NovelToon NovelToon
Embun Dan Tama

Embun Dan Tama

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:33.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Dwi Febriana

Menikah?

Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.

"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.

"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"

Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?

Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.

Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Keras Kepala Embun!

Berhubung hari ini Embun tidak membawa sepeda motornya, rencananya pulang nanti dia akan memesan ojek online saja. Untuk Amara, sahabatnya itu jelas akan dijemput oleh Pak Edi, supirnya. Dan Embun merasa akan sangat merepotkan kalau dia meminta Amara untuk mengantarkan dirinya pulang ke rumah terlebih dahulu. Apalagi rumah mereka memang tidak searah.

Dan ya, akhirnya kelas terakhir Embun dan Amara selesai juga. Setelah dosen beranjak, satu-persatu mahasiswa yang lain pun meninggalkan kelas.

Embun baru saja mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas saat tiba-tiba ucapan Amara membuat Embun langsung mengurungkan niatnya.

"Jangan pesen ojek atau apapun itu. Nanti kamu pulang sama aku dan Pak Edi, Mbun," ujar Amara.

Embun menghela nafas pelan.

"Aku enggak papa kok kalau naik ojek. Kan aku udah biasa, Ra," jawab Embun.

"Iya tau, tapi kamu tetep pulang sama aku," tegas Amara.

Kalau sedang dalam mode tegas seperti ini, Amara terlihat cukup menakutkan seperti halnya Tama. Nyatanya meskipun memiliki sifat manja, Amara juga bisa bersikap tegas loh.

"Nanti kamu bolak-balik loh, kan arah rumah kita enggak searah. Sayang bensinnya," ujar Embun.

Disini Embun salah, mana mungkin anak orang kaya seperti Amara masih memikirkan irit bensin. Tidak pernah sekali pun keluarga Amara memiliki kesulitan untuk mengisi bensin mobilnya.

"Biarin, soal bensin biar jadi urusan Papa. Aku aja enggak pernah mikirin itu, jadi kamu enggak perlu mikirin juga, Mbun. Pokoknya kamu pulang sama aku. Tadi aku udah minta Pak Edi buat jemput, dan sekarang paling Pak Edi udah nunggu di parkiran," jelas Amara tegas tidak ingin ditolak.

Kalau sudah seperti ini, mana berani coba Embun menolak? ya sudah lah ya, dari pada Amara akhirnya marah, lebih baik Embun menurut saja. Kalau memang itu mau Amara, ya sudah.

"Ya udah iya iya," jawab Embun pada akhirnya.

Baru lah setelah mendengar jawaban Embun, senyum dibibir Amara tampak tersungging dengan manis.

"Nah gitu dong, nurut sama calon adek ipar," ujar Amara.

Ucapan Amara berhasil membuat pipi Embun seketika langsung memerah karena salah tingkah. Calon adek ipar? heii, bagaimana bisa Amara mengatakan hal itu di kampus.

"Raa," ujar Embun sebal.

Jelas saja sebal, kan dia dan Tama belum resmi menjadi pasangan. Kenapa Amara sudah mengklaim dirinya sebagai adik ipar coba? ada-ada saja Amara ini. Dan lagi bagaimana kalau ada mahasiswa lain yang mendengar ucapan Amara. Apalagi hampir semua mahasiswa di kampus ini jelas tahu kalau kakak Amara hanya Arkatama Garry Daneswara.

Amara sendiri tampak tertawa kecil.

"Apa sih? orang kita disini udah berdua doang. Aman kok aman, enggak bakal ada yang denger juga," ujar Amara, "kalau pun iya ada yang denger emangnya kenapa coba? Bang Tama ganteng kok, kamu enggak bakal malu kalau pacaran sama Bang Tama. Ya walaupun kalau dari segi usia memang jaraknya lumayan jauh dari kamu. Tapi--- Bang Tama tetep oke kan, Mbun?" ujar Amara seraya menaik-turunkan alisnya.

Sebagai adik, Amara mengakui kalau Abang nya itu memiliki paras yang mempesona. Ya lihat saja dirinya, Amara juga tidak kalah mempesonanya kan?

"Iya iya, udahlah ayo pulang. Pusing aku denger kamu ngomong yang enggak-enggak terus dari tadi," ujar Embun seraya beranjak dari kursinya.

"Bagian mana yang enggak-enggak coba? orang semuanya fakta kok," jawab Amara santai.

Embun sendiri memilih untuk mengabaikan ucapan Amara. Sudahlah, semakin dijawab yang ada ucapan Amara malah semakin menjadi.

"Udah ayo pulang," ucap Embun seraya menggandeng tangan Amara meninggalkan ruang kelas mereka.

Dan mau tidak mau Amara pun mengikuti langkah Embun keluar kelas. Namun dalam setiap langkahnya tampak senyum masih tersungging dibibirnya. Entahlah, membayangkan kalau Embun benar-benar akan menjadi kakak iparnya membuat Amara merasa bahagia.

