follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah malam kencan yang penuh pengakuan itu, Rico memutuskan untuk bertindak cepat. Ia tahu, hati Aruni masih rapuh dan butuh kepastian. Namun, ia juga memahami bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia membutuhkan restu penuh dari orang tuanya, agar trauma Aruni tidak terulang lagi. Rico bukan tipe pria yang akan menyembunyikan sesuatu, apalagi tentang wanita yang dicintainya.
Akhirnya Rico sampai di rumah keluarganya, Ray Daddynya adalah seorang pengangguran setelah menyerahkan perusahaan kepada Rico. Dan tinggal menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Momynya, Amanda, seorang wanita lembut dan penuh kasih. Mereka berdua menyambut kedatangan Rico dengan hangat.
"Ada apa, sayang? Tumben hari Minggu datang ke sini, biasanya kamu habiskan untuk tidur seharian atau liburan untuk mengisi kontenmu. " sapa Amanda sambil menyuguhkan teh hangat.
Rico tersenyum tipis. "Ada yang ingin aku bicarakan, sama mommy dan daddy. Penting."
Ray dan Amanda saling bertukar pandang, merasakan keseriusan dalam nada bicara putra mereka. Karena tidak biasanya anaknya itu seserius ini dengan mereka dan kebanyakan mereka sering bercanda.
"Ada apa? apa ini masalah pekerjaan, atau perusahaan?" Tanya Ray penasaran.
Rico menarik napas dalam-dalam. "Aku... sudah menemukan wanita yang Aku cintai, mom, dad."
Raut wajah kedua orang tuanya langsung berubah cerah. Amanda tersenyum lebar. "Benarkah, sayang! Akhirnya! Siapa namanya? Kenalkan sama mommy dan daddy dong."
"Namanya Aruni, Mom," jawab Rico. "Dia seorang guru SD. Aku bertemu dengannya beberapa bulan lalu di kereta. Saat itu dia sedang merasa terpuruk tinggal di rumah orang tuanya."
"Kenapa bisa begitu? ' Amanda terlihat sangat penasaran dan antusias mendengar cerita dari anaknya.
"Tau sendirilah mom, seperti apa kehidupan di desa. Naudzubillah, keponya luar biasa. Mereka tak henti-hentinya menyudutkan Aruni setelah gagal menikah. Dan omongan jahat itu membuat Aruni yang sabar menjadi kesal dan ingin mencoba suasana baru di Jakarta. " kata Rico.
Amanda dan suaminya saling berpandangan dan menggelengkan kepala bersamaan. Tak habis pikir dengan apa yang mereka pikirkan. Bukannya prihatin malah menyudutkan.
Rico kemudian menceritakan semua tentang Aruni. Ia menjelaskan pertemuannya di kereta, perkenalan Aruni dengan Om Amar dan Tante Dina, hingga kisah pilu pembatalan pernikahannya dengan Ahmad. Rico juga menjelaskan trauma yang dialami Aruni akibat penolakan calon ibu mertua yang menganggap usianya sudah tidak produktif untuk memiliki anak. Ia menceritakan bagaimana Aruni adalah wanita yang kuat, berhati mulia, namun kini sedang dalam proses penyembuhan luka batin.
Rey dan Amanda mendengarkan dengan saksama. Senyum di wajah Amanda perlahan memudar, digantikan oleh raut iba dan keprihatinan. Sungguh kenapa ada orang yang tega mengatakan hal itu, padahal dia adalah seorang wanita juga. Benar-benar tak habis pikir.
"Ya Allah, kasihan sekali anak itu," ujar Amanda matanya menunjukkan rasa prihatin yang mendalam. "Pasti sangat berat baginya. Mengalami hal buruk seperti itu, padahal pernikahan sudah di depan mata."
"Benar mom," timpal Rico. "Itulah kenapa Aku tidak mau terburu-buru. Aku ingin dia benar-benar pulih dan siap menata masa depan dengan ku tanpa ingatan masa lalu yang mengganggu. " Rico berhenti sejenak sebelum meneruskan kalimatnya.
"Dan sebenarnya Aku juga sudah mengungkapkan perasaan ku padanya.. Tapi Aruni belum menjawabnya dan meminta waktu untuk memikirkannya. Dia ingin melakukan shalat istikharah untuk mendapatkan jawaban."
