NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 3

...-Wajah cantik yang kerap tersenyum itu, sejatinya menyimpan segudang cemas yang menguras air mata-...

...***...

Beberapa hari menghilang, Latif memutuskan pulang ke rumah. Mega yang berarak menjadi saksi pria muda itu kembali berulah. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, di beranda yang tak seberapa besar itu dia mencongkel celengan ayam milik Yara.

Tahu betul maaf sang keponakan tak serta-merta datang begitu saja padanya, Latif memilih waktu di pagi hari untuk mengobrak-abrik kamar Yara, demi mencari apa saja yang dinilai berharga. Tak terbayang akan seperti apa kepalanya jika pulang ketika Yara tengah berada di rumah.

Menyeringai saat celengan itu berhasil dibobol, tak ingin membuang waktu, Latif bersiap melarikan diri lagi. "Maaf, Neng Yara. Aku pinjam dulu uangnya. Kalau menang, aku ganti dua kali lipat," ujarnya bicara pada celengan ayam, yang telah berlobang pada bagian bawahnya.

Langkah pria tinggi dengan wajah lumayan tampan ini, terlihat seringan bulu angsa ketika menyeberangi jalan di depan minimarket. Ia sengaja meninggalkan motornya di sana, untuk berjaga-jaga kalau Yara memergokinya di rumah, maka ia akan kabur dengan motor yang telah siap menanti di seberang jalan.

Membeku di tempat saat Yara sampai di rumah, ia mendapati sang celengan ayam teronggok di beranda.

"Latif bedebah!" Pikirannya langsung tertuju pada Latif, siapa lagi yang jahil luar biasa padanya selain paman durhaka itu.

Hati Yara mencelos meraih celengannya, sudah terasa ringan. Dengan secuil harapan ia mengintip pada lobang menganga di bagian bawah celengan itu, dan ... kosong.

Betapa sakit hatinya kembali terasa, gadis dengan kerudung besar ini harus menunggu waktu tiga bulan sekali untuk mendapatkan gaji. Dan sialnya, sang paman yang seharusnya menjadi pelindung bagi dirinya justru mencuri semua uang hasil jerih payahnya itu.

Tubuh gadis ini luruh ke lantai, tangannya meraba ke dalam tas, mencari sang gawai. Setelah mendapatkan benda pipih itu, ia segera menghubungi Valery.

"Uangku, dicuri Latif," lirih Yara ketika panggilan tersambung.

"Sudah kubilang, jangan menyimpan uang di rumah. Berandal itu seperti dukun, selalu tau di mana tempatmu menyimpan uang. Aku rasa percuma kita mencarinya, uang itu pasti sudah habis, Yara," ujar Valery.

Mengangguk dengan hati yang retak berkali-kali, rasa lelah menguras habis tenaga Yara.

"Yara, kamu baik-baik aja, 'kan?"

"Bohong kalau aku bilang baik-baik aja. Uang itu untuk biaya hidupku sampai gajian nanti. Sekarang uangku sudah habis, aku harus bagaimana lagi, Vale." Terdengar bergetar, baru kali ini Yara yang tegar menunjukkan kerapuhan pada Valery sekali pun.

"Kita lapor polisi saja, bagaimana?"

"Jangan. Biar bagaimanapun, dia satu-satunya keluargaku, Vale. Aku ... nggak yakin bakal kuat hidup sendiri."

Valery melempar masker yang tengah ia gunakan, lantas ia menggeram sebelum bicara lagi pada Yara, "Ayara oh Ayara, kejahatan Latif sudah kayak penjahat kelas kakap. Kalau nggak dilaporkan, dia nggak akan kapok ngerjain kamu!"

"Ia, aku tau. Tapi ... aku cuma punya dia."

"Ck." Terdengar decak jengah seorang Valery di ujung telepon. Ia mengajak Yara bertemu, dengan niat mentraktir makan sang sahabat. Dia tahu, sekarang Yara pasti tengah lapar, sebab tadi di sekolah dia hanya makan roti dan susu coklat.

"Hem, kita ketemu di minimarket saja, ya," ujar Yara.

Setelah kesepakatan terjadi, Yara duduk di kursi lusuh depan rumahnya, ia melepas pandangan ke langit luas. "Ya Allah, berikan hamba kesabaran seluar langit ciptaanmu," lirihnya sembari menghela napas dan mengusap dada.

Sabar dan ikhlas itu memang mudah diucapkan, namun, terasa berat untuk dilakukan. Lagi-lagi gadis ini menghela napas, jiwanya benar-benar lelah.

Memesan mie dengan toping lengkap racikan Emran, Yara dan Valery kembali membahas prilaku tak berbudi seorang Latif.

"Ayolah, jangan terlalu lunak padanya. Sesekali kamu harus kasih pelajaran. Sehari dua hari di penjara pasti bisa bikin dia kapok."

"Enggak. Aku nggak tega," ujar Yara. Ia begitu menikmati mie instan itu, seolah tak pernah kehilangan uang.

Berbeda dengan Yara yang terlihat menikmati mie itu, Valery justru tak berselera. Ia meletakkan sumpit di atas gelas mie instan kemudian menopang kepalanya menghadap Yara. "Kamu nikah aja, deh. Tinggalin Latif gila itu, hidup damai sama pria yang bertanggung jawab."

"Nikah sama aku aja, Yar. Di kampung aku punya lahan kelapa sawit banyak, lho." Si Emran, tiba-tiba nimbrung dari meja kasir.

Bibir Valery mencibir, ia tak bicara tapi terasa nyelekit di hati Emran. "Bisa nggak mulutnya jangan begitu? Kentara banget meremehkannya."

"Meremehkan gimana? Aku nggak ngomong apa-apa, lho," sahut Valery.

