Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
"Terus, sama siapa?",
" Roni",
Hati Nina lagi-lagi seperti diremas-remas. Mungkin memang sahabatnya itu sudah jauh melangkah dibandingkan dia yang tak berbuat apa-apa.
"Nina!, halo!"
"Nina?, halo?, kamu masih ada nggk?, atau udah tidur?"
Dila berkali-kali memanggil sahabatnya itu, tapi Nina malah diam tak menanggapi.
"Ish!, Nina!", panggilnya sekali lagi.
" Eh, iya, iya. Kenapa?",
"Kamu denger nggk sih?",
" Iya, aku denger. Terus?",
Hening, tak ada jawaban dari seberang sana. beberapa detik kemudian, Dila mulai menjawab,
"Besok deh aku ngasih taunya!",
" Ish!, apaan sih!, bikin penasaran tau",
"Ya, besok ajalah!",
" Beritahu sekarang!", desak Nina pada sahabatnya itu. Dila justru sengaja menggantungkan informasinya, membuat lawan bicaranya semakin penasaran.
"Sampai besok, dah!",
" Tut!"
Telepon terputus, Dila menutup teleponnya secara sepihak. Meninggalkan Nina dalam keadaan penasaran yang besar.
'Apa yang sebenarnya Dila ingin beritahu?, apa mereka sudah jadian?', ambigu Nina.
"Ah!, Dila bengek. Bikin aku penasaran ajah...", teriak Nina dalam kamarnya, membuat mamanya pun bisa mendengarnya dari luar.
" Kamu kenapa Nina?",
"Ah!, nggk mamski. Aku lagi latihan akting ajah!",
Bohong Nina.
Saat pagi hari, Nina bersiap untuk ke sekolah. Tidak lupa sarapan dulu bersama mamskinya.
" Nin!, mamski mau minta tolong. Kamu nanti nebeng sama Roni dulu yah!, soalnya mamski mau pinjam motor kamu. Lagian, kemarin-kemarin agak susah juga kalau pesan taksi ke mana-mana, mahal!", ucap mama Nina di sela-sela sarapan mereka.
"Hm...sebenarnya malas sih mamski, apalagi sama Roni. Tapi, ya mau gimana lagi.",
" Iya, maafin mamski, yah!",
"Iya, nggk papa. Lagian itu motor kan juga pemberian papski. Mamski boleh pake lah",
" Mmm...oke deh!",
"Hm.."
"Tin!, tin!",
Bunyi klakson motor dari luar.
" Mm...sepertinya, Roni sudah datang.", pinta mama Nina.
"Hm?, mamski udah minta Roni memang sebelumnya?", Nina cukup terkejut dengan mamanya yang serba gercep itu. Baru juga dia mau beritahu Roni, ternyata kedahuluan sama mamanya.
" Iya, udah cepet makan!. Nanti ditinggal lagi sama Roni",
"Hm..iya, iya",
Selesai sarapan, Nina segera keluar. Roni masih menunggunya di motor.
" Cepat!", pinta Roni
"Iya, tunggu napa.",
Mamanya Nina dan ibunya Roni cukup dekat, mereka juga ada di satu kampung yang sama dan tetanggaan. Itu cukup mudah untuk meminta Roni membantu Nina.
" Hati-hati!",
Lambaian mamanya Nina pada keduanya.
Nina naik, kemudian duduk menyamping karena memakai rok panjang dan kemudian Roni melajukan motornya.
"Dah!",
Nina melambaikan tangan pada mamanya. Anak dan mama itu memang seperti itu setiap ingin berpergian satu sama lain. Mungkin itu terlalu lebay bagi anak remaja seumuran Nina. Seperti anak yang satu ini, menganggap Nina terlalu kekanak-kanakan.
" Lebay banget!, kayak anak-anak ajah kalian!", ucap Roni sambil mengegas motornya.
"Biarin!, aku dan mamski memang gitu, selalu menjaga keharmonisan diantara kami. Walau kami berdua doang di rumah, tetap seru!, wlek!, nggk kayak kalian yang kaku!", ejek Nina pada Roni.
Nina senang, walaupun kepaksa, akhirnya bisa juga boncengan sama Roni.
" Siapa bilang kaku. Aku sama ibuku sangat romantis ",
" Hah?, romantis?, wah! Bahaya tuh",
"Romantis, maksudnya ROni MAnis aNaknya ibu Munis!", nyengir Roni sambil menatap Nina di kaca spion.
" Terserah!", Nina sudah sebal, dan tak bisa meladeni Roni kali ini.
"Tapi, hahahahah....kenapa mata kamu?", tawa Roni saat memperhatikan wajah Nina di kaca spion.