Amanda tiba-tiba memukul lengan anaknya dengan keras, " Ah, lagian kamu sih. kenapa harus buru-buru ngungkapin persaan sih. Harusnya kamu diam dulu, pepet dia sampai bergantung sama kamu dan merasa kehilangan saat kamu tidak datang. Kamu harus pintar main naik ulur. Jangan asal ceplos. "
Ray mengangguk-angguk setuju. " Tapi Itu bagus, Nak. Wanita tidak hanya butuh kenyamanan tapi butuh kepastian . Selain istikharah adalah petunjuk terbaik dari Allah. Kita sebagai orang tua harus mendukung niat baik kalian." Ia menatap Rico. "Kamu yakin, Nak? Dengan semua yang sudah Aruni alami?"
"Rico yakin, Dad. " jawab Rico mantap. "Hati Rico sudah mantap sama Aruni. Dia wanita yang baik, sabar dan telaten. kalian bisa bayangin kalau kita punya anak. Anak orang aja dia sayang apalagi anak sendiri. Dia hanya butuh seseorang yang bisa menjaganya dan menerima dia apa adanya tanpa pandang usia dan statusnya.."
Amanda menatap putranya, melihat kesungguhan di mata Rico. Ia tahu, Rico bukan tipe pria yang main-main dengan perasaannya, dia juga salah satu pria yang sulit jatuh cinta. Mungkin inilah jodoh Rico, betemu sama wanita yang satu frekuensi dengannya. Sama-sama sulit jatuh cinta.
"Baiklah, Nak. Kalau begitu, mommy and daddy ingin melihat dengan mata kepala kami sendiri seperti apa wanita yang kamu cintai itu untuk menilai apakah dia baik untukmu. Kapan kami bisa bertemu Aruni?"
Rico tersenyum lega. "Thank you mom, dad. Nanti Aku atur jadwalnya. Aku akan sampaikan pada Aruni."
"Kami akan melihat bagaimana dia, dan baru akan memutuskan," tambah Rey, memberikan sedikit penekanan.
Sementara itu, di rumah Tante Dina, Aruni sedang berjuang dengan pergolakan batinnya. Pengakuan Rico telah membuka kembali pintu hatinya yang sempat tertutup rapat, namun ketakutan akan kembali terluka masih menghantuinya. Ia tahu, Rico adalah pria yang baik, perhatian, dan sangat dewasa. Tapi apakah ia siap untuk kembali mempercayakan hatinya yang baru saja sembuh?
Malam itu, setelah menunaikan salat Isya, Aruni mengambil air wudu kembali. Ia membentangkan sajadah di kamar. Dalam keheningan malam, Aruni memutuskan untuk mencari petunjuk dari Sang Pencipta. Ia mengangkat kedua tangannya, memohon kekuatan dan petunjuk.
Aruni memulai salat istikharahnya. Dalam setiap rakaat, ia memohon petunjuk. Ia memohon agar Allah menunjukkan jalan terbaik, apakah Rico adalah jodoh yang telah Allah siapkan untuknya, ataukah ia harus mencari jalan lain. Air mata menetes di pipinya saat ia memohon dengan sungguh-sungguh. Ia menceritakan semua keraguan dan ketakutannya kepada Allah. Karena hanya kepadaNya tempat dia memohon.
Setelah salat, Aruni duduk bersimpuh, melantunkan doa dengan khusyuk. Ia merasakan sebuah ketenangan perlahan menyelimuti hatinya. Bukan sebuah jawaban yang gamblang, melainkan sebuah kedamaian yang mengiringi kelegaan. Ia tahu, apapun jawabannya nanti, itu pasti yang terbaik dari Allah. Aruni memejamkan mata, membiarkan pikirannya beristirahat. Ia berharap, ketika ia terbangun, sebuah cahaya akan membimbing langkahnya.
Di tengah kegelisahan menunggu jawaban dari Aruni, Rico telah mendapatkan lampu hijau dari orang tuanya, meskipun dengan syarat.
Sementara itu, Aruni, di bawah lindungan malam, sedang mencari petunjuk Ilahi untuk menenangkan hatinya yang bimbang. Akankah hasil istikharah Aruni dan restu orang tua Rico bertemu pada titik yang sama, membawa mereka menuju kebahagiaan yang diimpikan, ataukah takdir akan kembali memisahkan jalan mereka dengan cara yang tak terduga?