"Muka kamu yang judes itu, ditambah bibir kamu yang miring kesana kemari nggak jelas, sudah cukup ngejelasin isi otak kamu." Emran mencecar Valery dengan tatapan menghakimi.

"Emran! Otak kamu perlu digurah!" Valery berdiri, namun, tangannya terkekang oleh Yara.

"Sudahlah. Kalian selalu nggak bisa akur kalau ketemu. Daripada aku yang disuruh nikah, kenapa nggak kalian berdua aja yang nikah?" Bergantian Yara menatap Valery dan Emran.

"Idih, ogah!"

"Lah, aku juga ogah! Apaan, anak juragan kelapa sawit. Takut banget nanti dikasih mahar sekolam minyak sawit," ledek Valery.

Emran tak terima direndahkan, ia keluar dari area meja kasih dan menghampiri dua wanita ini.

Yara menghela napas, sungguh kepalanya rasanya mau pecah saat ini. Sekadar untuk makan tenang saja kenapa mahal sekali baginya.

"Sumpah, kalau kalian gelut aku nggak akan melerai. Aku bakal panggil Kong Komar buat nikahin kalian." Kong Komar juragan kontrakan juga pemilik minimarket.

"No! Mending aku nggak nikah seumur hidup."

"Oh ya? Gimana kalau Ethan balik?"

Perkataan Emran mengubah atmosfer di ruangan itu, ruangan yang terasa sejuk dengan AC tiba-tiba terasa hangat, bahkan panas.

Perasaan hati yang terkoyak membuat Valery pergi dari sana tanpa kata.

Yara menggeleng, telunjuknya mengarah tepat di wajah Emran kemudian pergi menyusul sang sahabat dengan langkah cepat.

Emran mengacak rambut, terlambat menyadari kesalahannya. Valery pernah menjalin hubungan dengan Ethan, pria sederhana dari keluarga biasa. Hubungan mereka terjalin begitu indah, namun, semua berubah sejak James Salvador, papa Valery ikut campur dalam urusan asmara mereka. Sejak kepergian Ethan, Valery tak pernah terlibat cinta lagi, ia lebih nyaman sendiri dengan kebebasan tanpa kekang seorang kekasih.

"Vale, maafin Emran. Aku yakin dia nggak sengaja bahas Ethan."

Langkah Valery membawa mereka ke taman kecil di dekat rumah Yara. Dengan tatapan kosong ia duduk di ayunan sembari melepas pandangan pada langit biru. "Buat apa kamu minta maaf, yang salah Emran, bukan kamu. Ngapain ngebelain dia."

"Aku cuma nggak mau hubungan kita kacau, bukan ngebelain dia."

"Itu sama aja, Yara. Sudahlah. Aku cuma kaget, sudah lama nggak denger nama Ethan." Pandangan Valery kini jatuh ke tanah. Kakinya bermain, membuat tubuhnya bergoyang di atas ayunan.

"Maaf." Suara pria mengejutkan Yara dan Valery. Ternyata Emran menyusul mereka.

Rasa penuh penyesalan menyelimuti wajah pria ini. Ia berdiri tepat di belakang Valery dan Yara.

Saat itu ponsel Yara berdering, dan nama yang tertera membuat bola mata Yara hampir melompat.

"Bang Jefrey," gumamnya nyaris tak terdengar.

Sedikit menjauh dari Valery dan Emran, Yara menerima panggilan dari pria irit bicara itu.

Sementara Yara bicara dengan Jefrey, hatinya dag-dig-dug seperti hendak meledak. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan, ada gelenyar aneh menjalari hati yang tak bisa ia ungkapkan. Jemarinya mengepal, bukan karena marah, tapi karena menahan diri agar tak gugup berbicara.

Ternyata maksud dan tujuan Jefrey menghubungi Yara hanya menanyakan keberadaan Valery, sebab ponselnya tak bisa dihubungi.

Yara melihat Emran mengelus pucuk kepala Valery, dan Valery tertawa, itu pertanda dua musuh bebuyutan ini telah berdamai. Entah kata-kata apa yang Emran ucapakan, hingga dalam waktu singkat Valery kembali tersenyum padanya.

"Bang Jefrey mau berangkat ke luar negeri, katanya kamu nggak mau anterin dia ke bandara? Eh, kenapa ponsel kamu nggak bisa dihubungi? Aku nggak nyangka dia punya nomor aku dan aku punya nomor dia. Perasaan aku nggak pernah nyimpen nomor dia, deh," celoteh Yara panjang lebar.

"Paling kehabisan batrai. Aku yang masukin nomor kamu ke ponselnya, dan aku juga yang masukin nomor dia ke ponsel dia. Biar kalian bisa komunikasi aja, siapa tau jodoh," ujar Valery. "Iya, 'kan, Em?!" ujarnya lagi pada Emran. Valery terlihat cuek, alih-alih mengecek ponselnya.

"Iya," sahut Emran cepat. Tak terbayang akan semarah apa Valery kalau Emran tak memihaknya saat ini, mereka 'kan baru berbaikan.

"Komunikasi?"

"Saling tanya kabar, lagi apa, sudah makan apa belum, gimana kerjaan hari ini, sudah tidur apa belum," cerocos Valery. Ia memainkan alis, menggoda Yara. "Eh, ikut aku nganterin dia ke bandara, yuk."

"Aih! Apa sih, Val! Enggak mau!"

Emran dan Valery tertawa, sikap salah tingkah Yara menjadi jawaban bahwa Jefrey bukan sekadar Jefrey di hatinya.

Setelah bertengkar, berbaikan dan kini menggoda Yara ... Emran dan Valery terlihat akur dalam urusan menggoda Yara.

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa like, komen dan saran yang membangun, ya....

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!