NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reuni

Selama beberapa hari berikutnya, selain tugas patroli yang terus berjalan, sebagian besar anggota kelompok tujuh disibukkan dengan perbaikan dan pembangunan kembali Dusun Tawangalas bersama Warga Desa Danpa dan prajurit Suranaga.

Anggota kelompok yang berada di perkemahan pun tak luput dari pekerjaan merawat dan memenuhi kebutuhan para pengungsi dari Dusun Tawangalas. Warga Desa Danpa secara sukarela terlibat aktif dalam kegiatan yang bersifat gotong-royong tersebut.

Setelah menerima laporan dari kelompok tujuh, Jenderal Dranasapta yang tengah berada di Kota Majanara pun bertindak cepat dengan mengirim permintaan tambahan prajurit pada Kerajaan Suranaga untuk memperdalam penyelidikannya terhadap kelompok Kala Hitam.

Alang Ganendra kembali meninjau anggota Perguruan Rantai Emas yang berada di Desa Danpa. Kali ini, beliau bahkan datang bersama Gayatri Puspa untuk ikut membantu berbagai pekerjaan di desa tersebut selama beberapa waktu. Keduanya baru meninggalkan Desa Danpa saat Ki Damar dan 20 pendekar dari perguruan tiba sebagai tenaga bantuan.

Dalam kurun waktu itu pula, Wira lebih banyak menyibukkan diri dengan membantu perbaikan Dusun Tawangalas jika sedang tidak bertugas patroli. Di waktu luangnya, yang kebanyakan pada malam hari, Wira akan mencari tempat yang cukup sepi untuk bermeditasi dengan teknik pernapasan nirvana.

Pertempuran dengan kelompok bandit Kala Hitam sebelumnya telah membuat Wira memiliki hawa pembunuh yang cukup pekat. Wira mencoba menghilangkan hawa pembunuh tersebut dengan bermeditasi, tetapi hasilnya jauh dari maksimal.

Wira kemudian teringat bagaimana metode pernapasan nirvana memurnikan tenaga dalamnya dan mencoba menggunakan teknik tersebut untuk memurnikan hawa pembunuh yang ada padanya. Setelah beberapa waktu, Wira menyadari teknik pernapasan nirvana bahkan mengubah hawa pembunuh tersebut menjadi aura petarung, Wira pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Wira teringat pernah membaca beberapa buku yang menjelaskan bahwa hawa pembunuh sebenarnya memiliki kegunaan serupa dengan aura petarung. Jika aura petarung dapat menekan lawan dengan tekanan yang dapat membuatnya kesulitan bergerak, hawa pembunuh akan menyerang mental dan membuat lawan merasakan ketakutan.

Biasanya para pendekar aliran putih akan lebih memilih menyembunyikan hawa pembunuh dan memaksimalkan aura petarungnya. Tentunya, hal ini berkebalikan dengan pendekar aliran hitam yang berharap keberadaannya ditakuti oleh lawan-lawan mereka.

Menjelang akhir misi perburuan tahunan, waktu seakan semakin cepat berlalu. Dari kabar yang dibawa oleh prajurit kavaleri, Wira dapat mengetahui bagaimana kondisi kelompok 3 dan 2. Ia pun lega mendengar Ratnasari, Nala, Mahendra, dan Sularsa baik-baik saja. Wira berharap akan segera bertemu dengan mereka semua.

Satu hal yang tidak Wira duga adalah ia mendapat surat dari Dewi Andini. Dalam surat tersebut, Dewi Andini mengatakan kalau dirinya mungkin tak akan menemui Wira dalam waktu yang cukup lama sebab Jenderal Dranasapta telah mengirimnya kembali ke Kerajaan Suranaga untuk bersiap melakukan sebuah misi.

Dewi Andini juga mengatakan bahwa ia tak akan melupakan bahwa Wira masih berutang beberapa hal kepadanya dan ia akan menagihnya saat mereka bertemu kembali. Setelah membaca surat itu, Wira tersenyum dan seketika terbayang pula olehnya ekspresi usil gadis itu saat menulis surat ini.

Entah mengapa Wira justru semakin ingin menemui gadis itu. Menyadari keinginannya yang mungkin terasa aneh itu, Wira menggeleng dan menghela napas kemudian melipat secarik surat tersebut dan menyimpannya. Ia berdiri dan hendak menuju perkemahan untuk bersiap melakukan tugas patroli malam saat terdengar raungan dan jeritan tak jauh dari tempatnya berada kini.

...***...

Danu dan beberapa murid senior lainnya sedang berbincang santai di tepi hutan siang itu. Mereka membicarakan dua kejadian yang menurut mereka menjadi pengalaman yang cukup luar biasa selama misi perburuan tahunan kali ini, yaitu serbuan serigala taring besi dan peristiwa di Dusun Tawangalas.

