When Love Comes Back

Ketika ibu tiri Ethan berkesempatan mengambil alih kendali perusahaan karena manajemen Ethan sempat goyah, sebuah kecelakaan justru terjadi.

Saat itu, seorang putri seorang pengusaha bernama Violet menunjukkan ketertarikan besar pada Ethan. Ayah dan ibu tiri Ethan sangat mendukung hubungan ini, berharap posisi mereka di perusahaan semakin kuat lewat pernikahan politik tersebut.

Tentu saja Ethan awalnya menolak rencana itu, karena hatinya sudah terikat pada Carisa. Namun di luar dugaan, Carisa justru mendukung gagasan tersebut tanpa ragu. Bahkan ia mendorong Ethan agar menikahi Irish demi mempertahankan haknya atas perusahaan.

Zayn, yang mendengar keputusan Carisa, benar-benar tidak habis pikir. Ia tahu betapa besar rasa cinta Carisa pada Ethan, lalu bagaimana mungkin Carisa rela menyerahkan pria itu pada wanita lain?

Carisa menatap Zayn dengan sorot mata tegas dan menjawab,

"Pertama, kalau Ethan tidak memanfaatkan peluang ini, perusahaannya akan jatuh. Semua perjuanganku bertahun-tahun akan sia-sia. Kedua, kalau Ethan menikahi Violet, dia akan merasa bersalah padaku. Begitu dia mendapatkan kendali penuh atas perusahaan, ayah dan ibu tirinya tidak akan berani mengusiknya lagi. Saat itu, aku bisa menjadi Nyonya Ethan yang sah, tanpa siapa pun berani merendahkanku."

Zayn masih belum puas, lalu menimpali,

"Tapi kamu tidak takut Ethan benar-benar jatuh cinta pada Violet? Dia memang masih muda, meskipun tak secantik kamu, tapi bisa saja membuatnya nyaman. Mereka akan hidup serumah, bisa muncul rasa sayang."

Wajah Carisa sedikit memucat mendengar kekhawatiran Zayn. Ia terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas,

"Aku sadar, itu mungkin terjadi. Tapi lebih baik ambil risiko sekarang daripada selamanya ditekan. Aku percaya Ethan tidak akan berpaling begitu mudah. Dan kalau pun nanti berubah hati, dia tetap akan memberiku kompensasi. Aku tidak akan kehilangan apa pun. Karena sejak awal aku memang tidak punya apa-apa."

Tatapan Carisa terlihat begitu bulat, membuat Zayn tak sanggup membantah lagi. Ia hanya mengangguk pelan.

Tak lama kemudian, Ethan benar-benar menikahi Irish.

Carisa sudah menyiapkan hatinya untuk semua ini, namun saat pernikahan itu benar-benar terjadi, rasa sakitnya tak bisa ia bendung. Lelaki yang begitu dijaganya kini resmi menjadi suami orang lain, walaupun Carisa sadar ini adalah bagian dari rencana besarnya.

Ethan sendiri memang pria luar biasa tampan, tenang, berkarisma, dan setia pada Carisa sebelum semua ini terjadi. Mana ada wanita yang tidak jatuh cinta padanya, apalagi Carisa yang sepanjang hidupnya haus kasih sayang.

Itulah sebabnya rasa takut Carisa makin besar. Bagaimana jika ucapan Zayn terbukti benar? Bagaimana kalau Ethan benar-benar jatuh hati pada Irish setelah tinggal bersama?

Setiap kali Ethan diam-diam datang menemuinya, Carisa berusaha tegar, walaupun air matanya selalu jatuh di bahu Ethan. Ethan pun memeluknya erat sambil meyakinkan,

"Aku hanya mencintaimu. Aku akan selalu melindungimu."

Tetapi sejak hari pernikahan Ethan, Carisa hidup dalam kepanikan. Ia merasa seluruh perjuangannya bisa runtuh kalau Ethan berubah pikiran.

Carisa pun mulai menguji Ethan setiap kali bertemu, menanyakan bagaimana kehidupan rumah tangganya. Ethan menjawabnya sambil lalu, berusaha tidak membuat Carisa khawatir.