Tadi, dia tidak begitu memperhatikan wajah Nina saat Nina menghampirinya di motor, apalagi matanya. Tapi, saat melihat Nina di kaca spion, lebih diperhatikan lagi sama Roni, barulah dia menyadarinya.
" Kenapa?",
"Tuh, matamu kayak panda.",
" Ish!, beneran?",
"Iya, bener!, coba lihat deh!",
Roni menggeser kaca spion agar bisa dilihat Nina.
" Astaga!",
Nina segera menutupi wajahnya dengan kerudung yang ia pakai.
"Habis begadang?", tanya Roni pada sahabatnya itu.
" Nggk bisa tidur!",
"Karena?", tanya Roni lagi.
Nggk mungkin kan Nina bilang dirinya nggk bisa tidur gara-gara Dila nggk jadi cerita mengenai Roni. Nina khawatir, apa Roni sudah menembak Dila.
" Kepo lu!", ucap Nina dan menatap lurus kedepan. Tak terasa, kini mereka sudah sampai digerbang sekolah.
Walaupun mereka boncengan, tapi Nina tetap menjaga jarak dari Roni. Nina tahu betul batasan antara perempuan dan laki-laki. Sebetulnya itulah yang tadi ia pikirkan sebelum ikut sama Roni dan saat di perjalanan.
Untungnya tas Roni besar, jadi itu cukup memberi batasan untuk mereka.
Nina menatap sekeliling, waspada jangan sampai sahabatnya melihatnya berboncengan dengan crushnya. Bisa-bisa dihabisin nanti.
"Stop!", ucap Nina sebelum Roni masuk ke area parkiran.
" Kenapa?",
"Aku turun di sini ajah!", ucap Nina dan kemudian berlari pergi menuju ruang kelasnya.
Parkiran cukup dekat dengan belakang kelasnya. Kemungkinan kalau ada Dila, dia bisa ajah melihatnya.
"Huft!", setelah akhirnya sampai di kelas, Nina duduk di kursinya dengan nafas yang ngos-ngosan.
" Ngapain sih Nin!, pagi-pagi udah lari", ucap Dila yang baru tiba beberapa detik setelah Nina.
'Hah?, Dil!. Dia baru sampai?, ngeliat nggk ya aku boncengan sama Roni', batin Nina melihat Dila yang mulai duduk disampingnya.
"Ngapain pagi-pagi udah lari?, aku tadi hampir jatuh lo gara-gara kamu lari di samping aku. Aku kira ada topan!", lanjut Dila tanpa ada rasa curiga pada Nina.
" Hah--ha-ha...kamu bisa ajah Dil!", tawa Nina yang dibuat-buat.
"Tapi aku serius, tadi kenapa kamu lari?, kamu dikejar sama orang?, atau hantu?", pikir Dila polos.
" Nggk!, cuman aku penasaran sama kamu. Apa yang ingin mamu bicarain semalam. Liat deh!, gara-gara kamu, aku nggk bisa tidur, tau.", ucap Nina sambil memperlihatkan mata pandanya yang tidak terlalu kentara kalau tidak diperhatikan.
"Hahahaha.....Nina, Nina. Sampai segitunya kamu penasaran?, emang boleh?", tawa Dila pecah melihat ekspresi Nina yang pasrah sambil memperlihatkan mata pandanya itu.
" Boleh lah!, jadi apa?, apa yang mau kamu jelasin tadi malam?",
Pertanyaan Nina tertahan, karena guru jam pertama sudah masuk. Dan semuanya pun segera duduk rapi. Mengingat guru ini memang disiplin dan di kenal killer.
"Kamu berhutang penjelasan nanti!", bisik Nina pada Dila.
" Iya, iya.",
Pelajaran jam pertama dimulai, cukup lancar. Mereka berdua hanya mendengarkan penjelasan guru dan sesekali terlihat tertawa dengan apa yang mereka tulis.
Manik mata Nina tak sengaja bertemu dengan tatapan tajam Iyan si VOC. Nina yang tadinya cengengesan bersama Dila akhirnya terdiam.
Tapi, detik berikutnya malah tertawa lagi sambil mengangkat kertas dengan gambar wajah dengan alis yang tebal dan mata marah. Di bawahnya tertulis "IYAN"
"Hahaha...", tawa kecil mereka berdua.
Mereka berdua yah, entah karena bosan atau terlalu berani, dia melakukan hal seperti itu dikelas guru yang terkenal killer.
" Pak!", Iyan mengangkat tangannya.
Nina dan Dila terkejut, saling tatap satu sama lain, seakan saling bertukar pikiran walau tidak berbicara, 'Gawat!, Iyan mau ngaduin kita!',
**Next!