NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:408
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DALAM PELUKAN MALAM DAN PETIR

Malam itu, di kediaman Pangeran Wang dan Zhao.

Meilan sedang membereskan tempat tidur, sementara Zhao hanya diam menatapnya pandangan matanya jatuh pada ranjang besar yang terlihat terlalu sepi.

Vop zhao

“Sejak menikah… dia belum pernah tidur di sini. Apa malam ini dia akan…”

“Meilan,” gumam Zhao gugup. “Kau pikir… malam ini dia akan tidur di sini?”

Meilan tersenyum geli. “Tentu saja, nona. Ini kan rumah kalian berdua sekarang.”

Zhao menarik napas gugup. “Tapi… aku belum siap. Bagaimana kalau tiba-tiba dia… menyiksaku tengah malam?” ujarnya polos.

Meilan terkekeh. “Nona, sudah mulai lagi. Lebih baik istirahat. Siapa tahu besok masalah nona dan Pangeran Yu selesai.”

Ia lalu meninggalkan kamar dengan senyum kecil, membiarkan Zhao terdiam dalam pikirannya.

Tiba-tiba, suara pintu terbuka membuat Zhao terlonjak. Pangeran Wang berdiri di ambang pintu, menatap ke dalam… ragu.

Setelah sesaat, ia melangkah masuk. Zhao, yang duduk di pinggir tempat tidur, menegang. Tatapannya gugup tapi justru terlihat lucu di mata sang pangeran.

“Kau belum tidur?” tanya Wang tenang.

Zhao buru-buru menggeleng.

“Kau masih memikirkan soal itu?” Ia melirik wajah Zhao yang kemerahan.

“Tidak. Kau sudah percaya padaku… itu sudah cukup,” jawab Zhao cepat.

Pangeran Wang menoleh ke arah ranjang. Zhao ikut menatap. Tatapan mereka bertemu sejenak lalu…

“Ah… jadi itu yang dipikirkan otak kecilmu itu?” goda Wang dengan senyum tipis.

Zhao menegang. Wajahnya makin merah, apalagi saat Wang perlahan mendekat.

(Vop Zhao)

Apa yang dia lakukan? Jangan-jangan dia

Wang mencondongkan tubuhnya, membisik pelan di telinga Zhao, “Bagaimana kalau… kita mulai sekarang?”

“T-TIDAAAAAAAK!” teriak Zhao panik.

Wang tertawa pelan, menahan diri untuk tidak memeluknya. Tatapan mereka terkunci. Tapi kali ini, Wang yang terdiam. Ada sesuatu dalam sorot mata Zhao yang membuat dadanya bergetar.

Ia mengalihkan pandangan, menahan perasaan nya

“Aku tidur di bawah,” ucapnya akhirnya, mengambil bantal dan selimut.

“Kau… tidur di bawah?” tanya Zhao.

“Ya. Karena kau pasti tidak akan mengizinkanku tidur di atas, bukan?”

“Bukan begitu…”

“Sudahlah. Istirahatlah. Aku juga lelah.” Wang membaringkan diri di lantai.

Zhao menatapnya dari atas. “Pangeran Wang…”

“Hm?” jawabnya sambil memejamkan mata.

“Kau… kedinginan?”

“Sedikit.”

>Lebih baik dingin daripada harus menahan sesuatu yang lain.

pikir Wang dalam hati.

“Maaf, aku terus menyusahkanmu.”

“Sudah biasa. Dan sepertinya harus mulai terbiasa.”

Zhao mendesah pelan. “Apa aku sebegitu menyusahkan?”

Tak ada jawaban. Zhao menoleh.

“Dia tertidur?” bisiknya.

“Belum. Karena kau masih berisik,” jawab Wang datar.

Zhao tersenyum kecil.

“Apa kau sudah menemui Kaisar?”

“Belum. Dia sibuk.”

“Kalau begitu… bagaimana kalau Kaisar tahu duluan?”

“Entahlah, harusnya sih belum tahu” jawab Wang.

“Tidurlah.”

Zhao akhirnya terlelap. Wang mengangkat tubuhnya sedikit, menatap wajah istrinya yang tertidur damai.

(V.O.P Wang)

“Aku tak tahu sejak kapan… tapi akan aku pastikan hatimu, hanya milikku. Dan aku akan menjagamu… seumur hidupku.”

Tengah malam...

Langit bergemuruh. Petir menyambar tanpa jeda, cahaya kilat menembus tirai kamar hingga menerangi dinding sesaat lalu lenyap kembali dalam kegelapan. Angin menderu dari sela jendela. Zhao terbangun dengan kaget, matanya membulat saat suara menggelegar kembali menghantam langit.

Ia menegakkan tubuh, melirik sekeliling ruangan yang kini terasa mencekam. Saat ia hendak bangkit, telinganya menangkap suara aneh dari lantai bawah tempat tidur. Suara lirih. Seperti… seseorang menahan tangis?

Zhao beringsut turun dari ranjang. Saat menunduk, matanya membulat.

“Pangeran?” bisiknya cemas.

Pangeran Wang duduk memeluk lututnya. Tubuhnya gemetar, kedua tangannya menutup rapat telinga. Wajahnya pucat mata tajamnya yang biasa penuh wibawa kini terlihat ketakutan. Seperti anak kecil yang terperangkap dalam badai.

(Flashback singkat)

Anak kecil itu… dikurung dalam ruang gelap. Petir menyambar. Suara tawa ibu yang dingin. “Kau anak tak tahu diri!”

Ia hanya menangis. Tubuh kecilnya menggigil. Petir menyelinap masuk melalui celah kayu. Tidak ada yang datang menolong. Tidak ada yang peduli.

Kembali ke saat ini.

Zhao terkejut. “Pangeran… kau takut dengan suara petir?” tanyanya pelan sambil mendekat.

Wang menggeleng samar, suaranya tercekat. “Jangan… tinggalkan aku...”

Zhao tersentak. Tanpa ragu, ia meraih tubuh Pangeran Wang dan menariknya ke dalam pelukannya.

“Tenanglah… Aku di sini. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kau aman… bersama ku,” bisiknya lembut, tangannya menepuk-nepuk punggung pria itu dengan ritme menenangkan.

Pangeran Wang memeluknya erat lebih erat dari sebelumnya. Lalu dalam diam, tubuh mereka melebur dalam kehangatan. Suara petir tak lagi terasa menakutkan. Dalam pelukan Zhao, Pangeran Wang akhirnya tertidur. Begitu pula Zhao.

---

Pagi harinya...

Matahari menelusup pelan lewat celah tirai. Pangeran Wang membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya bersandar di paha Zhao yang masih tertidur. Tubuh Zhao membungkuk sedikit, posisi tidurnya tampak tak nyaman.

Ia menatap wajah damai Zhao. Sinar pagi membingkai wajahnya, dan untuk sesaat, waktu seperti berhenti.

Dengan lembut, Wang menyibak helaian rambut dari dahi Zhao dan menyelimuti tubuh mungil itu. Sebuah senyum tipis merekah di sudut bibirnya. Lalu ia bangkit, pergi membersihkan diri.

Tak lama kemudian, ia kembali menatap Zhao dari kejauhan. Ingatannya kembali ke permintaan Zhao semalam tentang pernikahan Pangeran Yu dan Hwa Jin agar segera dipercepat untuk meredam rumor.

Wang menghela napas dalam. Ia pun segera menuju istana kaisar.

---

Di istana Kaisar...

Tak seorang pun tahu isi percakapan antara Pangeran Wang dan Kaisar pagi itu. Namun, ekspresi wajah Wang saat keluar dari istana tampak serius. Ia berdiri menatap pintu gerbang istana dengan sorot mata penuh makna.

Lalu langkahnya berubah. Tatapan matanya menajam. Ia berbalik dan berjalan cepat menuju kediaman Pangeran Chun.

---

Kediaman Pangeran Chun...

“Kakak? Tumben datang ke sini.” Pangeran Chun menyambut dengan senyum tipis yang dipaksakan. “Kenapa tak memanggilku saja? Kenapa repot-repot datang sendiri?”

