Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Di antar Pak Lurah
"Pulang yang tinggal pulang saja lah, Go!" Arka mengangkat panggilan teman nya.
"Demi Allah aku tidak berani, ada setan tadi menghadang kami berdua." Digo minta jemput dengan Arka.
"Ini masalah nya aku sudah di rumah, kalau keluar lagi kena banting Mama lah aku." Arka takut juga bila sampai di amuk Bibi sekaligus Mama untuk nya.
"Bilang saja yang sebenar nya, ini memang ada hantu dan kami jelas melihat wajah hantu nya rata penuh darah." Digo serasa mau menangis.
"Kau kan antar surat di rumah Pak Lurah, suruh saja Lurah nya antar kau sampai keluar desa." suruh Arka pula karena dia tau tidak akan dapat izin untuk keluar lagi.
Kalau saja dari tadi di hubungi dan dia masih di luar maka bisa saja langsung jemput, ini masalah nya dia baru pulang dan mau istirahat, apa tidak langsung kena amuk bila mau keluar lagi. Ayah nya juga pasti akan mengamuk, jadi Arka tidak punya nyali untuk itu.
Menghadapi amukan sang Ayah masih oke, tapi kalau sudah sampai di telinga Sang Mama yang tinggal di belakang maka habis lah sudah. mana ancaman beberapa hari terakhir ini adalah kena banting, sungguh Arka tidak sanggup bila harus mengalami hal buruk itu di dalam hidup nya sekarang.
Kasihan juga dengan teman teman nya dan mereka sampai kemalaman tadi juga gara gara dia, tapi mau bagai mana lagi karena dia sudah yakin tidak akan dapat izin walau dengan alasan apa pun. jadi lebih baik menyuruh mereka minta antar lurah nya, dari pada mereka mati ketakutan di desa itu.
"Maafkan aku teman teman, tapi aku juga di ujung tanduk." batin Arka yang sudah tau ancaman untuk dia.
Tidak sanggup ia membayangkan bila pinggang nya harus menghantam lantai karena bantingan San Mama yang amat luar biasa itu, bahkan Ayah nya saja sampai harus cari tukang urut untuk membenarkan tulang ekor nya akibat di banting oleh Purnama.
"Apa kata dia, Go?" Riski menatap Digo.
"Dia tidak berani mau minta izin, karena dia sudah pulang kerumah." jawab Digo lemas.
"Gila juga manusia satu itu, ini kalau bukan gara gara dia maka kita tidak akan kemalaman!" Riski mencak mencak karena sangat kesal.
"Arka takut di banting sam Mbak Pur, Ki." lirih Digo.
"Ini juga kan gara gara dia kita jadi kemalaman, coba saja dia tidak sibuk akan Bintari maka kita dari sore lah!" kesal Riski.
"Sudah, kalau memang tidak berani maka nanti saya yang mengantarkan ya." Pak Lurah mendekati mereka berdua yang debat.
"Eh Pak!" Riski dan Digo agak tidak enak juga.
"Tidak apa apa, memang desa sini belum ramai jadi yang tidak terbiasa sudah pasti takut." Pak Lurah tersenyum menatap mereka.
"Maaf ya merepotkan sampean, Pak! tapi kalau Bapak memang mau mengantar maka kami sangat senang." ujar Digo.
"Iya mari saya antar, cuma sampai batas desa kan?" ujar Pak Lurah.
Digo dan Riski girang pula jadi nya karena mereka jadi ada yang mengantarkan, kalau tidak maka mereka akan ketakutan lagi melewati jalan yang tadi. mana tempat nya sangat gelap, maka sudah pasti akan teras amat sangat seram saat lewat jalan sini.
Maka mereka segera tarik gas dan segera pergi dari desa ini, tak lupa Pak Lurah juga mengantarkan sampai perbatasan desa karena mereka memang sangat takut. pak Lurah juga sama sekali tidak tau bahwa desa nya sedang ada iblis yang meneror, sebab dia belum ada sama sekali di temui oleh iblis muka rata.
Andai dia tau maka sudah pasti akan takut juga mengantarkan mereka berdua, untung tadi mereka tidak cerita karena di pikir nya orang orang tidak akan percaya dengan apa yang mereka temui. kecuali dengan Arka, sebab Arka kan bisa melihat hal hal ghaib sehingga bisa di mintai tolong juga.
"Terima kasih sudah mengantarkan kami ya, Pak." Digo berhenti dulu.
"Sama sama, kalian hati hati di jalan ya." Pak Lurah tersenyum ramah.
"Baik, Assalamualaikum." Digo mengucap salam dan segera pergi dari sini.
"Ada saja kelakuan anak anak ini, padahal kalau siang gaya nya preman, tapi kalau malam penakut juga." Pak Lurah sampai geleng geleng kepala di buat nya.
Setelah itu dia juga pulang karena hari tambah malam saja, suara burung hantu terdengar di telinga manusia membuat suasana terasa tambah seram saja. tidak bisa untuk jiwa orang orang yang penakut, karena burung itu bukan cuma wajah nya saja yang seram melainkan suara nya juga.
...****************...
Sreeeeek.
Sreeeeek.
"Siapa yang menyapu malam malam begini, jangan pula ada yang bertingkah!" Bu Mar terbangun dari tidur nya.
Sreeeek.
Sreeeek.
Suara orang yang sedang menyapu terdengar semakin jelas saja di telinga nya, maka Bu Mar turun dari ranjang untuk melihat siapa yang sedang menyapu ini. rumah dia tidak seberapa bagus namun sudah termasuk yang bagus karena bukan terbuat dari anyaman bambu, sudah terbuat dari papan sehingga bisa mengintip lewat lobang.
"Tidak ada apa apa di luar, apa Mutia nyapu di dalam rumah ya?" batin Bu Mar segera keluar dari kamar untuk melihat anak gadis nya dulu.
Tapi pintu kamar Mutia terkunci dari dalam yang berarti dia sedang tidur, di intip nya memang Mutia sedang tidur memeluk guling. tapi suara menyapu masih saja dia dengar lagi, perasaan Bu Mar tidak enak karena menurut orang tua zaman dulu apa bila ada suara menyapu di malam hari itu bukan lah manusia.
"Apa iya hantu? tapi selama ini di desa sini tidak ada hantu lah!" batin Bu Mar lagi.
"Aduh Ya Allah aku kok takut tapi juga penasaran begini." keluh Bu Mar mencari lobang yang agak besar untuk mengintip siapa sosok di luar yang sedang menyapu halaman milik nya itu.
Sreeeeek.
"Itu lobang agak besar, aku mau lihat dari sana saja." Bu Mar mendapatkan lobang yang agak besar untuk mengintip.
Maka mata nya di paskan pada lobang itu, namun detik kemudian dia sudah keringat dingin. karena di lobang itu terpampang nyata wajah yang penuh darah dan tampak juga beberapa daging tersisa seolah tidak bersih habis di sikat, Bu Mar ingin menjerit namun tidak mampu.
Seringai iblis muka rata bisa dia lihat dengan jelas, gigi nya yang nampak putih di tengah wajah yang merah semua. sebagian wajah ada juga yang putih karena itu adalah tulang nya, tapi yang jelas darah semua di wajah itu serta bau anyir menusuk hidung.