Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

Akhirnya Ainun mengakhiri percakapannya bersama dengan Aulia, ia tidak ingin Aulia tahu banyak tentang dirinya.

"Yasudah Aulia, karena hari sudah semakin larut, saya permisi untuk pulang! Nanti hari senin saya datang lagi kesini, dalam satu minggu, Saya akan tiga kali mengajar kamu mengaji!" imbuhnya berusaha menjelaskan.

"Baik kak Ainun, pokoknya aku senang di ajar mengaji sama kakak!" jawabnya sampai melempar senyum.

Tak lama Mayor Arsen muncul bersama dengan ibunya. Raut wajahnya kali ini terlihat berbeda, yakni jauh lebih segar, tidak kusut seperti kemarin-kemarin.

"Sudah selesai mengajinya ya?" tanya Bu Farida kepada Ainun dan juga putrinya.

"Sudah Bunda, kak Arsen anterin kak Ainun ya, kasihan kalau malam-malam naik kendaraan umum!" usul sang Adik yang langsung diangguki oleh Kakaknya.

"Dengan senang hati adikku, mana mungkin kakakmu ini membiarkan guru mengaji mu pulang seorang diri, bukankah begitu, Bu guru Ainun?" tanyanya dengan senyumnya yang mengembang.

Ainun sempat terdiam sejenak, jujur ia sebenarnya lebih memilih untuk pulang naik kendaraan umum, apalagi ia merasa tidak enak jika diantarkan oleh seorang pria yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya.

"Maaf, tapi sebaiknya saya pulang sendiri saja, saya tidak mau merepotkan!" tolaknya secara halus.

Mayor Arsenio sempat kecewa atas jawaban dari Ainun.

Kemudian giliran Bu Farida yang ikut andil, ia mencoba mendekat dan merangkul bahunya.

"Ainun, sebaiknya kamu di antara sama putranya ibu ya, soalnya di saat jam seperti ini kondisi di jalan sangat tidak aman, apalagi kemarin baru saja terjadi perampokan di sekitar taman kota Suropati, tidak jauh dari sini, dan memesan kendaraan online pun jarang ada yang mau menerimanya, jangan buat ibu khawatir ya, biar Arsen yang mengantarkan kamu sampai rumah!" Bu Farida seolah memaksa agar Ainun tidak menolak untuk diantar pulang oleh putranya.

Dan pada akhirnya mau tidak mau Ainun mau diantar oleh Mayor Arsenio, ia juga tidak mau mengambil resiko, apalagi ia belum sempat membalas kan dendamnya dan menuntut keadilan untuk mendiang suaminya dan juga keluarganya.

Selama dalam perjalanan menuju arah pulang, suasana kembali hening dan juga canggung, namum Mayor Arsen sudah sangat gatal sekali mulutnya untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi ia takut Ainun marah.

"ehem...maaf Ainun, pada saat aku menemukan dompet milikmu di jalan, aku tidak sengaja melihat foto pernikahan kamu bersama dengan suamimu, tolong maafkan aku karena sudah lancang!" ucapnya sampai tak berani menoleh ke arahnya, Mayor Arsen malah fokus menatap ke arah jalan.

Sedangkan Ainun, ia kedapatan membuka sesuatu dari dalam tasnya, rupanya di dalamnya terdapat dompet berwarna ungu yang dimana di dalamnya terdapat foto pernikahannya bersama dengan mendiang suaminya.

Kemudian Ainun menatap dalam foto di dalam dompet, seketika air matanya tumpah dan jatuh di atas kedua pipinya.

Mayor Arsen yang melirik Ainun dengan ekor matanya, ia mulai khawatir atas sikap Ainun yang tak biasa.

"Kamu kenapa menangis, Nun? Tolong maafkan aku karena telah lancang membuka isi dompet milikmu, aku hanya ingin mencari identitas pemilik dompet yang aku temukan!" jawabnya panik.

Kemudian Ainun mengusap jejak air matanya dengan ibu jarinya.

"Kamu tidak salah, hanya saja aku yang belum bisa menerima kenyataan pahit kerap kali teringat akan foto di dalam dompet milikku ini!" jawabnya sampai bibir nya bergetar.

Mayor Arsen pun semakin dilanda rasa penasarannya. Lalu ia memberikan saputangan miliknya kepada Ainun untuk mengusap air matanya.

