Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Ada Perasaan Hangat
Kaila membuka pintu kamar dan berdirilah Hansel di hadapannya. Hansel termangu memandang Kaila dari atas sampai bawah. Rambutnya basah, mengenakan kemeja putih sebatas paha dan bagian dadanya menonjol kedepan. Hansel lalu menelan ludah.
“Kenapa kamu mengenakan pakaianku?” tanya Hansel, susah payah berusaha menguasai diri.
Kaila melihat ke arah kemeja yang dia kenakan. Rupanya ini milik Hansel. Dia jadi malu dan pipinya langsung bersemu merah. Hansel melihatnya. Susah payah Hansel menahan dirinya agar jangan sampai melakukan kesalahan yang sama seperti dulu kepada Kaila. Karena kali ini, dia tidak sedang terpengaruh obat perangsang sehingga masih bisa mengendalikan dirinya.
“Makanan sudah datang. Ayo makan bersama,” ucap Hansel, dengan susah payah mengatur napasnya yang mulai terpengaruh tadi. Setiap berdekatan dengan Kaila, Hansel selalu mudah terpancing, berbeda ketika sedang bersama dengan Livia. Lalu, dia melihat kearah tempat tidur dan melihat Gavin yang terlelap disana.
“Kenapa dia tidak tidur di tempat tidurnya?” Pertanyaan Hansel membuat Kaila mendongak ke arah Hansel, lalu mengikuti arah mata lelaki itu.
“Nanti akan saya pindahkan,” jawab Kaila pelan. Karena dia masih takut pada niat jahat Hansel.
Lalu Hansel mengajak Kaila ke dapur untuk makan malam. Terhidang dua piring steak daging, dua gelas jus buah serta buah-buahan segar di atas meja.
Mereka pun mulai makan bersama tanpa ada yang bicara.
Setelah keduanya selesai makan malam, Kaila segera membersihkan meja makan lalu mencuci piring kotor bekas makan mereka tadi.
Tempat mencuci piring di sana tidak terlalu jauh dari meja makan, sehingga Hansel masih dapat melihat pergerakan Kaila yang sedang mencuci piring. Dia memandangi tubuh Kaila beberapa saat dari belakang.
Saat selesai mencuci piring dan meletakkan semuanya pada tempatnya, Kaila berbalik ke arah meja, dan ternyata Hansel sudah tidak ada di sana. Kaila pun berjalan kembali ke arah kamarnya. Sebelumnya, dia sempat memandangi pintu lift yang tertutup.
Di dalam kamar, Kaila masih kepikiran soal rencana keberangkatan mereka besok. Bagaimana dengan Gavin? Bukannya kata Dika mereka akan menginap di sana?
Kaila berpikir bahwa dia harus membahas ini dengan Hansel. Dia segera bangkit dari duduknya dan keluar kamar lagi berencana untuk menemui Hansel.
Kaila berjalan perlahan sambil memperhatikan suasana di dalam apartemen tersebut yang bernuansa maskulin serta luas dan tertata sangat rapi. Juga tercium aroma pengharum ruangan yang menyegarkan. Sampailah dia di depan kamar yang dulu pernah ada dia di dalamnya. Kaila lalu melihat lagi bingkai foto yang ada disamping sofa di depan kamar itu. Dia lihat lagi foto tiga orang itu. Ada Hansel dan Dika yang baru dia kenal dan lelaki satunya lagi yang dia belum tahu siapa. Mungkin saudara laki-lakinya Hansel, pikir Kaila.
Kaila mendengar samar-samar ada suara orang berbicara lalu dia melangkah ke arah suara sampai berhenti di depan ruangan yang pintunya terbuka. Di dalamnya, ternyata ada Hansel yang sedang berbicara di telepon. Kaila berdiri menunggu Hansel sampai selesai dengan teleponnya, masih di depan ruangan itu. Tidak lama kemudian, Hansel mengakhiri telponnya, dan Kaila pun segera mengetuk pintu yang terbuka itu. Hansel menoleh dan melihat Kaila masih dengan kemeja putihnya.
“Masuk lah,” ucap Hansel sehingga Kaila langsung masuk ke dalam ruangan yang merupakan ruang kerja Hansel.
Hansel sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya. Di depan nya ada sofa panjang berwarna hitam. Kaila duduk di sana.
“Kenapa kamu masih belum ganti baju?” tanya Hansel dari balik mejanya.
“Eh, saya tidak enak mengenakan pakaian orang lain,” jawab Kaila. Hansel mengerutkan alisnya.
“Yang kamu kenakan itu adalah kemeja milikku,” kata Hansel. Kaila pun sedikit kaget lalu meremas bagian bawah kemejanya sampai agak tertarik ke atas. Hansel jadi agak merasa panas.
“Turunkan kemejamu dan segera ganti dengan baju tidur. Pakaian yang di dalam lemari kamarmu itu semuanya masih baru. Baru aku beli tadi pagi, bukan milik siapa-siapa,” kata Hansel, menjelaskan agar Kaila segera mau mengganti bajunya yang dapat lebih menutup tubuhnya dari pada sekarang. Hansel bisa saja khilaf jika lama-lama melihat kondisi seperti itu.
“Eh.. sebenarnya ada yang mau saya bicarakan, Tuan,” kata Kaila. Karena dia tidak memikirkan bahwa pakaiannya telah membuat laki-laki di depannya tergoda. Hansel hanya bisa menghela napas dan harus bisa menahan diri lagi.
“Soal apa?” tanya Hansel dengan suara beratnya.
“Itu.. soal besok, apakah saya tidak boleh diganti dengan karyawan yang lain saja?” Akhirnya Kaila berani bertanya juga, walaupun sejak tadi hanya menundukkan kepalanya.
“Perintahku adalah wajib dan tidak bisa di bantah,” jawab Hansel tegas.
“Tapi, Tuan.. saya tidak bisa meninggalkan bayi saya. Dia masih harus asi,” ucap Kaila, sungguh merasa sangat gugup. Saat berpacaran dengan Hansel dahulu mereka tidak pernah mengobrol seperti ini. Hansel hanya akan berbicara sepatah dua patah kata yang isinya hanya perintah. Dan Kaila hanya selalu bisa menurut.
“Kamu bisa membawanya juga. Aku akan panggil baby sitter untuk menjaganya saat kita bekerja di sana nanti.” Perkataan Hansel membuat Kaila merasa aneh, kenapa harus repot-repot malah memanggil baby sitter? Bukannya malah merugikan perusahaan karena harus membayar lagi?
Karena Kaila hanya diam, itu dianggap Hansel sebagai tanda setuju. Setuju tidak setuju memangnya ada yang bisa membantah Hansel?
“Istirahatlah, besok pagi-pagi sekali kita sudah harus berangkat.” Hansel menutup pembicaraan. Kaila pun menurut dan segera bangkit dari duduknya, lalu kembali ke kamarnya.
Hansel meraih ponselnya lalu memulai panggilan.
“Dika.. apa baby sitter yang aku mau sudah kamu urus?” kata Hansel yang rupanya menelpon Dika.
Beberapa saat berbicara di telepon, Hansel lalu mengakhirinya. Lalu memulai bekerja lagi dengan laptopnya.
Di dalam kamar, saat Kaila akan memindahkan Gavin kedalam kasur bayi tiba-tiba saja Gavin menangis dengan kencang. Kaila mencoba memberikan asi lagi tapi Gavin menolak dan malah bergerak-gerak sambil menangis. Setengah jam lamanya Gavin tidak kunjung berhenti menangis padahal biasanya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Karena merasa bingung dan takut Kaila malah ikutan menangis sambil menggendong Gavin.
Hansel sedang menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Saat dia melewati kamar Kaila, dia pun mendengar suara Gavin yang menangis. Sangat terdengar jelas. Dia pun mengurung kan niatnya yang tadinya akan ke dapur dan langsung berbalik arah mengetuk pintu kamar Kaila.
Tidak lama kemudian, Kaila pun membuka pintu kamarnya. Terlihat Kaila sedang menangis sambil menggendong bayinya. Saat ini, Kaila sudah mengganti kemejanya dengan setelan piyama tidur dengan celana panjang.
“Apa yang terjadi?” tanya Hansel, sedikit kaget melihat situasi itu.
“Maaf, Tuan, bayi saya sedang rewel. Biasanya tidak pernah seperti ini. Mungkin karena tidak terbiasa berada ditempat asing,” jawab Kaila yang masih menangis.
“Sini biar aku coba gendong,” kata Hansel, sambil mengangkat kedua tangannya untuk menggendong Gavin.
Karena lelah sudah begitu lama menggendong Gavin, Kaila pun langsung saja memberikan bayinya untuk digendong oleh Hansel.
Hansel lalu menggendong Gavin yang masih menangis sesenggukan. Tiba-tiba ada perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, muncul di lubuk hatinya.
Dia lalu menepuk-nepuk pelan punggung Gavin dan membawanya masuk ke dalam kamar Kaila. Ajaibnya, Gavin perlahan berhenti menangis dan tidak lama pun tertidur dalam pelukan Hansel. Kaila melihatnya sambil mengusap air matanya. Heran kenapa bisa Gavin dengan mudah berhenti menangis di gendongan Hansel.
“Gavin pernah di rawat di rumah sakit, bukan?” tanya Hansel pada Kaila masih dalam posisi berdiri menggendong Gavin.
“Iya, Tuan,” jawab Kaila. Matanya sembab menatap Hansel.
“Memangnya dia sakit apa?” tanya Hansel lagi.
“Infeksi usus, Tuan.”
Hansel mengerutkan alisnya.
“Apa karena sering kamu bawa keluar dengan menggunakan motor muitu?” Kali ini Hansel menjadi sedikit marah.
“Tidak, Tuan. Kata dokter karena ada bakteri yang masuk ke ususnya,” jawab Kaila yang mulai merasa takut karena suara Hansel agak meninggi.
“Pasti bakteri itu masuk ke dalam mulutnya melalui udara yang kencang akibat kamu bawa ke jalanan menggunakan motor,” Cerca Hansel tanpa jeda. Jujur, dia memang kesal dengan pilihan Kaila yang tega membawa putranya ke jalanan dengan mengendarai motor. Selain banyak kuman di udara, itu juga sangat membahayakan mereka berdua jika sampai terjadi kecelakaan.
Mata Kaila berkaca-kaca, dia pun menunduk. Dalam hati Kaila menyadari bahwa dia memang seharusnya tidak melakukan itu pada Gavin. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain. Dia harus tetap bekerja dan jika Gavin di tinggal di rumah, maka tidak ada yang menjaganya.
Tanpa terasa air mata Kaila menetes. Hansel melihatnya lalu menyadari bahwa tadi dia memang sedikit keterlaluan. Kaila melakukan itu semua pasti ada alasannya. Lagipula, Hansel juga bersalah, kan? Dia yang telah menyebabkan semua ini terjadi dan harus dijalani oleh Kaila sendirian.
“Maafkan aku,” ucap Hansel kemudian, karena tidak tega melihat Kaila yang menangis tanpa suara sambil menundukkan kepalanya.
Hansel lalu meletakkan Gavin ke dalam box bayi dengan perlahan. Gavin bergerak sedikit, namun kemudian kembali terlelap.
“Tidurlah sekarang. Nanti jika Gavin menangis lagi bangunkan saja aku. Aku tidak keberatan,” kata Hansel kepada Kaila dan Kaila hanya mengangguk. Kemudian Hansel keluar lalu kembali ke kamarnya, tidak jadi mengambil air minum.
Untuk sejenak, ada perasaan hangat di hati Kaila. Seperti ada seseorang yang bersedia melindunginya dan Gavin.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,