NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Is He Lying?

Nuansa mantap menyambangi kediaman Han Jean untuk memastikan kondisinya. Hal ini jarang terjadi karena Han Jean juga jarang hilang kontak. Melupakan soal rasa tidak enak di perutnya yang kembali muncul, dia turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam lift di lantai basement. Setelah pintu tertutup, dia bersandar di dinding lift yang dingin, kedua tangan terlipat di depan dada. Matanya terpejam sejenak, sekadar berusaha mengenyahkan ketidaknyamanan di tubuhnya sendiri.

Han Jean baru tinggal di unit apartemen ini sejak tiga bulan yang lalu. Nuansa tidak menanyakan secara detail mengapa lelaki itu memutuskan pindah, padahal lokasi apartemen yang sekarang lebih jauh dari kantornya jika dibandingkan dengan unitnya yang dulu. Tidak menaruh curiga juga, karena Han Jean memberikan akses penuh kepada dirinya. Kapan pun mau, Nuansa bisa datang tanpa pemberitahuan, dan Han Jean tidak akan mempermasalahkan.

Tapi sejauh ini Nuansa tidak pernah melakukannya. Dia lebih senang berkabar sebelum datang, agar disambut dengan tangan terbuka lebar. Selain untuk menghargai privasi Han Jean, rasanya lebih senang untuk tahu kehadirannya disambut dan dirayakan kecil-kecilan.

Keluar dari lift, Nuansa mengarung langkah beberapa meter menuju unit Han Jean, yang letaknya ada di sayap kiri. Lorong yang dilaluinya itu sejuk, dengan pencahayaan terang. Lantainya mengilap, memantulkan bayangan dirinya. Suara dengungan samar sesekali terdengar, datang dari AC sentral yang menyala. Nuansa mengusap lengan, mulai terasa dingin menembus bajunya yang tipis.

Setibanya di depan pintu unit, Nuansa berdiri mematung. Tangannya sempat terangkat untuk membuka pintu dengan akses yang Jean berikan, tetapi kemudian urung. Dia malah diam sebentar, memandangi pintu di hadapannya dengan gejolak yang mulai timbul di benaknya. Nuansa tidak tahu pasti mengapa. Rasanya hanya tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang hendak melesak keluar, namun tertahan. Lalu, dia melanjutkan gerakan tangannya, memencet tombol di pintu seraya memperhatikan bagian kecil dekat sana yang memungkinkan Han Jean bisa melihat kedatangannya melalui monitor di dalam.

Tidak langsung ada sahutan untuk bel yang pertama kali dibunyikan. Nuansa memberikan jeda beberapa detik sebelum kembali memencet bel untuk kali kedua. Yang kali ini, jika tidak dibuka, baru Nuansa akan masuk secara mandiri.

Tak lama, suara pintu unit terbuka menarik antensi. Datangnya dari unit sebelah, alih-alih unit milik Han Jean. Nuansa tidak bisa menahan kepalanya untuk tidak menoleh, dan membiarkan tatapannya bertemu dengan seseorang yang muncul dari balik pintu yang terbuka. Detak jantungnya berpacu lebih cepat, bukan karena senang atau merasa bersemangat, tapi karena terkejut bercampur kesal pada takdir yang sepertinya sedang bermain-main dengannya.

Wajahnya terjaga datar, sedangkan hanya dirinya dan Tuhan yang tahu betapa berisik benaknya mengutuk keadaan. Doanya sudah tidak mujarab sekarang. Mungkin karena sudah lama tidak datang menyapa Tuhan. Belum lama padahal dirinya memohon supaya tidak dipertemukan lagi dengan Angger, pria itu kini malah berdiri beberapa langkah saja di sampingnya, menatapnya dengan sorot yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Angger masih mengenakan pakaian yang sama ketika mereka bertemu di kafe. Hanya saja, penampilannya sedikit lebih berantakan. Raut wajahnya muram dan helaian rambutnya tampak kusut.

“Hai,”

Nuansa menarik pandangannya dari Angger, mengalihkannya pada Jean yang kini sudah berdiri membukakan pintu unitnya. Dia tersenyum pada Jean, melesak masuk seolah pertemuannya dengan Angger tidak pernah terjadi. Untuk sementara dia abaikan fakta bahwa siapa pun yang Angger kunjungi sekarang bertetangga dengan Han Jean. Satu keadaan yang menciptakan peluang pertemuannya dengan Angger jadi lebih besar.

Han Jean menutup pintu di belakang mereka. Suara klik terdengar dari kunci otomatis, seperti sebuah penghalang dari dunia luar yang baru saja Nuansa tinggalkan. Dia baru benar-benar bisa menghela napas lega saat pintu tertutup sepenuhnya, memisahkan dirinya dari Angger yang mungkin masih berdiri di sana.

“Aku nggak bisa telepon Mas,” tembak Nuansa, bahkan sebelum bokongnya mendarat di sofa.

Han Jean menatapnya sendu. “Kayaknya hape Mas mati,” katanya, sarat akan penyesalan yang mendalam. “Maaf ya, Mas nggak enak badan dari semalam, jadi nggak sempat ngurusin hape. Ini juga baru bisa maksain bangun dari kasur karena kamu dateng.”