Namun jawaban Ethan malah membuat Carisa makin gelisah. Ethan sempat bercerita kalau Irish selalu menyiapkan sup hangat dan handuk ketika ia pulang kerja, bahkan menunggunya sampai larut malam. Meski Ethan menuturkan hal itu dengan nada kesal, bagi Carisa, ini adalah sinyal bahaya.

Carisa sadar, perempuan lembut seperti Irish bisa dengan mudah mencuri hati Ethan, yang di balik ketegasannya tetap mendambakan kehangatan.

Setiap malam, Carisa dihantui mimpi buruk. Bahkan meskipun Ethan rajin datang padanya, Carisa tetap merasa terancam. Ia takut kehilangan segalanya.

Sampai akhirnya Carisa terpikir satu cara. Ia meminta Ethan agar mempekerjakan Zayn di perusahaan, supaya Zayn bisa pindah dan menemaninya.

Karena hubungan Carisa dan Zayn sudah terjalin lama sejak SMA, mereka bisa menutupinya dengan mudah. Ethan pun tidak curiga karena percaya Carisa adalah seorang yatim piatu yang pernah ditampung keluarga sepupunya.

Ditambah lagi Carisa belakangan menunjukkan gejala depresi dan paranoia. Demi menjaga kesehatan mental Carisa, Ethan menyetujui Zayn datang untuk menemaninya, walaupun rencana mempekerjakan Zayn di perusahaan masih harus menunggu sampai posisi Ethan benar-benar stabil.

Setelah Zayn pindah, keadaan Carisa perlahan membaik. Namun di malam-malam sepi, ketika ketakutannya datang, Carisa tetap mencari Zayn untuk sekadar menenangkan diri di pelukannya.

Zayn sendiri sangat menderita. Ia tahu hubungan ini salah, tapi tak mampu menolak Carisa. Perlahan, Zayn pun terbiasa dengan keadaan itu, meskipun tiap kali berpisah dari Carisa, hatinya terasa remuk.

Hingga akhirnya, Carisa tanpa sengaja hamil anak Zayn. Ia panik, tak mau mempertahankan anak itu, dan berbohong kepada Ethan bahwa itu adalah anaknya, sambil bersikeras anak itu dia gugurkan tanpa ragu.

Zayn menatap langit malam di taman belakang, membiarkan angin musim dingin menerpa wajahnya dan mengeringkan matanya yang basah.

Tiba-tiba, suara lembut Carisa memecah lamunannya.

"Zayn, dingin di luar. Kenapa kamu di sini sendirian?"

Ia menoleh, melihat Carisa berjalan mendekat dengan gaun merah anggun yang menonjolkan sosoknya yang mempesona, di bawah sinar bulan yang redup.

Zayn berusaha tersenyum, meskipun dadanya terasa sesak.

"Kenapa kamu ke sini, Carisa?"

"Aku khawatir kamu tidak bahagia," jawab Carisa pelan. Ia meraih lengannya dan menatapnya tulus, "Aku tahu selama ini kamu sudah berkorban banyak untukku. Maafkan aku."

Zayn menggeleng pelan sambil menepuk tangannya,

"Jangan bilang begitu. Semua kulakukan dengan ikhlas."

Ia menarik perlahan tangannya dari genggaman Carisa.

"Sekarang ini pestamu, kamu seharusnya bersama Ethan dan para tamu."

Carisa tersenyum tipis,

"Aku sudah bilang ke Ethan, tidak usah buru-buru. Aku mau bersamamu sebentar di sini. Sudah lama kita tidak bicara baik-baik."

Zayn merasakan matanya kembali panas. Ia tertawa kecil menutupi perasaan getirnya, kemudian berdiri di samping Carisa, menatap bulan purnama bersama-sama.

Sejenak, semuanya terasa tenang.

Setelah Carisa kembali masuk ke aula pesta, Ethan berdiri sambil memegang gelas anggur, menatap seseorang dari jauh, Leon, yang saat itu berdiri di samping Dion, menatap pesta dengan mata tajam.