tiba-tiba tanah di depan altar retak. Dari celah-celah batu, muncul tangan-tangan kurus berkulit hitam legam, disusul kepala besar dengan tanduk melengkung seperti domba.

Mata makhluk itu menyala merah, dan lidahnya menjulur seperti ular.

Nafasnya berat dan panas, membuat obor padam seketika.

“Lari!” teriak Pak Jono.

Namun sebelum mereka bisa berbalik, dua pria dari suku itu tersungkur seperti ada tangan tangan yang mencarik mereka kedalam tanah.

Suara tulang patah dan jeritan tertahan menggaung di seluruh gua.

Pak Jono dan Pak Rahmat tersisa, berlari keluar gua, napas tersengal, kaki terpeleset di tanah basah. Suara langkah makhluk itu mengejar mereka dari belakang, tapi entah karena keberuntungan atau perlindungan yang tak mereka pahami, makhluk itu berhenti di mulut gua, hanya menatap mereka dari kegelapan, sebelum akhirnya menghilang ke balik batu.

Pagi menjelang.Langit di atas lembah tetap kelabu, seolah matahari enggan menyentuh tempat itu lagi. Dari puluhan yang semula bertahan di sana, kini hanya belasan yang masih hidup. Beberapa orang menghilang tanpa jejak, yang lainnya meninggal mendadak dengan tubuh membiru.

Pak Jono duduk lemas di bawah pohon besar, tubuhnya luka-luka, pikirannya kacau.

Pak Rahmat hanya bisa terdiam sambil membersihkan darah dari pakaiannya.

“Kita harus keluar dari sini, sebelum lembah ini benar-benar menelan kita semua,"

bisik Pak Jono.

Tapi dari kejauhan, terdengar kembali suara tangisan bayi... meskipun tak ada bayi di antara mereka.

Dan kabut pagi kembali turun, lebih tebal dari sebelumnya.

Seolah lembah itu tahu... malam akan datang lagi.

Dan makhluk di dalam gua...

belum meras kenyang.

1
juwita
kasihan pak jono demi keluarga jd terdampar di pulau hantu. smoga bisa cpt kembali ke keluarganya
juwita
cerita nya bagus mengisahkan perjuangan se org ayah buat anak dn istrinya biar bisa hidup terjamin. rela berjauhan dgn bahaya menantang maut demi keluarga di jalani semoga perjuangannya g sia sia. happy ending
Ananda Emira
semakin seru
Killspree
Memukau dari awal hingga akhir
♞ ;3
Jalan ceritanya keren, endingnya bikin nagih!
ilalangbuana: terima kasih atas masukannya,!!
admin masih dalam tahap belajar.. semoga kedepannya karya ku bisa lebih baik lagi dalam penulisannya ataupun alur ceritanya☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!