NovelToon NovelToon
Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Romantis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Michael Nero

Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.

Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.

Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Alam Rahasia Pedang Langit – Mekar Bersama

Tidak terasa hari-hari berlalu begitu saja bagi Lin Feng dan Su Ling'er dan hari ini adalah hari ke-25 di alam rahasia. Matahari buatan yang terbang di langit kecil itu bersinar terang, memantul di permukaan danau yang menciptakan bias berupa kilauan-kilauan seperti permata.

Lin Feng dan Su Ling’er baru selesai latihan sparring pagi. Keduanya terduduk di tepi danau, sambil kaki mereka menyentuh air dingin sementara kedua pedang mereka diletakkan di samping.

“Kau curang tadi,” kata Su Ling’er sambil menyikut Lin Feng. “Tebasan terakhirmu hampir beneran mengenai leherku.”

Lin Feng mengangkat tangan pura-pura tak bersalah. “Itu cuma angin sisa. Lagipula, kalau kena, aku yang akan menjadi orang pertama yang panik."

Su Ling’er memandangnya lama. “Benarkah? Kau tak takut aku terluka?”

Lin Feng menggeleng. “Takut setengah mati. Tapi aku lebih takut kalau kau tak berlatih dengan serius. Kau tahu musuh di luar tak akan menahan diri ketika bertemu dengan kita nanti.”

Gadis itu diam sebentar, lalu bersandar di bahunya. “Kau selalu mengatakan hal yang membuatku tak bisa marah lebih lama.”

“Karena aku tahu cara menebusnya,” jawab Lin Feng sambil mengeluarkan dua buah persik spiritual yang ia ambil dari cincin warisan.

“Makan dulu. Habis ini kita coba teknik gabungan baru.”

Su Ling’er menggigit buah itu, sari manis persik mengalir pelan di dagunya. Lin Feng menyekanya dengan ibu jari, gerakan alami yang membuat wajah gadis itu memanas.

“Jangan mulai,” katanya sambil menepis tangan Lin Feng. “Nanti meditasi dualnya terganggu.”

Lin Feng tertawa. “Siapa yang mulai duluan?”

Siang hari mereka habiskan di gua relief pedang. Kali ini mereka mencoba menggabungkan langkah kaki yang didapat dari relief dengan intent masing-masing.

“Aku mulai,” kata Su Ling’er. Ia melangkah maju—tubuhnya seperti meluncur di atas es tak kasat mata, meninggalkan jejak kelopak es biru di udara.

Lin Feng mengikuti dari belakang. “Sekarang gabung.”

Ia melangkah bersamaan, intent pedangnya menyatu dengan jejak es itu. Kelopak es berubah menjadi kelopak sakura es yang berputar tajam, membentuk spiral indah di sekitar mereka.

“Bagaimana menurutmu?” tanya Lin Feng.

Su Ling’er mengangguk. “Rasanya seperti kita sedang menari bersama. Tak ada celah.”

Mereka berlatih berulang kali sampai gerakan itu mengalir secara alami. Saat istirahat, Su Ling’er duduk di batu besar.

“Semalam aku bermimpi aneh lagi,” katanya pelan, nada suaranya berusaha santai.

Lin Feng duduk di sebelahnya. “Mimpi yang sama?”

“Bukan. Kali ini hanya suara wanit yang mengatakan ‘waktunya semakin dekat’. Aku bangun dengan hati berdegup kencang, tapi tak ingat apa-apa lagi.”

Lin Feng memegang tangannya. “Mungkin karena Qi di sini terlalu pekat. Kadang hal itu mampu memunculkan halusinasi kecil.”

“Mungkin,” jawab Su Ling’er, meski matanya menunjukkan ia tak sepenuhnya yakin. “Aku tak mau memikirkannya sekarang. Waktu kita terbatas di sini.”

Lin Feng mengangguk. “Benar. Mari lanjut latihan.”

Ia tak bertanya lebih jauh—ia tahu Su Ling’er akan menceritakannya kalau wanita itu sudah siap.

Saat malam datang, mereka kembali melanjutkan meditasi dual, tetapi kini lebih dalam dan intens dari hari-hari sebelumnya. Mereka duduk di ruang utama, hanya diterangi satu lilin.

“Tarik napas bersamaan,” kata Lin Feng.

Mereka akhirnya memulainya. Sekarang Qi mereka mengalir lebih lancar, lebih kuat dan lebih alami. Namun tiba-tiba, di tengah meditasi, aura mereka meledak kecil—cahaya biru-putih memenuhi ruangan.

Su Ling’er membuka mata lebih dulu. “Aku menembus Golden Core tahap awal!”

Lin Feng mengikuti satu detik kemudian. “Aku juga.”

Mereka saling tatap, terkejut penuh bahagia.

“Baru satu bulan di sini,” kata Su Ling’er. “Di luar mungkin baru sepuluh hari.”

Lin Feng memeluknya erat. “Aku tidak menyangka kita mampu melampaui harapan semua orang dalam waktu sesingkat ini.”