Sesampainya di parkiran Embun dan Amara dibuat terkejut saat mereka tidak hanya mendapati Pak Edi saja. Ternyata ada Tama juga disana. Kenapa Tama ada disini coba? bukankah laki-laki itu seharusnya saat ini berada di kantornya? kenapa pula malahan disini.

"Abang ngapain disini? bukannya harusnya Abang di kantor ya?" tanya Amara kepada sang kakak.

"Abang dari kantor emang. Tapi kesini lagi buat jemput kalian. Abang keinget kalau tadi pagi Embun enggak bawa motor. Jadi Abang harus tanggung jawab buat anter kalian pulang dong. Ternyata udah ada Pak Edi yang jemput," jelas Tama.

Amara mengangguk-anggukan kepala.

"Oo gitu," ujarnya, "ya udah, kalau gitu Abang Anyer Embun aja. Aku pulang sama Pak Edi. Habis ini Abang masih harus ke kantor lagi kan?" ujar Amara.

Embun yang mendengar ucapan Amara seketika langsung melebarkan matanya. Loh? bukannya tadi Amara yang maksa dia untuk pulang bersama ya? kenapa tiba-tiba malah jadi meminta Tama yang mengantarkan dirinya coba.

Lalu Amara menoleh kearah Embun.

"Kan arah kantor Bang Tama bisa lewat kompleks kamu Mbun. Diantar Bang Tama nggak papa kan?" ujar Amara dengan santai.

Seolah Amara sama sekali tidak merasa bersalah sudah menyerahkan tanggung jawab nya kepada Tama.

Embun terdiam tidak tau harus mengatakan apa. Entah kenpa lidahnya mendadak kelu. Dia terlalu bingung untuk berkata. Padahal dalam hati dia sebal sekali kepada Amara.

"Abang mau kan antar Embun pulang?" tanya Amara.

Tanpa berpikir terlebih dahulu, Tama langsung menganggukkan kepala. Memang tujuan utama dia datang lagi ke kampus ya untuk mengantarkan Embun pulang kan? Jadi ya tidak ada alasa. untuk Tama menolak. Lagi pula ini akan menjadi kesempatan untuk dirinya bisa lebih mengenal dan dekat dengan Embun. Tama tau persis kalau Embun masih merasa canggung setiap kali mereka bersama. Dan sebenarnya wajar saja, karena Embun memang belum terbiasa. Jadi, secara perlahan Tama akan membuat Embun terbiasa.

Amara tersenyum.

"Ya sudah, kalau gitu aku pulang dulu ya. Kalian hati-hati di jalan," ujar Amara, "dan kamu Embun, jangan lupa obatnya diminum. Kamu tadi sempet ngerasa pusing lagi kan?"

Ucapan Amara membuat Tama langsung menatap kearah Embun. Apa Amara bilang, Embun pusing lagi? seharusnya gadis itu tidak perlu memaksakan diri untuk kuliah jika memang kondisinya belum memungkinkan. Tapi ya itu, Embun itu tipikal orang cukup keras kepala. Melihat bagaimana Embun sering menyangkal ucapannya membuat Tama paham dengan sifat Embun yang satu ini. Ya meskipun pada akhirnya Embun akan menurut, tapi tetap saja awalnya pasti membantah dulu.

"Iyaa," jawab Embun.

Setelah itu, Amara langsung berjalan masuk menuju mobilnya. Dimana Pak Edi memang sudah menunggunya disana.

Sementara itu, kini tinggal Embun dan Tama di parkiran. Dan betapa terkejutnya Embun saat tiba-tiba Tama menggandeng tangan kanannya.

"Lohhh, Pak," gumamnya lirih karena tidak ingin menarik perhatian yang lain.

Memang saat ini parkiran cukup sepi. Tapi kalau Embun bersuara lebih keras, bisa saja nanti malah jadi menarik perhatian yang lain.

"Hemm," ujar Tama juga bergumam.

Tama tidak mengatakan apa-apa, setelah membuka pintu, dia langsung meminta Embun untuk masuk kedalam mobil. Dan Embun sendiri jelas tidak memiliki alasan untuk menolaknya.

"Masih pusing?" tanya Tama membuka obrolan.

5 menit pertama tidak ada obrolan diantara mereka. Tama yang mencoba untuk menunggu Embun berinisiatif membuka obrolan pun akhirnya memilih untuk bertanya terlebih dahulu saat gadis itu tidak membuka suara sedikitpun. Ya sudahlah ya, mungkin memang Embun masih merasa canggung dengannya.

"Udah enggak kok, Pak," jawab Embun.

"Abang, bukan Pak," koreksi Tama.