‘’Kalau Wira tidak maju sendirian untuk menahan para bandit itu, kami mungkin tidak dapat membebaskan mereka yang ditawan.’’ kata salah seorang di antara mereka yang ikut dalam misi penyelamatan warga dusun yang ditahan.

‘’Eh, tapi menurutmu kenapa tiba-tiba bisa ada begitu banyak serigala taring besi ya?’’ tanya seorang yang lain lagi.

''Serigala taring besi itu hewan buas yang sudah bertransformasi menjadi monster kan? Kalau begitu, seharusnya mereka tertarik pada sesuatu yang memancarkan energi negatif untuk bisa menyerapnya.’’ kata seorang gadis dalam kelompok tersebut.

‘’Iya Santika, tapi masalahnya, Guru Alang dan para senior sudah menyelidiki di sekitar hutan ini dan tidak menemukan adanya sesuatu seperti yang kamu bilang itu …,’’ Danu menanggapi gadis tersebut.

‘’O iya …, tapi aneh juga ya kenapa jumlahnya bisa banyak begitu?’’ tanya gadis yang dipanggil Santika itu dengan nada polos.

‘’Soal itu,’’ Danu kembali menjawab gadis itu dengan nada malas, ‘’senior saka dan yang lain juga sudah me –,’’ kata-kata Danu terhenti saat matanya mengarah ke sesuatu di belakang Santika.

Murid senior lainnya seketika berdiri dan hendak menarik pedang, tetapi Danu menghentikan mereka. Danu memberi isyarat agar semuanya tidak bergerak sebelum dirinya memanggil Santika.

‘’S-San-Santika.’’

''Hm?’’ gadis itu menoleh dan terkejut melihat sikap Danu dan yang lainnya, ‘’Kalian kenapa?’’

''Ssshhh!’’ Danu memberi isyarat pada gadis itu untuk tidak bersuara.

‘’Ada apa sih?’’ Santika yang belum memahami situasinya dengan ringan menengok ke belakang.

Danu menepuk jidatnya.

Melihat sosok seekor beruang hitam dengan tinggi lebih dari dua meter berada tak jauh darinya, Santika mematung sejenak, sebelum menjerit sekuat tenaga. Danu bergerak cepat dan menarik tangan Santika, sementara murid senior lainnya bersamaan menyerang beruang hitam itu.

Dengan sekali gerakan, beruang hitam itu mementahkan seluruh serangan para murid senior itu. Si beruang meraung dan melesat cepat ke murid senior yang terdekat dengannya. Danu menebaskan pedangnya, tetapi kulit beruang itu terlalu keras dan tak tergores sedikit pun.

Perhatian si beruang beralih kepada Danu dan langsung menyerangnya. Danu melompat mundur untuk menghindar. Di belakangnya, meskipun sudah mengangkat pedang, Santika terlihat gemetar ketakutan.

“Siapa saja, cari bantuan cepat!” seruan Danu membuat murid senior lainnya berlari untuk mencari siapa saja yang bisa menolong mereka dari beruang hitam tersebut.

Danu hendak menyuruh Santika untuk pergi dari tempat itu dan melapor kepada para senior yang dapat mereka temukan, tetapi sebuah hantaman dari beruang hitam itu lebih dulu mengenainya dengan telak, membuatnya terlempar jauh ke samping.

Melihat Danu terpental di hadapannya, Santika jatuh berlutut, tubuhnya yang sejak tadi gemetar kini terasa benar-benar lemas. Di depannya, dengan mulut membuka dan air liur menetes, beruang hitam itu menggeram, kemudian menerjang.

Santika hanya bisa memejamkan mata saat beruang hitam itu bergerak ke arahnya, tetapi tiba-tiba ia merasa sesuatu mendekap dan memindahkan tubuhnya yang kemudian berguling-guling di tanah.

Ketika merasa dekapan pada tubuhnya terlepas, Santika membuka mata. Tak jauh di sampingnya, Danu tergeletak tak sadarkan diri. Santika menoleh ke depan dan mendapati Wira tengah menahan serangan beruang hitam itu dengan kedua tangannya.

Wira mengalirkan tenaga dalamnya untuk bertahan. Ia tak menyangka akan melihat sosok beruang hitam itu lagi. Wira berteriak dan mendorong beruang itu hingga mundur beberapa langkah. Tak mau kalah, si beruang pun meraung dan melemparkan Wira ke samping.

Wira mendarat dan berguling di tanah beberapa kali, tetapi segera bangkit lagi. Ia hendak menarik pedangnya, tetapi segera mengurungkannya, ‘Bukankah ini bagus untuk mencoba kekuatanku,’ katanya dalam hati. Wira tersenyum tipis lalu melepaskan aura petarungnya.

