Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 1 Kamar
"Begitukah! Baiklah terserah saja kamu mau mengatakan apa dan bagaimana tanggapanmu yang terpenting sekarang kau akan kembali kepada tugasmu yang fokus pada kesehatan temanku," sahut Kastara.
"Apa aku memang hanya berada di rumah ini saja dan tidak boleh menjalankan tugasku di rumah sakit?" tanya Tavisha.
"Tidak! Karena kau sudah menikah denganku yang artinya semua ketentuan aku yang menentukan dan kau tidak bisa membantah apapun itu dan tidak ada tawar-menawar dengan diriku!" jawab Kastara.
"Aku seorang Dokter dan memiliki pasien yang banyak. Dokter adalah pekerjaan mulia. Aku pasti akan memenuhi tanggung jawabku kepada pasien yang ada di rumah ini tetapi bagaimana dengan tanggung jawabku yang ada di rumah sakit. Aku tidak meminta banyak dan bahkan tidak meminta syarat sebelum kita menikah, tetapi aku hanya meminta satu ini saja. Aku mohon tolong biarkan aku tetap bekerja di rumah sakit," ucap Tavisha yang pasti sangat mencintai pekerjaannya.
"Kenapa aku harus menuruti permintaan dan aku sudah mengatakan tidak ada tawar-menawar!" jawab Kastara yang seperti biasa tidak akan pernah mengalah.
"Hanya permintaan seperti itu saja kamu tidak bisa memberikannya dan bagaimana aku yang terus saja menuruti permintaanmu dan bahkan hidup dalam makanan yang kamu berikan sebelum kita menikah," ucap Tavisha.
"Baiklah!" Kastara ternyata mengubah keputusannya.
"Kau boleh bekerja di rumah sakit kembali dan ingat pulang ke rumah ini dan bukan ke rumahmu. Walau aku memberimu izin untuk bekerja di rumah sakit, tetapi kau juga harus tahu batasan dan aturannya!" tegas Kastara memberikan kesempatan kepada Tavisha tetapi dengan syarat yang banyak yang dia minta
Tavisha menganggukkan kepala dengan tersenyum yang pasti dia sudah merasa sangat senang jika Kastara memberikan izin kepadanya.
Kastara yang tidak mengatakan apapun lagi dan langsung keluar dari kamar Tavisha.
"Syukurlah paling tidak aku tidak hanya tinggal di rumah ini saja dan masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa di rumah sakit. Ini jauh lebih baik dari apa yang aku bayangkan sebelumnya dan ternyata benar kata Umi mungkin pernikahan yang aku takutkan dengan beliau tidak akan separah itu," batin Tavisha yang merasa sangat bersyukur.
****
Tavisha baru saja selesai memeriksa pasien yang belum sadar itu, seperti biasa ada Kastara dan Vanya di dalam ruangan itu yang pasti ingin tahu bagaimana kondisi teman mereka.
"Semuanya normal kesehatan beliau stabil tidak meningkat dan juga tidak menurun," ucap Tavisha sebelum ditanyakan oleh kedua orang itu.
"Kenapa dia lama sekali sadar?" tanya Vanya.
"Luka tembakan di dadanya dan juga benturan di kepalanya membuat beliau mengalami pendarahan yang cukup hebat dan terganggu pada saraf otaknya. Jadi kondisi beliau tidak main-main yang memang seharusnya mendapatkan perawatan di rumah sakit," jawab Serra.
"Berhenti meminta dia untuk dirawat di rumah sakit dan untuk apa kau berada di rumah ini jika ujung-ujungnya kau tetap menyuruhnya ke rumah sakit. Aku sudah mengatakan kepadamu katakan apa yang kurang di ruangan ini yang dibutuhkannya agar kondisinya semakin stabil," sahut Kastara yang memang sangat kesal jika sudah mendengar anjuran Tavisha.
"Banyak kekurangannya dan jika memang kamu ingin menyamakan rumah sakit dan ruangan ini. Maka nanti aku akan membicarakannya," jawab Tavisha.
"Kenapa baru mengatakannya, sejak awal dan bukankah sebelumnya aku sudah sering bertanya padamu?" tanya Kastara yang mulai kesal.
"Jadi pada kesimpulannya kapan Damian akan sadar?" tanya Vanya kembali.
"Saya bukan Tuhan yang bisa menjawab pertanyaan itu, kita berdoa saja dan semoga pasien cepat siuman," jawab Tavisha yang membuat Vanya pasti kesal mendengar jawaban itu karena bukan itu yang dia inginkan.
