NovelToon NovelToon
PENDEKAR IBLIS

PENDEKAR IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

"Bangsat… kau yang bikin aku malu kemarin…"

"Hiaaaaaat!"

Tiba-tiba salah satu dari para penyerang Kirana berbalik arah, langsung menyerbu Raka yang saat itu sedang menatap tajam ke arah kepala perampok tanpa sedikit pun memperhatikan serangan dari belakang.

Kepala perampok tersenyum sinis, menyangka Raka lengah dan tidak sadar akan serangan itu. Saat si penyerang sudah tepat berada di belakang Raka dan mengayunkan goloknya…

BUKKKKKKK!

Kaki Raka menghantam perut penyerang itu secepat kilat. Meski gerakannya terlihat lebih lambat dari tebasan golok, tendangannya tepat mengenai ulu hati lawan. Raka tak menoleh sedikit pun, tatapannya tetap lurus dan tajam ke arah kepala perampok yang kini melongo tak percaya.

Penyerang itu terdiam, matanya melotot. Sekilas terlihat seperti tak terjadi apa-apa. Biasanya, dengan tendangan sekeras itu, orang bisa terlempar jatuh dan mengerang kesakitan. Tapi yang ini masih berdiri tegak di belakang Raka.

Kepala perampok malah menyeringai geli.

"Heh… cuma segitu doang?" pikirnya.

Melihat serangan Raka yang kelihatannya nggak ngaruh ke anak buahnya, dia jadi makin pongah, berdiri dengan tangan di pinggang, yakin banget bakal menang.

Penyerang itu berusaha menggerakkan tubuhnya lagi, hendak melanjutkan serangan yang sempat tertahan oleh tendangan Raka.

"Hiaaaaat... Akh!"

CROOOOOT!

Saat golok hendak dikibaskan, tiba-tiba darah muncrat dari mulutnya, bahkan sampai mengenai punggung Raka. Mata si penyerang membelalak, golok yang dipegangnya terlepas, disusul tubuhnya yang roboh ke tanah. Ia sempat menggelepar sebentar, lalu diam tak bergerak lagi jelas telah meregang nyawa.

Pemimpin para perampok yang tadinya berdiri pongah kini terbelalak ngeri melihat sosok di hadapannya. Namun walau hatinya menciut, ia tak boleh menunjukkan ketakutan, apalagi di depan anak buahnya.

"Kurang ajar... Kau nggak tahu sedang berhadapan dengan siapa, anak muda," geram lelaki gagah berkepala plontos dengan jambang lebat. Ia mencabut senjata andalannya, lalu memutarnya di udara hingga menimbulkan suara deru angin yang dahsyat.

"Namaku Kepala Gerombolan Tapak Langit! Penguasa rimba ini!"

Nama Tapak Langit sudah terkenal di dunia persilatan. Tak jarang mereka diundang untuk membantu pemberontakan atau merampok wilayah-wilayah yang lemah.

Tak sekalipun gagal, gerombolan itu cukup disegani dan ditakuti. Apalagi di sana ada pemimpin yang tak bisa dipandang remeh ilmu kanuragannya. Ketua perampok itu bernama Boma mantan kepala pasukan kerajaan yang kemudian membelot dan menjadi perampok bersama sisa prajuritnya. Gaji sebagai prajurit tak sebanding dengan hasil rampokan yang mereka dapatkan.

Sementara itu, Kirana atau yang dikenal dengan sebutan Dewi Pedang Bulan kini telah mampu mengimbangi serangan musuh, bahkan sesekali bisa memberi balasan. Setelah salah satu penyerangnya tumbang di tangan Raka, "Akh!" Salah satu dari para penyerang Kirana tersayat pedangnya tepat di pergelangan tangan. Goloknya terlepas, tubuhnya tersungkur di tanah sambil memegangi tangan yang terus mengucurkan darah. Kini Kirana dapat memimpin pertempuran, setelah dua penyerang tidak bisa bergabung lagi. Formasi serangan pun menjadi sedikit pincang.

Boma menghantamkan cambuk bermata bola bergerigi itu ke arah tubuh Raka dengan tenaga dalam yang cukup tinggi. Ia tahu, orang di hadapannya kali ini bukan orang sembarangan. Bola bergerigi itu menderu, diiringi hembusan angin panas yang tajam. Raka menyadari dahsyatnya serangan itu jika orang biasa yang terkena...

Anginnya saja pasti terbelanting, apalagi terkena bola besi bergerigi yang bisa menghancurkan batu cadas sebesar gajah itu. Namun Raka tetap tenang. Ketika bola besi bergerigi itu tinggal satu jengkal di depan wajahnya, dia hanya memiringkan tubuh dengan gesit, sehingga serangan itu berlalu di samping wajahnya. Wajahnya beriak terkena hembusan angin panas, namun tidak terjadi apa-apa. Dengan secepat kilat, Raka malah menangkap rantai cemeti itu.

Hal itu membuat Boma terbelalak. Selama ini tak seorang pendekar pun bisa menangkap kecepatan cambuknya, namun kali ini dengan mudah Raka menangkapnya. Seketika tubuh Boma menggigil, apalagi setelah dia berusaha menarik kembali senjatanya. Sekuat apa pun dia mencoba, kepalan sebelah tangan Raka tidak bisa lepas.

"Hiaaaaaaat…" Melihat ketua kelompoknya terdesak, dua orang di antara penyerang Kirana beralih menyerang Raka. Menyadari ada serangan lain, Raka bukannya mengendorkan pegangannya. Dengan memiringkan tubuh sedikit, Raka menendang dua buah kerikil di ujung kakinya…

Weeeeesssss...

Crap... Crap...

Bagaikan anak panah yang melesat bak kilat, dua kerikil itu menembus kepala kedua penyerang hingga terlempar.

Satu tombak ke belakang, tanpa erangan, langsung tewas seketika. Boma dan seluruh anak buahnya langsung basah kuyup oleh keringat, ngeri melihat kehebatan dan kesadisan orang yang kini menggenggam cemeti milik Boma.

Kirana makin terpukau melihat sosok penolongnya. Sejak pertama kali muncul, pemuda itu sudah menarik perhatiannya dengan wajah tampan dan sorot mata tajam. Kini, dia berdiri gagah di hadapan kepala perampok yang nyaris menodainya. Kehebatannya benar-benar di luar nalar. Padahal Kirana sudah lama hidup di tengah dunia persilatan, tapi tak pernah sekalipun mendengar nama pemuda luar biasa ini.

Boma mengerahkan seluruh Tenaga Dalamnya, mencoba menarik kembali cemetinya. Tapi meski wajahnya memerah menahan tenaga, senjata itu tetap lengket di tangan Raka.

Tiba-tiba, Raka menghentakkan tangannya. Seketika tubuh Boma terangkat ke depan, melayang perlahan, membuatnya terkejut setengah mati.

TAP!

Leher Boma langsung ditangkap oleh tangan kanan Raka.

Boma meronta, berusaha melepaskan diri, tapi tak mampu. Ia bisa merasakan cekikan tangan Raka makin keras mencengkeram, hingga napasnya megap-megap.

1
Hendra Yana
terimakasih
Hendra Yana
up lagi dong
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
lanjut up nya
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
up
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
kaya bkl seru nih
lanjut dong
Hendra Yana
semangat
Das ril
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!