NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Minum Satu Berdua?

“Udah?” tanyanya, berusaha terdengar santai.

Tapi Xion bukannya menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangkat dua bungkus kertas cokelat dari plastik bening yang ia bawa, lalu mengangkat alis ringan.

Sebentuk “Kalau belum, tebak ini apa?” versi Xion.

Tiny langsung mengangguk cepat, mata berbinar. “Yey!”

Suaranya cempreng lagi, dan kali ini benar-benar tulus ceria. Aura salting tadi langsung lenyap, tertutup oleh energi khas anak manja yang dapat makanan favorit.

“Cepet banget dapetnya!” komentar Tiny sambil menyambut kantong makanan itu, walau tetap duduk diam di tempat.

Xion menutup pintu, kembali mengenakan sabuk pengamannya. “Karena aku nggak banyak pilih. Nanya aja nggak, langsung ambil yang paling keliatan fotonya mirip sama yang kamu bilang.”

Tiny tertawa kecil, membuka bungkusan. Aroma pedas langsung menyergap hidungnya. “Hmm! Ini sih udah enak dari baunya,” katanya senang.

Ia mulai mengambil sendok dan tisu dari plastik, gerak-geriknya cepat dan lincah seperti bocah yang tak sabar makan.

Xion hanya melirik dari samping.

Bocah. Itu satu-satunya kata yang terlintas.

Tiny baru akan menyuapkan suapan pertama ayam gepreknya, tapi gerakannya terhenti. Dari sudut mata, ia menyadari satu hal—Xion tidak membuka makanannya sama sekali. Bahkan, pria itu sekarang kembali menggenggam kemudi, tampak siap melanjutkan perjalanan.

Tiny buru-buru menurunkan sendok. “Aku makan nanti aja deh,” katanya lirih.

Xion melirik sebentar. “Kenapa nggak makan?”

Tiny mengangkat bahu, lalu menjawab, “Nungguin kamu aja. Nggak enak juga aku yang makan dulu, padahal kamu yang pergi beli.”

Xion tersenyum tipis. “Aku nggak makan sekarang. Makan di rumah aja. Kalau kamu lapar, ya makan aja. Jangan tunggu aku.”

Tiny membelalak. “Di rumah? Emang nggak lapar?”

“Enggak,” jawab Xion singkat. “Udah biasa juga nahan lapar.”

Tiny menoleh cepat, ingin tanya lebih jauh. Tapi kemudian ia urungkan.

Xion sedang menyetir. Ia tahu betul, tak semua orang bisa tetap fokus menyetir kalau harus menjawab pertanyaan pribadi. Dan jujur, Tiny juga tak yakin siap menerima cerita apa yang mungkin muncul dari kalimat ‘udah biasa nahan lapar’.

Jadi, ia diam.

Matanya lalu menatap ke luar jendela, dan tak lama, ia melihat sesuatu. Sebuah taman kecil di pinggir jalan, dengan bangku kayu di bawah pohon rindang, dan beberapa keluarga kecil duduk menikmati makanan.

“Nah! Di taman itu aja yuk makannya?”

Tiny menunjuk ke arah kiri, semangat. “Kita makan di mobil aja, tapi parkir di situ. Enak, ada anginnya.”

Xion melirik ke arah yang ditunjuk, lalu mengangguk ringan. “Oke.”

Ia membelokkan mobil perlahan, lalu parkir di pinggir taman—lebih tepatnya pinggir jalan. Begitu mobil berhenti di bawah bayangan pohon besar, suasana terasa jauh lebih adem. Tenang. Teduh.

Tiny langsung membuka kembali bungkusan ayam gepreknya dengan semangat penuh, seolah kejadian tadi tak pernah ada. Tangannya cekatan membalik tutup kotak, mengaduk nasi dan sambal, lalu menyuap cepat seolah takut makanannya kabur.

Xion hanya melirik dari sudut mata. Heran—tapi juga takjub.

Baru saja sedih, barusan diam. Sekarang? Ceria seperti bocah yang baru dapat mainan.

Ia membuka makanannya sendiri. Perlahan. Tenang.

Kalau Tiny makan seperti lomba, Xion makan seperti meditasi. Satu suap, kunyah, telan. Tak terburu-buru.