Wang tak membalas senyum itu. Tatapannya tajam, suaranya dingin. “Ada hal penting yang perlu kubicarakan. Denganmu, dan istrimu.”

Nona Lee yang duduk tak jauh dari situ langsung merasa gelisah. Ia menunduk, menggigit bibir, tahu bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi.

“Tentang apa, kakak?” tanya Chun, mencoba tetap tenang.

“...Tentang tanggung jawabmu sebagai seorang suami. Yang mulai kuragukan,” jawab Wang, suaranya dingin seperti es.

“Maksudmu apa?” tanya Chun, alisnya bertaut.

“Aku tidak membawa masalah istrimu ke hadapan Kaisar. Belum. Karena aku memberimu kesempatan. Untuk memperbaiki dan mendidiknya... sebelum aku sendiri yang bertindak.”

Nona Lee tercekat. Chun mengepalkan tangan, menoleh pada istrinya.

“Apa maksudnya ini?!”

“Tanyakan padanya,” ujar Wang tajam. “Tentang yang ia lakukan di hari pernikahanku. Dan juga yang terjadi di pasar. Beberapa hari lalu.”

Tatapan Wang menghunjam langsung ke mata Nona Lee, yang kini gemetar ketakutan.

“Ini peringatan pertamaku,” Wang menunduk sedikit. “Dan tidak akan ada yang kedua. Termasuk untukmu.”

Saat Wang hendak pergi, ia menambahkan, “Dan jangan pernah menatap Zhao seperti itu lagi. Atau kau akan langsung berurusan denganku.”

Langkah Wang mantap meninggalkan kediaman itu. Tapi badai baru saja dimulai di dalam ruangan.

---

Setelah kepergian Wang...

BRAK!

Pangeran Chun menghampiri Nona Lee dan mencekik lehernya. Nafasnya tercekik, tubuhnya bergetar.

“APA YANG KAU LAKUKAN HAH?! APA INI SEMUA KARENA KECEMBURUAN BODOHMU ITU?!”

“A-aku…”

Ia mendorong tubuh Nona Lee ke lantai hingga terjerembab.

“Karena kau, aku dipermalukan. Diancam! Oleh kakakku sendiri!”

Matanya liar. “Wanita itu… seharusnya milikku. Milik aku! Bukan milik Wang!”

Nona Lee menatapnya dengan mata membara. “Bahkan setelah dia memperingatkanmu… kau masih menginginkannya?”

“Aku ingin dia. Dan aku juga ingin semua yang dimiliki Wang. Termasuk tahtanya…” ucap Chun sambil tertawa pelan, seperti orang kehilangan akal.

Nona Lee mengepalkan tangan. Amarahnya mulai meluap.

---

Sementara itu, di kamar Zhao...

Zhao duduk di depan cermin. Matanya sayu. Tangannya menyentuh dagu sambil melamun.

“Siapa sangka... Pangeran Wang yang begitu dingin… ternyata menyimpan luka sedalam itu. Dia… takut akan gelap, akan petir... sendirian. Sejak kecil…”

Suara langkah cepat terdengar.

“Nona! Nona!” teriak Meilan, menerobos masuk.

“Kenapa kau seperti habis melihat hantu?” tanya Zhao terkejut.

Meilan menggenggam tangan Zhao erat. “Cepat ikut saya, nona! Ini penting!”

“Ke mana? Meilan, kau membuatku takut!”

“Ke kediaman Pangeran Yu.”

Zhao menghentak. “Apa? Kenapa?”

“Pangeran Yu… dibawa oleh utusan Kaisar!” ucap Meilan.

Zhao terdiam. Lalu berlari bersama Meilan menuju kediaman Pangeran Yu. Sesampainya di sana, ia melihat Pangersn yu diapit dua pengawal.

Wajah Pangeran Yu tetap tenang. Tapi Zhaoterpaku.

(V.O.P Zhao)

Apa Kaisar sudah tahu? Apa Pangeran Yu akan dihukum? Lalu… aku? Apakah aku juga akan......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!