"Memangnya kalau boleh aku tahu, apa yang menyebabkan kamu menangis seperti ini? Harusnya kau bahagia karena telah memiliki pendamping hidup!" jawabnya sembari sesekali melirik ke arahnya.

Kemudian Ainun tak menjawab apapun lagi, ia lebih memilih diam membisu.

'Maaf, aku tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi dengan diriku dan juga mendiang suamiku, aku takut kau adalah salah satu dari komplotan bersenjata yang berusaha mencari keberadaan ku, selama aku bungkam, maka aku akan aman, tapi aku tidak akan pernah diam, aku harus mencari kebenarannya, dan membersihkan kembali nama baik mendiang suami ku dan juga kedua orangtuanya yang telah tercoreng!' janjinya dalam hati.

Setibanya di halte depan gang kampung koneng, Ainun meminta Mayor Arsen untuk berhenti disana, ia tak mau sampai orang lain tahu jika dirinya pulang diantar dengan seorang pria.

Mayor Arsen pun lebih memilih untuk menuruti kemauan Ainun, ia tak mau berdebat dengannya.

Akhirnya Ainun berpamitan setelah mengucapkan kata salam, sedangkan Mayor Arsen ia terus saja memperhatikan langkah Ainun, saat ini ia hanya bisa melihat punggungnya yang semakin menjauh.

'Entah kenapa kau seperti menyembunyikan sesuatu, kau wanita yang penuh misteri, aku menjadi semakin penasaran terhadap mu, Ainun!' cakapnya dalam hati

Setelah Ainun masuk ke dalam gang menuju rumah temannya, Sang Mayor merasa lega dan ia pun bergegas pergi menuju arah rumahnya, mengingat besok pagi akan ada apel pagi bersama dengan beberapa petinggi dari pasukan Angkatan Darat.

Sedangkan Ainun, saat dirinya tiba, rupanya Kayla sudah tertidur pulas di dalam kamarnya. Ia pun memiliki kunci cadangan yang sengaja diberikan oleh Kayla, karena takutnya sewaktu-waktu terjadi hal yang seperti ini.

Setelah membersihkan diri, kini Ainun masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamar dengan rapat. Lalu ia duduk di kursi rotan dimana di hadapannya terdapat sebuah meja kayu.

Ainun mulai membuka laptop miliknya yang selalu ia sembunyikan dari Kayla, kemudian ia mencoba membuka akun milik suaminya yang telah di retas oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab, sudah beberapa kali Ainun mencoba mengambil alih akun Email milik mendiang suaminya, Ainun jadi teringat saat dirinya berkomunikasi dengan Gus Firman, mereka selalu menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi mereka selama Gus Firman menimba ilmu di timur tengah.

Ainun sendiri merasa ada pihak tertentu yang mengkambing hitamkan suaminya, karena sehari setelah kejadian suaminya di eksekusi mati dengan cara ditembak mati ditempat tanpa adanya negosiasi ataupun membela diri terlebih dahulu, Ainun malah semakin curiga.

"Aku tidak pernah melihat mendiang suamiku mengibarkan bendera pemberontakan di akun media sosialnya, tapi ini ulah siapa? Dan apa maksud nya? Bendera dengan lambang Bulan dan bintang ini di sinyalir sebagai simbol bahwa suamiku termasuk golongan pemberontak yang meresahkan negara ini, aku benar-benar tidak percaya, kenapa mereka memfitnah suamiku secara keji seperti ini?" Ainun terus mengulir laman media sosial milik suaminya.

Dan banyak hal yang berubah di beranda media sosial milik Gus Firman, Ainun berusaha mengambil alih akun milik suaminya dan mencoba memulihkan seperti semula, namum ia merasa cukup kesulitan, meskipun ia pernah sekali meretas salah satu akun pasukan bersenjata, namum beberapa menit kemudian akun miliknya langsung terblokir begitu saja, oleh sebab itu saat ini Ainun telah membuat akun baru lagi seolah ia adalah orang dari luar negara ini, dan tidak ada yang bisa melacak keberadaannya.

'Aku harus secepatnya mencari kebenaran atas semua fitnah keji ini, dan aku tidak boleh menyerah, satu persatu akun mereka sudah berhasil aku dapatkan dan aku harus lebih ekstra berhati-hati!' ucapnya dalam hati.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