Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Adit menghilang
Mustofa agak bingung karena istri nya sudah sejak tadi tapi tidak keluar keluar dari kamar mandi, segera di masuk kedalam rumah untuk melihat Erni karena dia pun mau pipis. pintu kamar mandi agak terbuka sedikit hingga menampakan bayangan dari dalam sana, Mustofa agak ragu pula mau melangkah karena merasa ada sesuatu yang sangat seram.
Tapi di beranikan saja diri nya karena kaki Erni sudah menyembul dari luar sehingga agak aneh menurut Mustofa, langsung pintu dia dorong untuk melihat kedalam dan benar saja apa yang dia lihat saat ini. Erni tergeletak bersandar pada bak mandi, dalam keadaan kepala bocor juga mengalirkan darah seger.
"Erni!"
Mustofa kaget sekali melihat istri nya sudah lemas begitu, dia segera masuk dan melihat keadaan istri nya yang sudah tidak bernyawa, hati Mustofa agak kaget karena tadi baik baik saja. malah sekarang muncul lagi sudah sakit begini, pasti nya membuat hati mereka sebagai Ayah dan anak jadi agak sedih.
Bukan agak lagi karena biar bagai mana pun Erni adalah sosok yang baik untuk keluarga nya, pada tetangga kadang kala juga baik walau banyak jahat nya. sekarang malah tiba tiba saja tidak bernyawa begini, tentu nya Mustofa jadi tidak tau lagi harus bagai mana untuk menyelamatkan sang istri.
"Adit, tolong bilang sama tetangga ya kalau Ibu meninggal." pinta Mustofa sudah menangis.
"Sama semua nya ya, Ayah?" tanya Adit pelan dengan air mata berhamburan.
"Iya, kalau tidak Adit yang jaga Ibu saja ya biar Ayah minta tolong dulu sama tetangga." Mustofa bingung harus ambil posisi yang mana pula sekarang.
"Ya sudah Adit tunggu Ibu di sini, Ayah jangan lama lama ya." pinta Adit sedih.
Mustofa pun mengangguk dan segera pergi dari rumah untuk meminta tolong pada tetangga nya yang ada di sebelah rumah, kalau meninggal begini memang harus minta tolong sehingga saling beri kabar. sebab desa mereka memang tidak ada masjid atau langgar, mereka memang belum membangun masjid.
Adit anak yang baru berumur sepuluh tahun menjaga Ibu nya yang di geletak kan di atas banyak oleh Mustofa, jadi kepala Erni yang berdarah otomatis jatuh di bantal yang putih bersih itu. Adit memegangi tangan Ibu nya, masih hangat karena Erni belum lama meninggal nya.
"Ibu, kenapa Ibu cepat pergi dari sini? kata nya Ibu mau mengajak Adit jalan jalan!" Isak bocah kecil ini.
"Nanti kita jalan jalan ya." bisik sebuah suara dari belakang Adit.
"Hah!" Adit menoleh untuk memastikan suara tersebut.
"Ibu, Adit takut kalau begini." Adit melirik kanan kiri karena dia sudah ketakutan sekarang.
Jreeeeng.
"Aaaaah!" Adit menjerit karena mata Erni terbuka lebar.
Namun tubuh itu tetap kaku tidak bergerak sama sekali, hanya saja mata Erni terbuka lebar dan dari mata itu mengalir air merah seperti darah sangat kental. bau nya juga amis seperti darah manusia atau binatang, Adit sama sekali tidak tau harus apa sekarang.
"Tutup mata Ibu ya." Adit mengusap mata Erni agar mau menutup.
Tapi mata itu tetap saja terbuka lebar sama sekali tidak mau tertutup sedikit pun, membuat anak seusia ini sudah pasti ketakutan setengah mati. jangan kan anak anak, orang dewasa pun juga pasti akan takut bila yang bersangkutan dengan mayat seperti ini, sebab itu adalah iblis yang masuk kedalam tubuh.