Tiny melirik Xion diam-diam. “Kamu sering ya makan pelan gitu?” tanyanya sambil mengipas mulut karena sambal.

“Sering,” jawab Xion tanpa menoleh.

“Kenapa?”

“Biar kenyang lebih lama.”

Tiny tertawa kecil. “Filosofinya lucu juga.”

Mereka diam beberapa saat. Tapi bukan diam yang canggung—melainkan nyaman. Seperti dua orang yang sedang belajar membaca irama satu sama lain.

Tiny kembali bicara, pelan tapi jujur. “Tapi kamu tadi sempat bikin aku mikir.”

Xion menoleh sedikit. “Mikir apa?”

Tiny memainkan sendoknya. “Kalimat kamu. ‘Udah biasa nahan lapar’.”

Xion menghentikan kunyahannya sejenak. Pandangannya lurus ke depan, tapi pikirannya melayang ke tempat yang lebih jauh dari sekadar pinggir jalan dan ayam geprek.

“Dulu... ya karena nggak ada yang masakin,” ucapnya pelan. “Nggak punya ART, nggak tinggal sama orang tua juga. Jadi kalau mau makan, ya masak sendiri. Itu pun kalau niat. Kalau nggak, ya tahan lapar. Mau keluar juga males.”

Tiny menoleh, memperhatikan dengan lebih serius. “Kenapa nggak tinggal sama orang tua aja sih? Kan enak, ada yang urus.”

Xion tersenyum tipis. “Aku udah biasa mandiri sejak kuliah. Merantau. Awalnya karena beasiswa, lama-lama karena pilihan. Aku nggak pengen jadi orang manja.”

Tiny mengangguk pelan, mulai memahami potongan-potongan kehidupan pria di sebelahnya. “Padahal kamu anak orang kaya.”

Xion melirik cepat. “Kamu ngintip rekening aku?”

Tiny tertawa. “Nggak lah. Tapi aura-aura anak orang berada tuh ada. Lagian aku kenal keluarga kamu juga udah dari lama kok.”

Xion terkekeh kecil, sangat kecil. “Ya… orang tua mampu. Tapi aku nggak mau hidup dari uang mereka terus. Biaya kuliah sekarang aja aku bayar sendiri. Dari gaji dosen. Dan kerjaan sampingan.”

Tiny mengernyit. “Kerjaan sampingan?”

“Bikin modul. Nulis jurnal. Terjemah dokumen akademik. Kadang coding juga.”

Tiny tercengang. “Kamu manusia atau mesin sih?”

Xion terkekeh singkat, lalu kembali menyuap sisa-sisa nasi dan ayam di kotaknya. Tangannya tenang, rapi. Wajahnya juga santai—tapi bagi Tiny, semua gerakan itu tetap terlihat ‘niat’, dan entah kenapa... membuat jantungnya kerja dua shift.

Setelah keduanya selesai makan, Tiny bersandar santai, lalu menepuk perut pelan. “Kamu bawa minum, nggak?”

Xion sontak menepuk jidat sendiri, spontan. “Lupa.”

Refleksnya itu membuat Tiny tertawa geli. Tangannya refleks menahan pipi sendiri karena gemas.

“Tapi…” Xion menengok ke bagian belakang mobil, lalu meraih tas kecil di balik kursi. Ia mengeluarkan satu botol air mineral ukuran sedang. “Kayaknya ada ini. Cuma satu.”

Tiny mencondongkan badan, menatap botol itu. “Cuma satu?”

Xion mengangguk. “Iya. Tapi kamu pasti nggak mau minum bekas aku, kan? Yaudah, aku beli aja dulu. Di seberang ada warung.”

Xion baru saja menarik handle pintu mobil saat—

“Eh, jangan,” Tiny menahan cepat. Tangannya bahkan refleks menyentuh lengan Xion, walau hanya sebentar. “Nggak usah. Aku minum ini aja.”

Xion menoleh. “Serius?”

Tiny mengangguk. “Iya. Lagian kamu harus nyebrang, panas, banyak motor. Dan aku juga nggak masalah, kok…”

Matanya menatap botol itu.

“…minum bekas kamu.”

Sejenak, suasana hening.

Xion diam. Pandangannya terpaku ke wajah Tiny yang kini pura-pura sibuk membuka tutup botol. Tak ada yang aneh sebenarnya. Tapi kata-kata itu…

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!