"Kalau begitu saya permisi dulu dan sebaiknya jangan terlalu sering berada di sekitar pasien karena justru itu menyebabkan pasien merasa terganggu," ucap Tavisha sebelum pergi memberikan saran kepada dua orang itu.
"Dokter itu semakin lama semakin belagu dan sekarang sudah berani memerintah kita," ucap Vanya kesal.
Kastara menghela nafas yang tidak menanggapi keluhan dari Vanya dan kemudian dia langsung pergi.
Saat Tavisha yang baru saja keluar dari ruangan Damian. Tavisha melihat pelayan di rumah itu yang tampak membawa kopernya.
"Bu tunggu!" Tavisha dengan cepat menyetop.
"Iya Nona?" tanya Bibi.
"Mau dibawa ke mana kau percaya?" tanya Tavisha jangan raut wajah yang tampak bingung.
"Mau dipindahkan ke kamar tuan Kastara," jawab Bibi yang membuat Tavisha bingung dengan dahi mengkerut
"Kenapa?" tanya Tavisha.
"Bukankah kita sudah menikah dan pasangan suami istri harus tinggal satu kamar," Tavisha oleh ke belakang saat Kastara berjalan menghampirinya yang menjawab pertanyaan itu.
Kastara mengarahkan kepalanya kepada pelayan tersebut untuk melanjutkan pekerjaannya yang membuat pelayan itu menundukkan kepala.
"Wajahmu terlihat begitu schok. Apa kau keberatan jika kita satu kamar. Jika sudah menikah maka jangan tanggung melakukan segala sesuatu yang dilakukan pasangan suami istri pada umumnya," ucap Kastara tersenyum miring yang membuat Tavisha sedikit panik.
"Jadi kalau sudah menikah bukan hanya mengunjungi kamar saja, berkomunikasi di dalam kamar, atau hanya sekedar memegang tangan saja dan bukankah melakukan begitu banyak hal yang dilakukan pasangan suami istri pada umumnya," lanjut Kastara lagi.
"Tapi kamu tidak mengatakan semua ini sejak awal yang artinya tidak ada pembicaraan hal ini akan terjadi dalam pernikahan kita," ucap Tavisha.
"Bukankah kamu adalah wanita yang sangat pintar merangkai kata-kata, selalu menunjukkan bahwa kamu sangat taat segala dengan agama dan seharusnya tanpa aku berbicara jamu sudah mengerti bagaimana hubungan suami istri. Kamu juga tadi mendapatkan petuah dari ibumu yang artinya aku tidak harus menjelaskan semuanya,"
"Jadi jangan tanggung Tavisha, kalau sudah menikah maka harus dijalankan dan akan diselesaikan ketika urusanmu selesai di rumah ini dan sebelumnya aku sudah mengatakan kepadamu jika kau yang dirugikan dan ini adalah kesalahanmu karena mengambil pilihan seperti ini," ucap Kastara yang hanya membuat Tavisha terdiam.
"Jangan berdiri saja, ayo, bukankah kau sudah tidak sabaran untuk tidur di kamarmu yang baru," sinis Kastara yang langsung berlalu dari hadapan Tavisha.
"Ya Allah memang semua ini tidak salah, tetapi Tavisha tidak siap jika memang pernikahan ini adalah pernikahan sungguhan. Bukankah Tavisha berhak memiliki waktu yang lebih banyak lagi untuk sebaiknya berkomunikasi dengannya dulu saling memahami satu sama lain," batin Tavisha yang tidak percaya jika pernikahannya yang belum sampai 24 jam sudah mendapatkan banyak sekali gebrakan dari Kastara.
Tavisha yang akhirnya sudah berada di kamar kastara yang sejak tadi berdiri di dekat pintu. Tavisha melihat kamar itu sangat luas sekali memiliki ranjang king size berseprai berwarna biru tua, dilengkapi dengan kamar mandi lemari panjang yang senada warnanya dengan seprai kamar tersebut ada TV dan juga ada sofa.
Kamar itu benar-benar sangat mewah dan belum lagi terlihat balkon yang sangat luas yang membuat Tavisha sejak tadi hanya tetap dia mematung dan sementara Kastara yang sudah memasuki kamar itu terlebih dahulu terlihat membuka lemari.
"Kau bisa menyusun pakaianmu di sini dan suruh saja pelayan melakukannya jika kau tidak ingin mengerjakannya dan bukan berarti kau bisa seenaknya memerintahkan pelayan di rumah ini dan tetap saja kau harus tahu batasannya!" tegas Kastara memberikan perintah yang membuat Tavisha hanya diam saja.
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini