Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Sore harinya, ketika Ethan sedang memperbaiki sebuah mobil jeep wrangler dan masuk ke dalam kolong mobil, sebuah mobil mercedes seri E class berhenti di depan garasi nya, “klek,” pintu terbuka, seorang wanita cantik turun dari dalam, kemudian dia berbicara dengan wanita pengemudi mobil dan tak lama kemudian mobil itu jalan kembali. Sang wanita berjalan masuk ke dalam bengkel, Ethan langsung merayap keluar dari kolong mobil dan berdiri sambil mengelap tangannya,
“Loh Elena ? kok kamu kemari ?” tanya Ethan.
“Um...iya, kebetulan aku barusan makan di dekat sini sama teman ku, jadi aku minta di drop di sini karena dia mau kembali ke kantornya,” jawab Elena sambil melihat mobil jeep berwarna merah di sebelahnya.
“Oh gitu, tapi aku masih satu jam lagi, mobil ini sih di ambil senin karena sekarang pemilik nya sedang keluar kota dan kembali minggu malam,” balas Ethan sambil terus membersihkan oli dari tangannya.
“Gitu ya, pekerjaan nya banyak ya ? kalau besok ga bisa, liat rumah nya lain kali aja,” ujar Elena.
“Baru selesai mengganti kabel kabel bodi bawah nya dan memeriksa kelistrikannya, sekalian menguras oli nya, tinggal memeriksa kelistrikan di bawah dashboard, mengganti filter oli dan mengisi oli baru, satu jam lagi beres,” ujar Ethan.
“Oh ok, aku tunggu ya,” ujar Elena sambil duduk di kursi tunggu yang berada di dalam garasi.
Setelah itu, Elena melihat Ethan yang kembali masuk ke bawah mobil untuk memasang kembali baut pembuangan setelah oli terkuras habis, namun Ethan masih menunggu oli habis di kolong mobil. Elena mendekati Ethan kemudian dia jongkok di sebelah Ethan dan menunduk ke kolong untuk melihat Ethan,
“Mau di bantu ?” tanya Elena.
“Eh...ga usah, jangan kemari nanti kotor,” jawab Ethan.
“Ga apa apa, aku ga takut kotor,” ujar Elena.
“Udah tunggu aja dulu, aku tinggal memasang baut nya,” ujar Ethan sambil memasang baut pembuangan oli nya.
Setelah itu Ethan bergeser keluar dan menoleh melihat Elena yang masih jongkok memeluk kedua lutunya berada di sebelahnya sambil tersenyum.
“Kenapa wajah mu seperti itu ?” tanya Ethan bingung.
“Hehe kamu keren, aku suka orang yang kerja keras menggunakan tangannya kayak kamu gini,” jawab Elena.
“Oh makasih, baru kali ini ada yang ngomong begitu sama montir seperti aku ini,” ujar Ethan.
“Emang kenapa kalo montir, aku aja cuman perawat kok hehe,” balas Elena.
Ethan pun berdiri, kemudian dia membuka pintu dan kembali masuk ke dalam kolong dashboard untuk memeriksa jalur kelistrikan di bawah dashboard, dia menyalakan senter dan menaruhnya di mulut agar tangannya bisa bekerja. Elena juga berdiri dan melihat Ethan yang terlihat sibuk,
“Ada yang bisa ku bantu ? kali ini ga kotor kan ?” tanya Elena.
“Hmm tolong ambilkan tang potong di kotak peralatan, makasih ya,” jawab Ethan sambil mencabut senternya dari mulut.
Elena menoleh melihat kotak peralatan yang berada di dekat kakinya, dia langsung mengambil tang potong di dalam kota kemudian memberikannya pada Ethan. Melihat Elena menjulurkan tangannya untuk memberikan tang potong, Ethan langsung bertanya,
“Kamu tahu ya tang potong yang mana ?” tanya Ethan.
“Tahu dong,” jawab Elena.
“Oh gitu, jarang ada perempuan yang tahu soalnya (contoh Katie),” ujar Ethan.
“Ah cowo juga banyak kok yang ga bisa kerja kayak kamu gini (contoh Oliver),” balas Elena.
“Hehe dasar kamu,” ujar Ethan.
“Hehe kamu yang mulai bawa bawa gender,” balas Elena.
Akhirnya mereka mengobrol dengan santai dan Elena membantu Ethan memberikan alat alat yang di perlukan Ethan yang terus bekerja. Satu jam kemudian, “blak,” Ethan menutup kap jeep nya setelah mengganti filter oli, mengisi oli dan mengisi coolant sebagai bonus. Kemudian dia melihat Elena yang duduk di belakang kursi pengemudi,
“Coba nyalakan mobilnya lalu nyalakan lampu besar nya dan tekan rem nya,” ujar Ethan.
“Ok,” balas Elena sambil mengangkat ibu jarinya ke atas.
Elena menyalakan jeep nya, lampu besarnya sudah menyala kembali, kemudian Elena memasang lampu hazard untuk melihat nyala lampu sein kanan kiri bagian depan dan belakang sudah menyala berkedip. Elena menekan rem nya dan melepas rem tangannya, Ethan bisa melihat kedua lampu belakangnya menyala.
“Ok sudah cukup, radio nya menyala ?” tanya Ethan.
Elena menyalakan head unit mobil, alunan musik disco pun mulai mengisi garasi karena Elena membuka pintu nya. Mendengar lagu nya, Elena turun dari mobil dan langsung melompat menarik Ethan,
“Eh...aku keringetan dan kotor,” ujar Ethan.
“Ga masalah ah, ayo disko hehe,” ajak Elena.
“Haha dasar,” balas Ethan yang memegang kedua tangan Elena.
Akhirnya keduanya berjingkrak jingkrak menari bersama sama dengan ceria mengikuti alunan lagu dari head unit (radio) di dalam mobil. Setelah puas menari, Elena duduk di kursinya, dia menarik narik kausnya dan mengipasi lehernya sambil menghembuskan nafas nya.
“Ah jadi lengket,” ujar Ethan.
“Sreeek,” Ethan membuka resleting baju montir terusan nya, kemudian dia melepasnya sehingga dia hanya memakai singlet hitam kemudian mengikat pakaiannya di pinggang. Mata Elena membulat melihat tubuh Ethan yang kekar di depannya,
“Wow,” gumam nya tanpa sadar.
“Hmm ? kenapa ?” tanya Ethan yang menoleh berbalik ke belakang melihat Elena.
“Eh...enggak apa apa,” ujar Elena sambil menoleh melihat ke arah lain.
“Bentar ya (melihat keluar garasi dan melihat hari sudah mulai gelap) aku berberes bentar, abis itu kita pulang,” ujar Ethan.
“I..iya, santai aja,” balas Elena sambil mengipasi lehernya dan menoleh ke arah lain.
Ethan keluar dari pintu belakang garasi untuk menuju ke garasi di sebelahnya, setelah itu dia mendorong motornya keluar dari pintu garasi di depannya. Setelah menutup kembali garasinya, dia berjalan masuk ke garasi bengkel nya dan mulai membereskan peralatan peralatan miliknya. Elena pun membantu nya menata peralatan di meja, setelah itu Ethan mulai menyapu sedikit di sekitar meja kerja di belakang garasi dan mematikan lampunya. Setelah mengajak Elena keluar, Ethan mengunci gerbang garasi yang di lapisi railing kemudian merantai dan menggembok nya. Setelah itu, dia memakai jaketnya dan helm milik nya.
Dia memberikan sebuah helm pada Elena yang langsung memakainya, setelah Elena naik ke atas motor dan memeluk pinggangnya, Ethan bisa merasakan sensasi panas, kenyal dan empuk menempel di punggungnya,
“Aduh...pikiran kotor jangan muncul, udah lama banget sih ya ga bonceng perempuan, waktu sama Katie biasanya pakai mobil dan dia tidak suka motor (berpikir) kenapa aku selalu memanding bandingkan Elena dengan Katie, ada yang salah di kepala ku nih),” ujar Ethan dalam hati.
“Oi kok ga jalan ?” tanya Elena.
“Eh...iya, bentar,” jawab Ethan yang langsung menekan tombol di dekat kunci motornya untuk menyalakan motor.
“Mau beli makanan dulu ?” tanya Elena sebelum motor menyala.
“Boleh, atau sekalian aja makan dulu baru pulang,” jawab Ethan.
“Hmm boleh juga, yuk,” balas Elena yang semakin erat memeluk Ethan dan tersenyum.
Akhirnya mesin pun menyala dan motor pun langsung berangkat membawa dua orang multimilioner yang memilih dan senang dengan hidup sederhana namun penuh makna tanpa mengetahui identitas satu sama lain. Selagi berjalan, Elena melihat punggung Ethan yang terasa keras namun nyaman,
“Badannya Ethan bagus.....dulu Oliver tidak seperti dia....aaaah...kenapa aku membandingkan Ethan dengan Oliver, dulu ya dulu, sekarang ya sekarang,” gumam Elena dalam hati.