Su Ling’er balas memeluk, suaranya lembut di telinga Lin Feng. “Bukan ‘kita’. Ini karena kau. Kau membuatku ingin menjadi lebih kuat—agar bisa berdiri setara denganmu, bukan di belakangmu.”

Lin Feng menarik diri sedikit, menatap matanya dalam-dalam. “Kau selalu setara denganku. Bahkan lebih.”

Mereka berciuman di bawah cahaya lilin yang menari, pelan dan penuh makna. Tak ada kata lagi yang dibutuhkan.

Tapi saat mereka tertidur, Su Ling’er bermimpi lagi—kali ini hanya sekilas bayangan istana es megah dan suara wanita yang berbisik, “Dia semakin dekat dengan rahasia itu…”

Ia terbangun sebentar, jantung berdegup, tapi ketika melihat Lin Feng tidur tenang di sebelahnya (mereka sudah berbagi kamar sejak minggu kedua), ia tersenyum kecil dan kembali memeluknya.

“Apa pun itu,” bisiknya lebih pada dirinya sendiri, “aku tak akan membiarkan orang lain mengambil mu dariku bahkan jika itu kehendak takdir sekalipun.”

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Mereka menemukan ruang rahasia kecil di bawah paviliun—sebuah kolam air panas alami yang dipenuhi Qi spiritual.

“Ini tempat favoritku yang baru,” kata Su Ling’er sambil masuk ke air hingga bahu.

Lin Feng mengikuti, duduk di sebelahnya. “Airnya seperti membuat Qi milikku mengalir lebih lancar.”

Su Ling’er menyandarkan kepala di pundak Lin Feng. “Bukan airnya. Kau yang ada di sini.”

Lin Feng tertawa pelan. “Kau semakin manis akhir-akhir ini.”

“Salahmu,” balasnya sambil menyiramkan air ke wajah Lin Feng.

Mereka bermain air seperti anak kecil, tawa menggema di ruangan kecil itu.

Saat malam tiba lagi, mereka bermeditasi di kolam—air hangat membantu aliran Qi lebih halus. Kemajuan mereka terus melonjak.

Di luar alam rahasia, waktu berlalu lambat. Tapi di dalam, ikatan mereka semakin dalam—cinta, kepercayaan, dan kekuatan yang tumbuh bersama.

Akan tetapi benih misteri masih tertanam diam, menunggu waktu yang tepat untuk bertunas.

...****************...

Di luar Alam Rahasia Pedang Langit, waktu berjalan lambat. Baru sepuluh hari berlalu sejak Lin Feng dan Su Ling’er menghilang di balik pintu segel, tapi suasana di sekte sudah berubah tegang.

Pagi itu, kabut tebal menyelimuti puncak gunung. Murid-murid berlatih dengan lebih giat dari biasanya, dentang pedang bergema lebih keras, seolah ingin menutupi kegelisahan.

Di aula utama, para elder sering berkumpul, wajah mereka muram membahas laporan pengintai yang terus memberikan informasi mengenai gerakan Sekte Darah Iblis yang semakin berani mendekati perbatasan provinsi, dan desa-desa kecil kembali diserang lagi.

Elder Han berdiri di teras paviliun utama, memandang ke arah tebing belakang tempat pintu alam rahasia berada.

“Mereka berdua adalah harapan kita,” gumamnya pada Elder Xue yang berdiri di samping.

“Ya, tapi musuh tak akan menunggu,” jawab Elder Xue pelan. “Kita harus bertahan sampai mereka kembali.”

Di lapangan bawah, banyak murid-murid berbisik tentang “pasangan jenius” yang menghabisi elder Golden Core sendirian. Ada yang iri, ada yang kagum, tapi semua setuju, ketika nanti Lin Feng dan Su Ling’er keluar, sekte akan mempunyai dua ujung tombak yang baru.

Angin dingin bertiup, membawa aroma hujan yang akan datang. Badai belum tiba, tapi semua orang bisa merasakannya di udara.

1
Hasan Udin
gak jls alur cerita nya buruk👎👎👎
Nanik S
NEXT 💪💪💪
Nanik S
Harus secepatnya mereka kembali
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏🙏
Nanik S
NEXT
Nanik S
Serasi dan Kompak
Nanik S
Ngincer warisan... dasar Iblis
Nanik S
Ternyata Zhao Long penghianat sekte
Nanik S
Zhao Long... cemburu ya wkwkwk
Nanik S
Lin Feng jangan terlalu polos apalagi oleh kecantikan
Nanik S
Akhirnya jadi murid inti LinFeng
Nanik S
Lin Feng 💪💪💪
Nanik S
Bagus Lin Feng
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Hadir.... ikut nyimak cerita
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
no subject: oke kak
total 1 replies
Yasinta Dwi Wahyuni
ceritanya menarik
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
no subject: terimakasih sudah mampir, bab berikutnya akan segera rilis
total 1 replies
no subject
Halo, para pembaca setia 🤍
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.

Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.

Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.

Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!