NovelToon NovelToon
Sayap-Sayap Bisu

Sayap-Sayap Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Novel romantis yang bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Fly. Suatu hari ia diminta oleh dosennya untuk membawakan beberapa lembar kertas berisi data perkuliahan. Fly membawa lembaran itu dari lantai atas. Namun, tiba-tiba angin kencang menerpa dan membuat kerudung Fly tersingkap sehingga membuatnya reflek melepaskan kertas-kertas itu untuk menghalangi angin yang mengganggu kerudungnya. Alhasil, beberapa kertas terbang dan terjatuh ke tanah.

Fly segera turun dan dengan panik mencari lembaran kertas. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang termasuk terkenal di kampus lantaran wibawa ditambah kakaknya yang seorang artis muncul dan menyodorkan lembaran kertas pada Fly. Namanya Gentala.

Dari sanalah kisah ini bermulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13

Kali ini taman bunga nan bermekaran itu benar-benar layu. Tak ada lagi angin ajaib yang dapat membangkitkannya dalam waktu singkat. Tersisa debu-debu yang merasuki sanubari bekas tawa panjang. Selama beberapa minggu belakang. Bahkan rerumputan taman itu beralihkan coklat. Kering. Rapuh. Dalam relung hati Fly.

Raganya menapak di keramik putih teras, dengan seorang perempuan di depannya. Untuk bersembunyi. Dari pandangan Sembilan orang di dalam. Vio melayangkan pandang. Mencari sosok perempuan berambut pirang bercampur ungu. Ketemu.

“Assalamu’alaikum dan selamat siang, semuanya,” sapa Vio dengan formal.

Cua sudah langsung memasang wajah kusut. Sudah jelas bahwa kemarin ia kemarin terkena semprot dari teman-temannya karena membaca buku harian milik Fly. Kini datang lagi seseorang yang tampak sebagai pelindung Fly.

“Wa’alaikumussalam,” jawab mereka semua.

Vio melangkah ke dalam, sambil menggandeng Fly yang di belakangnya. Sedangkan tangan kiri Fly mencubit punggung Vio karena malu dengan teman-temannya.

“Aku Vio, kakak tingkat kalian.” Vio berkata, setelah berada di jarak yang cukup dekat dengan mereka, sengaja di bagian kanan sofa, tempat Cua berada.

“Ada orang yang sok senior muncul,” ketus Cua.

“Cua, masuk ke kamarmu jika tidak bisa diam,” tegas Izu, ia turut jengkel dengan perempuan itu.

Jess yang berada di dekat Cua menepuk bahu Cua, agar ia menurut saja. sekalipun Cua seperti tidak sabar ingin menyerang Vio, hanya karena ia seperti seorang ibu yang sedang melindungi anaknya, dan sekaligus akan membalas perlakuan seseorang yang telah membuat anaknya menangis.

“Hanya seperti itu caraku bisa memperkenalkan diri kepada kalian. Bukan berarti aku memandang rendah kalian. Aku hanya lebih dulu masuk kampus itu, bukan berarti drajatku ada di atas kalian. Kita sama-sama manusia, kita sama-sama mahasiswa,” jelas Vio dengan tenang.

Fly tampak melirik Gen. Raut wajah Gen tampak tidak nyaman. Bahkan tanpa sedikitpun melihat ke arah Fly sejak awal Fly kembali bersama Vio.

Apakah Gen tidak nyaman karena tindakan Fly yang selama ini diam-diam mencari perhatiannya?

“Mohon maaf atas semua kegaduhan yang disebabkan Fly, juga teman kalian yang bernama Cua. Perselisihan antarteman itu sudah biasa terjadi. Apalagi kalian baru pertama kali bertemu satu sama lain di kegiatan KKN ini. Tentu saja aku tahu rasanya, karena tahun lalu aku juga telah melaksanakan kegiatan ini. Aku harap semua akan baik-baik saja. Semoga Fly bisa berdamai dengan Cua.” Vio menambahi.

“Terima kasih sebelumnya untuk kak Vio yang telah menjadi kakak tingkat yang bijak dalam menghadapi permasalan antara dua teman kami di sini. Sebelumnya, silakan duduk dulu, Kak. Masih muat, kok,” ucap Gen, ramah.

Vio duduk di tengah-tengah Cua dan Fly.

“Terima kasih.”

Gen mengangguk.

Akhirnya, Fly dan Cua saling berjabat tangan sambil mengucapkan kalimat maaf. mereka tersenyum satu sama lain, walaupun sebenarnya dalam hati mereka masih bergejolak. Itu untuk sebuah profesionalitas sebagai mahasiswa KKN, agar semua dapat berjalan lancar dan mendapatkan nilai KKN.

