JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN
Langit pagi itu begitu cerah, seolah ikut berbahagia dengan datangnya utusan dari istana. Tapi sayangnya, tidak ada satu pun makhluk di kediaman keluarga Zhao yang benar-benar bahagia... kecuali para pelayan yang sumringah karena akhirnya bisa melihat calon suami nona mereka—seorang pangeran!
Zhao, satu-satunya putri dari Bangsawan Zhao, tengah menatap surat undangan dari istana dengan ekspresi seperti baru saja menelan obat pahit.
"Ayah sudah gila..." gumamnya pelan sambil membanting surat itu ke meja rias. "Kenapa harus dia? Dari semua laki-laki di dunia ini... kenapa harus Pangeran Wang?!"
"Apa Tuan Putri bilang sesuatu?" tanya Meilan, dayang pribadinya, dengan senyum manis dan polos yang sangat tidak mengerti suasana hati majikannya.
"Aku bilang ayahku tega!" seru Zhao. "Mau-mau-nya menjodohkan aku dengan pria itu! Yang katanya... suka menendang pelayan cuma gara-gara tehnya dingin?!"
"Eh... mungkin teh-nya benar-benar dingin, Nona..."
"Meilan!" Zhao mendelik. "Kau mau aku dijodohkan dengan lelaki psikopat yang menganggap teh lebih penting dari nyawa manusia?!"
Meilan menunduk cepat. "Tidak, tidak, tentu tidak! Tapi... katanya dia sangat... sangat... tampan?"
"Tampan? Hah! Aku lebih butuh pria berhati hangat daripada patung berjalan!"
Zhao bangkit, menyambar jubahnya, dan berlari keluar kamar seperti angin.
"AKU KABUR!"
"Tunggu! Jangan kabur lagi, Nona Zhao! Ini yang keempat kalinya dalam dua bulan!"
"Aku lebih baik menikah dengan kucing istana daripada dengan manusia es itu!"
Meilan mengejarnya dengan langkah tergesa, napas tersengal. "Tapi kucing istana tidak bisa bicara, Nona!"
"Itu lebih baik! Setidaknya dia tidak bisa mencaciku dengan kalimat sedingin salju musim dingin!"
Rok panjang Zhao tersangkut semak-semak, tapi ia terus berusaha melarikan diri. Sayangnya, Meilan jauh lebih cepat kali ini. Dengan taktik guling cepat—Meilan menjatuhkan diri dan memeluk kaki Zhao.
"Nona... demi reputasi keluarga Zhao, berhentilah kabur setiap kali dijodohkan!"
"Aku tidak mau menikah dengan pangeran itu!" rengek Zhao seperti anak kecil. "Aku sudah punya orang yang kusukai..."
Meilan terdiam seketika. “Orang itu... lagi-lagi dia?”
Zhao mengangguk pelan, matanya berbinar seolah sedang mengingat musim semi yang lembut. “Pangeran yang kutemui waktu itu... yang menolongku di pasar. Wajahnya... senyumnya... ah~ seperti kelopak bunga sakura yang jatuh perlahan.”
---
Beberapa bulan lalu...
Zhao tengah menyamar sebagai rakyat biasa dan pergi ke pasar dekat istana. Saat ia sedang tergesa-gesa membeli jepit rambut, seseorang menabraknya dari samping. Tubuhnya hampir terjatuh jika tangan hangat tidak sigap menangkapnya.
“Berhati-hatilah, Nona. Jalanan pasar tidak cocok untuk berlari seperti di taman,” ucap suara tenang.
Zhao mendongak.
Seorang pria muda berpakaian sederhana berdiri di hadapannya, dengan senyum kecil yang membuat jantung Zhao berdentum tak karuan.
"Terima kasih... Tuan..."
Pria itu hanya mengangguk, menatap sebentar... lalu berbalik pergi, meninggalkan Zhao masih memegang jepit rambut yang belum dibayar.
“Siapa dia…” bisiknya saat itu. “Aku ingin dia jadi suamiku…”
---
Namun semua itu lenyap malam itu, saat Ayahnya masuk ke kamar dengan wajah keras.