“Mas Je sakit?” tanya Nuansa, mulai panik. Ditelusurinya wajah Jean, diraba keningnya untuk memastikan apakah suhu tubuhya normal. “Iya, sedikit demam. Udah minum obat? Kita ke rumah sakit yuk?” berondong Nuansa.

Han Jean menggeleng, tangannya menangkup milik Nuansa yang berdiam di pipinya. “Sekarang udah nggak sakit, soalnya udah ada kamu.”

Nuansa menarik tangannya dari genggaman Han Jean, berubah merengut. “Mas, kita harus ke rumah sakit, biar jelas saki tapa. Makin dibiarin, nanti makin parah sakitnya.”

Kepala Han Jean menggeleng makin keras. “Mas cuma mau dipeluk aja sama kamu.” Kemudian ditariknya lengan Nuansa, dan tubuhnya dipeluk erat. Han Jean mengistirahatkan kepalanya di dada perempuan itu. Matanya terpejam, meresapi hangat tubuh sang tunangan yang sukses membuat hatinya tenang.

Nuansa ingin mendebat lebih jauh. Ingin berkeras kepala menyeret Han Jean ke rumah sakit, namun tidak punya daya untuk melakukannya saat lengan pria itu melingkar semakin erat di pinggangnya. Pada akhirnya Nuansa mengalah. Dibiarkannya Han Jean memeluk tubuhnya sampai puas, sedangkan jemarinya mengusap lembut kepala tunangannya itu, sesekali memainkan helaian rambutnya yang tebal dan kasar, atau meremasnya pelan.

“Kayaknya Mas begini karena terlalu kangen kamu,” bisik Han Jean, dekat telinga Nuansa. Tindakan itu membuat Nuansa bergidik. Han Jean yang agak demam, napasnya jadi terasa lebih hangat daripada yang seharusnya.

Selagi Han Jean bermanja-manja dengannya, mata Nuansa tidak bisa ditahan dari gerakan otomatisnya mencuri pandang setiap sudut apartemen tunangannya. Sudah menjadi kebiasaannya, memindai setiap titik di tempat-tempat yang baru dikunjunginya. Terhitung sejak kepindahannya, hari ini adalah kali keempat Nuansa berkunjung. Itu pun biasanya Nuansa hanya mampir sebentar, sekadar mengantarkan sesuatu. Biasanya tidak sampai berdiam lama. Tidak punya waktu untuk menelisik lebih jauh keadaan hunian tunangannya.

Dalam kegiatannya memindai itu, Nuansa menemukan kejanggalan yang terlalu sulit untuk diredam. Dekat pintu masuk, sepasang sepatu tertata tidak rapi di dalam rak. Salah satunya, yang sebelah kanan, baru masuk sebagian, bahkan tersenggol sedikit pun bisa langsung jatuh. Kaus kaki di dalamnya mencuat keluar, tergulung asal-asalan.

Tata letak sepatu itu tidak normal, mengingat Han Jean adalah seseorang yang terorganisir dan sangat cinta kerapian. Satu barang saja tidak dikembalikan ke tempat semula setelah digunakan, maka siap-siap mendengar pria itu mengomel gemas sambil bibirnya maju bersenti-senti. Sedangkan sepasang sepatu di dalam rak itu tampak seperti diletakkan terburu-buru.

Bersambung....

1
irish gia
lanjutttt
irish gia
baik banget sih angger..segitunya jagain nuansa
irish gia
siapakah dia
irish gia
hmmm...
irish gia
kalo himil..cerita end..nuasa pasti dipaksa kiwin sama angger
irish gia
ngakak
Zenun
cuti tiga bulan aja.
Hamil dulu tapi😁
Zenun
Masih belum bisa menjudge kalau Han Jean orang jahat
Zenun
Nuansa main asal tuduh aja nich🤭
nowitsrain: Pokoknya Angger yang salahhh
total 1 replies
Zenun
foto apan tuch?
nowitsrain: Foto xxx
total 1 replies
Zenun
mungkin dia pura-pura😁
nowitsrain: Emaknya Angger ituuuuu
total 1 replies
Zenun
Aku tahu, dalangnya adalah Han Jean
nowitsrain: Omo omo
total 1 replies
Zenun
Kira-kira siapa ya yang sedang mengincar Nuansa🤔. Apa mungkin Han Jean🤭
nowitsrain: Adalah aku ☝️
total 1 replies
Zenun
ke aku sini😁
nowitsrain: Hmmm seperti jurus silat ciat ciatt
total 3 replies
Zenun
mengcurigakan
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
tapi udah kesentuh dalam-dalam
nowitsrain: T-tapi kan, Nuansa duluan 😭😭
total 1 replies
Zenun
Bekas Han Jean ngapelin nyang onoh kali😁, terus naronya asal-asalan karena Nuansa datang
nowitsrain: Upssss
total 1 replies
Zenun
Ini mah Fix, balon yang dipake Angger itu bolong
nowitsrain: Enggak kok... rill tidak
total 1 replies
Zenun
ada wanita lain kali😁
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
aki-akinya ngemong, gak ikutan ngereog😁
Zenun: wkwkwkwk
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!