Beruang hitam menggeram dan tampak tertekan oleh aura petarung yang Wira lepaskan, tetapi hal itu tidak berlangsung lama sebab ketika beruang itu kembali meraung, Wiralah yang justru terpental mundur selangkah, ‘Ah ternyata makhluk ini lebih kuat dari dugaanku,’ Wra meringis.

Wira teringat setahun sebelumnya, makhluk inilah yang telah membuat tubuhnya tercabik-cabik. Wira masih belum mengetahui bagaimana ia bisa selamat kala itu, tetapi hari ini ia bukan lagi Wira yang dulu.

Si beruang menerjang. Wira menyambutnya dengan tangan kosong. Adu kekuatan antara keduanya kembali terjadi dan menimbulkan gelombang kejut yang cukup kuat di sekitarnya. Wira mengubah posisi tangannya lalu melemparkan sepasang tangan beruang itu ke atas dan memberinya beberapa pukulan pada bagian perut.

Beruang itu menghunjamkan kedua tangannya, tetapi Wira telah bersalto ke belakang untuk menghindar. Cakar-cakar si beruang menghancurkan tanah di bawahnya. Wira melesat maju dan menendang kepalanya, membuat beruang itu terlempar dan jatuh ke samping.

Wira memegang kaki beruang itu dan melepaskan aura petarungnya sekali lagi. Tanah yang dipijaknya retak. Wira mengerahkan segenap kekuatan dan tenaga dalamnya. Sambil berteriak, Wira memutar tubuhnya dan mengayunkan tangannya untuk melempar beruang hitam itu sejauh mungkin.

Bunyi berdebum terdengar di kejauhan, pertanda tubuh si beruang membentur tanah. Dari tempatnya, Wira mengamati beruang hitam yang ternyata masih bisa bangkit itu. Si beruang hitam yang telah bangkit menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum menatap Wira sambil menggeram.

Akan tetapi, beruang itu kemudian berbalik dan pergi begitu saja seolah telah kehilangan niat untuk bertarung. Wira terus mengamatinya sampai beruang hitam itu menghilang lalu menghela napas panjang. Wira menghampiri Santika dan Danu yang masih pingsan.

‘’Santika, kau tak apa-apa kan?’’ tanya Wira

''Halooo? Namamu Santika kan?’’ Wira bertanya lagi saat melihat Santika yang sepertinya masih melamun.

‘’Ah! I-iya … iya Wira, aku … baik-baik saja, terima kasih,’’ Santika tersenyum canggung sebab merasa wajahnya tiba-tiba memanas.

''Hmm …, baguslah. Kalau begitu …,’’ Wira mengangkat dan memikul tubuh Danu di bahunya kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Santika berdiri, ‘’ayo kita kembali ke perkemahan.’’

Santika meraih tangan Wira dan berdiri. Wira melepaskan tangannya lalu berjalan lebih dulu. Santika mengikutinya dari belakang. Ia menatap lekat-lekat punggung Wira dan sesekali menatap tangannya sendiri. Santika baru menyadari detak jantungnya yang tiba-tiba menjadi cepat dan jelas bukan karena ketakutan.

Sebagai sesama murid senior, Santika tentu mengenal Wira meski jarang sekali keduanya berkomunikasi atau berbicara berdua saja. Santika pun mengetahui sosok-sosok yang dekat dengan Wira, seperti Ratnasari dan Nala, termasuk desas-desus tentang kedekatan Wira dengan Dewi Andini.

Biasanya, Santika hanya akan menganggap semua itu sebagai bahan pembicaraan yang menarik saja, tetapi kini ia merasa ada yang berbeda. Saat Wira menanyakan keadaannya, Santika merasa wajah Wira memancarkan aura yang membuat jantungnya berdebar kencang.

Belum lama mereka berjalan, murid-murid senior dan beberapa pendekar terlihat berlari ke arah mereka. Melihat Wira tengah menggendong Danu di pundaknya, orang-orang itu pun berhenti dan terlihat lega karena ternyata Wira telah lebih dulu menolong Danu dan Santika.

Bahkan saat itu, Santika sama sekali tak menyadari wajahnya sendiri tengah merona saat memikirkan bahwa Wiralah yang tadi mendekap tubuhnya dan membuat terhindar dari serangan beruang hitam itu.

1
anggita
like, iklan utk novel fantasi timur lokal, moga lancar👌
anggita
Wira...,,, Ratnasari😘
Mythril Solace
Seru banget ceritanya, thor! Alurnya ngalir dan gaya penulisannya hidup banget—bikin aku kebawa suasana waktu baca. Aku juga lagi belajar nulis, dan karya-karya kayak gini tuh bikin makin semangat. Ditunggu update selanjutnya ya! 👍🔥
Ilham Persyada: siyap kak ..🫡
total 1 replies
Hillary Silva
Gak kebayang ada cerita sebagus ini!
Kaede Fuyou
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
Ilham Persyada: terima kasih Kak ... mohon dukungannya 🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!