"Kok meninggal nya mendadak saja, Fa?" Mak Tin tampak memasuki rumah Erni.
"Seperti nya jatuh di kamar mandi, Mak." jawab Mustofa tergesa gesa.
"Ya Allah banyak yang terpeleset memang di kamar mandi, apa lagi sampai kepala pun terbentur." ujar Mak Tin menangis karena ingat Erni yang lari lari di kejar hantu.
"Adit! Dit, kamu di mana?" Mustofa memanggil putra nya.
"Tadi kamu tinggal di sini?" tanya Mak Tin pula.
"Iya, dia memilih di tinggal karena tidak tau mau ngomong apa sama warga." jawab Mustofa kelabakan lagi.
"Cari dulu anak mu, biar Emak yang mengurus Erni." suruh Mak Tin mempersiapkan jasad nya Erni yang bakal di mandikan nanti.
"ADIIIT, KAMU DI MANA? JANGAN MAIN MAIN, NAK!" Mustofa lagi pusing begini malah anak nya hilang pula.
Tapi Adit memang sama sekali tidak ada, entah kemana pergi nya membuat Mustofa tambah bingung sekarang. sudah lah bingung karena mengurus istri mendadak meninggal, di tambah pula dengan anak nya hilang entah kemana sehingga pikiran sudah pasti sangat ruwet sekali mau berpikir jernih, yang ada malah tambah emosi karena tidak bisa fokus dengan satu hal.
"Dit Ayah mohon lah, Ayah mau mengurus Ibu." teriak Mustofa.
"Ada apa, Fa?" tanya Mitra yang baru mau berangkat melayat.
"Adit mendadak saja hilang, padahal tadi sudah ku suruh diam di rumah." jawab Mustofa.
"Cari dulu sampai dapat, ini lagi keadaan tidak bagus karena banyak anak anak yang hilang dan di temukan tragis!" suruh Mitra.
"Ya Allah!" tambah lah panik Mustofa mengingat semua kejadian itu.
Sudah ada contoh nya anak Pak RT dan anak nya Ucok, mereka semua menghilang dan saat ketemu sudah jadi mayat dan keadaan meninggal nya sama. yaitu dalam keadaan anus yang rusak parah seperti di tusuk benda tumpul, jadi Mustofa sudah pasti tambah lagi panik nya.
"Aku akan bantu yang lain soal Erni, kau kalau bisa temukan dulu anak mu." Mitra segera masuk kedalam rumah.
"Adit, jangan membuat Ayah takut!" teriak Mustofa berjalan menuju kebun belakang.
Sama sekali tidak ada sahutan dari Adit membuat Mustofa semakin bingung harus bagai mana, sementara orang orang sudah mulai datang kerumah Mustofa untuk melayat Erni. pokok nya desa ini sedang banyak yang meninggal, total nya sudah ada lima orang termasuk dengan Lastri juga.
"Mustofa nya mana?" Pak Lurah sudah datang dan mencari tuan rumah.
"Mencari Adit, Pak! soal nya tiba tiba saja menghilang entah kemana." ujar Mak Tin.
"Mungkin di kamar atau sedang sedih sehingga cari tempat untuk sembunyi." ujar Pak Lurah.
"Ngapain juga sembunyi to, Pak? Pak Lurah semakin lama omongan nya semakin melantur!" ujar Ucok dengan nada sengit nya.
"Kok melantur sih, kan ya benar apa yang Pak Lurah bilang." Agus membela Pak Lurah.
"Ini lah otak kalau sama edan nya, ngapain juga anak malah sembunyi setelah tau Emak nya mati." Ucok geleng geleng kepala.
Pak Lurah memberi kode pada Agus agar jangan melanjutkan debat lagi dengan yang lain, lebih baik diam saja karena itu lebih baik dari pada banyak omong dan tidak jelas begitu.
Jangan lupa like dan komen nya ya, sudah selesai hari ini dan kita sambung besok lagi ya.