“Kau akan pergi ke istana dan bertemu Pangeran Wang. Titik.”
Zhao menggelosor di lantai seperti boneka kain. “Tolong... siapa pun asal bukan dia...”
---
Hari keberangkatan pun tiba.
Zhao duduk di dalam kereta kuda menuju istana, wajah cemberut seperti kucing basah. Meilan duduk di sampingnya sambil menyuapkan kudapan.
"Kalau kau terus cemberut begini, kerutanmu akan datang lebih cepat dari pernikahanmu, Nona."
"Aku akan mengirim kerutanku untuk menikahi Pangeran Wang. Aku sendiri tidak ikut," gumam Zhao sinis.
Begitu tiba di istana, Zhao dipandu ke taman belakang. Para pangeran sudah berkumpul menyambut para tamu.
Zhao melirik kanan kiri... hatinya berdebar. Dan—
"Ah!" gumamnya pelan. “Itu dia…”
Sosok dari pasar berdiri di dekat pohon plum, tersenyum pada seekor kucing putih. Tapi sebelum Zhao sempat menghampiri, seseorang menabraknya dari belakang.
“Maaf, Nona, awas—”
BRAK!
Zhao kehilangan keseimbangan dan—
BLUKK!
Jatuh tepat ke dalam pelukan seorang pria berpakaian hitam kebesaran kerajaan.
Tatapan mereka bertemu.
Wajah itu dingin. Alis tajam. Mata seperti elang menilai buruannya. Dan bibir... tidak tersenyum sama sekali.
Zhao terdiam. Pria itu juga terdiam.
Lalu Zhao mengedip pelan.
“Aku tahu aku cantik... tapi kau tidak perlu menangkapku dengan begitu dramatis,” ucap Zhao sok anggun, berusaha menyelamatkan martabatnya.
Pria itu langsung melepaskannya tanpa ampun. Zhao hampir jatuh ke tanah lagi.
“Kau bodoh atau memang buta arah?” gumamnya dingin. “Tidak lihat taman ini bukan tempat pingsan?”
Zhao bangkit, menyapu debu dari roknya.
"Kalau taman ini bukan tempat pingsan, lalu kenapa kau berdiri di sini seperti patung batu menunggu nasib?"
Pria itu memicingkan mata. “Apa katamu?”
Meilan datang sambil ngos-ngosan. “Itu… itu Pangeran Wang! Nona! Itu Pangeran Wang!!”
Zhao mematung. "APA?!"
Pangeran Wang menyipitkan mata. “Jadi... kau adalah Zhao?”
Zhao tertawa canggung. “Eh... tergantung. Zhao yang mana, ya?”
“Zhao yang akan menjadi istriku.”
Zhao membeku. Ia menoleh ke Meilan dan berbisik dengan suara tercekik, “Cepat, bawa aku ke kucing istana. Aku lebih rela menikah dengannya...”
Pangeran Wang menghela napas panjang. “Aku tidak suka perempuan keras kepala. Apalagi yang suka jatuh sembarangan.”
Zhao mendengus. “Dan aku tidak suka laki-laki yang bicara seperti angin musim dingin. Tidak ada kehangatannya sama sekali.”
Keduanya saling menatap tajam.
Ketegangan di antara mereka seperti akan meledak... kalau saja angin tidak tiba-tiba bertiup membawa bunga plum yang jatuh ke bahu mereka.
Pangeran Wang melirik sekilas. “Taman ini memang tempat bencana…”
Zhao menyeringai. “Bencana? Atau... awal dari kisah cinta yang buruk?”
“Buruk?” Pangeran Wang mengangkat alis. “Sangat buruk.”
Tatapan mereka kembali bertaut.
Dan semua yang melihat mereka di taman itu tahu satu hal:
Mereka bukan bestie. Jauh dari itu.
Namun entah bagaimana... ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar perjodohan.
Awal dari bencana... atau keajaiban.
(Bersambung ke Bab 2...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments