Aryani Faizah yang sedang hamil tua mengalami kecelakaan tertabrak mobil hingga bayi yang ia kandung tidak bisa diselamatkan.
Sang suami yang bernama Ahsan bukan menghibur justru menceraikan Aryani Faizah karena dianggap tidak bisa menjaga bayinya. Aryani ditinggalkan begitu saja padahal tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.
Datang pria kaya yang bernama Barra bersedia menanggung biaya rumah sakit, bahkan memberi gaji setiap bulan, asalkan Aryani bersedia menjadi ibu susu bagi kedua bayinya yang kembar.
Apakah Aryani akan menerima tawaran tuan Bara? Jika mau, bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Kak Faiz..." Dilla berlari ke ruang tamu, menemui Faiz yang sedang menunggu Admin yayasan baby sitter. Rupanya Faiz saat ini berada di yayasan bersama Dilla.
"Ada apa, La?" Faiz menoleh Dilla yang tengah tersenyum menatapnya.
"Sebaiknya Kak Faiz tidak usah bekerja menjadi baby sitter. Barusan Kak Abdullah telepon aku, kita disuruh cepat kembali" papar Dilla, ia duduk berhadapan dengan Faiz di kursi yang sama.
"Benarkan?" Faiz berkaca-kaca, rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu si kembar.
"Benar Kak, sebentar lagi pasti Tuan Barra telepon Kakak" Dilla mengatakan jika Barra minta nomor hape Faiz.
"Tapi admin pasti kecewa La" Faiz awalnya ingin bekerja menjadi baby sitter saja. Setelah lepas dari Ahsan, ia telepon Dilla ingin ikut disalurkan oleh yayasan.
"Tidak apa-apa Kak, aku belum sempat bicara admin kok" Dilla sebenarnya hendak menemui pengurus yayasan, ingin mengutarakan maksud Faiz. Namun, belum sempat bicara, pengurus yayasan justru memberikan telepon agar Dilla ngobrol dengan keluarga Barra.
"Kalau gitu sekarang juga kita kembali ke rumah Tuan Barra, La" Faiz antusias. Tidak bertemu kembar selama tiga jam, rasanya sangat lama. Lagi pula saat ini kembar pasti rewel mencarinya.
"Ciee... Cieee... yang mau ketemu calon... wajar, sudah dua minggu tidak bertemu, sih." kelakar Dilla, sambil senyum-senyum menatap Faiz.
"Ciee Ciee... usil saja kamu, memang kamu tidak ingin segera bertemu si kembar" Sungut Faiz, temannya ini tidak bosan-bosannya meledek.
"Iya, calon Nyonya Barra... saya pamit Ibu yayasan dulu" Dilla masih juga meledek sambil tertawa meninggalkan Faiz.
"Dilla... Dilla" gumam Faiz memandangi Dilla dari belakang, dalam keadaan seperti sekarang pun Dilla masih juga 'ciee-ciee.
Tidak lama kemudian, Faiz menatap Dilla sudah kembali keluar sembari membawa tas. Begitu juga dengan Faiz, tas pakaian miliknya pun diangkat junjung entah berapa kali. Mereka meninggalkan yayasan lalu menunggu taksi di pinggir jalan.
***********
"Siapa kamu?" Barra bertanya menyentak, matanya mendelik tajam ketika tiba di kamar si kembar, seorang wanita dengan santainya tiduran di kasur Faiz. Padahal di luar, bibi kerepotan menjaga dua anak.
"Oeeek... Oeeek... Oeeek..." Rohman yang masih di gendong Barra pun menangis semakin kencang.
"Sayang..." Barra usap kepala Rohman merasa bersalah karena bentakannya mengejutkan putranya, padahal tangisnya baru mulai reda.
Wanita yang tak lain adalah Ratih pun bangun dengan cepat. "Sayaaa..." jawabnya ketakutan.
Abdullah yang berdiri di samping Barra berbisik. "Itu wanita yang dibawa Tante Chana, Bang" Abdullah menceritakan, ia kasihan juga kepada Ratih yang sebenarnya hanya ingin mencari sesuap nasi.
"Keluar kamu" Barra menurunkan intonasi suara. Dia sebenarnya marah karena ada orang asing yang seenaknya masuk ke kamar si kembar.
Ratih membungkuk lalu keluar kamar. Sementara Abdullah mengecek cctv memperlihatkan drama Chana yang mengusir Faiz bersama Dilla dengan semena-mena.
"Kurang ajar wanita itu!" Barra mengepalkan tangan.
"Sekarang panggil wanita yang baru saja kesini, Dul" titahnya. Yang dia maksud adalah Ratih, padahal belum ada 10 menit ia usir, sekarang disuruh memanggilnya kembali.
Abdullah mengangguk lalu memanggil Ratih ke luar kamar, tidak lama kemudian kembali.
"Sebelum bekerja di rumah saya, apa kamu tahu, jika si kembar sudah punya pengasuh dan Ibu susu?" Tanya Barra menatap Ratih yang tengah menunduk meremas kedua telapak tangannya.
"Saya tidak tahu Tuan."
"Lain kali kalau mau masuk kerja selidiki dulu" Barra sebenarnya kasihan juga pada Ratih sepertinya wanita itu polos dan lugu.
"Saya minta maaf Tuan, jika tahu kejadiannya bakal seperti ini, tidak akan menerima tawaran Nyonya Chana. Saya sama sekali tidak tahu jika putra Tuan tidak mau didekati, apa lagi disusui saya." Ratih pun akhirnya mengangkat kepala.
"Memang anak kamu kemana?" Barra ingat kejadian Faiz, banyak sekali wanita yang mengalami kdrt hingga anak menjadi korban.
"Ada Tuan, sebenarnya saya tidak tega meninggalkan anak saya. Tapi, saya butuh uang untuk membayar kontrakan, dan kebutuhan yang lain. Karena suami saya tidak bekerja" tutur Ratih panjang lebar. Wanita itu tidak ketakutan lagi setelah Barra bertanya baik-baik.
"Sebaiknya kamu pulang saja." Barra akhirnya berbicara baik-baik. Ia tahu jika Ratih hanya diperalat oleh Chana untuk mengusir Faiz.
Barra menitipkan Rohman kepada Abdullah, kemudian ambil dompet dari saku celana. Ia menarik beberapa lembar uang merah memberikan kepada Ratih. "Ini untuk bayar kontrakan rumah kamu" ujarnya.
"Tapi saya belum bekerja Tuan..." Ratih menatap uang di tangan Barra, tidak berani menerima.
"Ambil, anggap saja ini rezeki yang tidak terduga." tulus Barra.
"Terima kasih Tuan" Ratih menerima uang tersebut dengan rasa syukur, kemudian membereskan pakaian ke dalam tas. Padahal pakaiannya itu baru dia susun di lemari dua jam yang lalu.
Ratih pamit Barra dan Abdullah yang masih di dalam kamar si kembar. Kemudian meninggalkan rumah tanpa memberi tahu Chana.
Sementara itu di dalam kamar, Chana memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Padahal setelah makan siang tadi dia sudah minum obat. "Mungkin aku kurang minum" gumamnya lalu keluar kamar.
Sepi ketika tiba di luar kamar, tidak lagi mendengar suara tangis si kembar. "Akhirnya anak-anak itu bobo juga" batin Chana sembari meneguk air putih.
"Sebaiknya aku menyuruh Ratih supaya mengurut pinggang ku saja, pasti dia sedang enak-enakkan tidur di kamar si kembar." Chana berbicara sendiri sembari berjalan ke kamar si kembar. Tanpa mengetuk daun pintu, ia mendorong kenop begitu saja.
...~Bersambung~...
Bener kayanya ada mata² kira2 siapa ya
anda penasaraaaan???
samaaa aku jugaaa 🤣
ayooo trima faiz, jngan lama lama kalau mikir....
lanjut...
semangat...
terima ajaaa