Cua bertukar kamar dengan Izu. Sehingga yang menjadi teman kamar Fly adalah Izu. Vio menginap malam ini karena hujan dan gelap. Desa itu memang sangat gelap ketika memasuki suasana sang malam, sebab tidak ada lampu jalan dan semacamnya.

___ ___ ___

Fly sedang membaca buku di depan teras pada kursi rotan. Sejak tadi ia hanya fokus dengan paragraf demi paragraf yang ada pada kertas-kertas putih tulang itu.

Angin berembus perlahan. kerudung berwarna pastel Fly menari-nari. Ia menarik napas panjang. Seraya mencoba untuk terus mencari-cari celah untuk senantiasa bersyukur.

Buku yang ia baca sangat menyentuh. Berisi tentang bagaimana sebaiknya cara kita menghadapi masalah yang silih berganti. Tiada henti terus membersamai. Maka sudah selayaknya kita menjadi tuan rumah yang baik untuk masalah-masalah itu. Karena dari sekian banyaknya orang yang pernah bertamu. Tidak menutup kemungkinan akan datangnya orang-orang yang menyebalkan, aneh, serta mengganggu. Maka dari itu kita harus bisa memasang wajah yang sama, yakni wajah ramah dan bersahabat layaknya seorang tuan rumah yang baik hati. Tidak peduli siapapun tamunya. Maka siapapun mereka akan memandang kita baik. Begitupun dengan masalah. Terima saja. Layani saja. Hingga mereka akan berlalu satu persatu. Sekalipun suatu waktu akan kembali atau muncul yang baru. Kita adalah tuan rumah bagi masalah-masalah itu.

Tampak Gen tengah melintas di halaman. Fly melirik sekilas. Kemudian kembali membaca.

Tak lama, Gen muncul lagi dengan menenteng sebuah kantong plastik ukuran sedang berwarna hitam.

Sekali lagi Fly melirik. Kali ini sedikit lebih lama. Tanpa sadar, Gen menyadari arah mata Fly ke mana.

Tiba-tiba Gen balas menengok. Fly segera menunduk dan berusaha fokus pada bacaannya lagi. Sedangkan Gen sudah kembali ke rumah kecil tempat teman-teman sesama laki-laki berada.

Kita senantiasa dilanda masalah, bukan karena kita sedang sial. Justru masalah itu akan senantiasa ada karena kita masih hidup. Sepanjang hidup, selama kita masih bernapas di dunia fana ini. Maka selama itu pula kita tidak akan luput dari masalah. Hanya saja, semua masalah yang kita hadapi atas kesanggupan kita. Ingat, tidak ada hari sial. Namun itu adalah hari-hari biasa seluruh makhluk di bumi ini.

Fly menarik napas panjang. Terdengar suara langkah lagi. Lagi-lagi itu adalah Gen. Fly bergumam tentang apa gerangan yang dilakukan Gen sehingga bolak-balik dari tadi. Itu 'kan bisa membuat Fly kehilangan fokus untuk membaca demi meredam gelora huru-hara dalam kepalanya.

Tak ada yang lebih mengerti dirimu dibandingkan dirimu sendiri. Kau lebih tahu apa yang kau butuhkan, serta kekurangan apa yang sebaiknya kau perbaiki. Semua manusia memiliki watak berbeda. Jadi jangan heran jika kau akan mendapatkan dia respon yang bertolak belakang dengan dua orang berbeda pada saat kau mengucapkan kalimat yang sama. Bergaul dengan manusia lain kerap kali melelahkan dan mengecewakan. Tapi, kau. Manusia satu-satunya yang dapat kau kendalikan adalah dirimu. Jadi, tidak seharusnya kau memaksa kehendak orang lain. Misalnya untuk memaksa semua orang sependapat dengan. Atau memaksa seseorang untuk memberikan perasaan yang sama sebagaimana perasaanmu padanya. Tetaplah menjadi pemimpi dengan segudang masalah yang kau emban seorang diri. Bersahabat baiklah dengan masalah itu.

Gen kembali dengan sebuah kresek berukuran persis yang tadi. Lagi-lagi melirik, sambil mencubit dirinya sendiri lantaran kesal karena seolah matanya bergerak sendiri oleh magnet dari pesona Gen.

“Fly, tolong berhenti melirikku seperti itu. aku tidak nyaman,” pinta Gen sambil menunduk, lantas beranjak menuju rumah kecil itu.

Sebuah lontaran kalimat yang membuat Fly menunduk dalam-dalam karena sangat malu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!