Embun lupa lagi kalau saat mereka sedang berdua, Tama tidak ingin dipanggil dengan panggilan Pak.

"Iya, Abang," ujar Embun.

"Jadi, yang bener yang mana? tadi Amara bilang kamu pusing lagi," ujar Tama.

"Tadi sempet agak pusing sedikit, tapi sekarang udah baik-baik aja kok, Bang," jelas Embun.

Embun tidak berbohong, sekarang dia memang sudah tidak merasa pusing lagi seperti tadi.

"Itu artinya kamu belum bener-bener sehat, Mbun. Sampai rumah langsung istirahat aja, jangan kemana-mana ya," ujar Tama.

Apakah Embun akan langsung mengiyakan ucapan Tama?

"Iya, tapi paling nanti malem sekalian Bang. Soalnya habis ini aku juga harus berangkat kerja," jawab Embun.

Saat ini saja sudah jam 2, sementara jam 4 Embun sudah harus berada di cafe, tempat kerjanya. Dan sepertinya Embun tidak bisa menggunakan waktu yang tersisa untuk istirahat sekedar tidur. Kenapa? karena bisa-bisa Embun jadi telat. Karena kalau sudah tidur biasanya bisa sampai berjam-jam.

Tama langsung menoleh kearah Embun.

"Kamu masih sakit Embun. Tadi aja masih pusing. Bisa-bisanya kepikiran buat berangkat kerja. Udahlah, minta izin buat cuti dulu sampai kamu bener-bener sembuh," ujar Tama.

Bagaimana bisa Embun berpikir akan berangkat kerja dengan kondisinya yang belum benar-benar fit.

"Tapi udah 2 hari aku enggak kerja, Bang. Enggak enak kalau izin terlalu lama," jelas Embun.

Tidak ada alasan lain selain daripada Embun merasa tidak enak dengan atasannya. Embun rasa 2 hari sudah lebih dari cukup untuk dirinya beristirahat. Toh sekarang kondisi Embun juga sudah jauh lebih baik dibanding kemarin-kemarin.

"Siapa bos kamu? biar aku yang minta izin ke dia kalau kamu enggak mau," ujar Tama.

Tama tau sikapnya saat ini cukup menyebalkan. Tapi Tama juga tidak bisa diam saja membiarkan Embun kembali bekerja sementara saat ini kondisinya saja masih belum benar-benar sehat. Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang buruk selama Embun bekerja? semisal pingsan saat sedang mengantar orderan customer.

Menjadi waiters bukan hal yang mudah. Butuh tenaga yang extra untuk melakukan itu, dan pastinya akan sangat melelahkan. Embun harus berjalan kesana-kemari untuk mengantar orderan dan juga membersihkan meja yang sudah dipakai.

"Tapi Bang---"

"Embun, ini semua demi kebaikan kamu. Aku enggak mau kalau kamu sampai kenapa-napa karena kerja dengan kondisi yang sedang tidak fit. Dan pastinya bos kamu juga tidak ingin terjadi sesuatu sama karyawannya kan? jadi, untuk kali ini nurut sama aku. Sembuh dulu, baru setelah itu kamu boleh kembali kerja. Jangan keras kepala, Embun."

Tampak Embun menghela nafas pelan. Apa yang Tama katakan memang benar. Tapi---

"Ya udah, aku minta izin buat libur sehari lagi," ujar Embun.

Mendengar ucapan Embun, sebuah senyum langsung tersungging dibibir Tama. Lihat, Tama berhasil meruntuhkan kekeras kepalaan Embun bukan?

"Bagus, itu keputusan yang tepat, Mbun," ujar Tama lagi.

Embun sendiri hanya diam, namun tangannya aktif mengetik sesuatu di ponselnya. Dan bisa Tama lihat kalau Embun sedang mengirimkan pesan kepada bos nya untuk meminta izin lagi.

Sesampainya di rumah, Embun langsung masuk ke rumah. Sementara Tama, laki-laki itu tidak mampir karena harus kembali ke kantor guna menyelesaikan pekerjaan.

"Hati-hati di rumah, kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan buat hubungi aku, Mbun," ucap Tama sebelum benar-benar pergi meninggalkan area rumah Embun.

Embun sendiri hanya menganggukkan kepala, lalu mengingatkan Tama agar hati-hati saat mengendarai mobilnya.

Baru sekitar 30 menit Embun sampai di rumah, tiba-tiba saja ada seorang ojol yang datang untuk mengantar makanan. Tau siapa yang memesannya? ya, Tama yang memesannya.

Tama mengirimkan soto ayam untuk makan siang Embun hari ini.

***from: Tama***

*Makanannya udah sampai? dimakan ya, Mbun. Habis itu jangan lupa minum obat juga*.

Jujur saja Embun merasa bahagia. Perhatian yang Tama berikan kepadanya membuat hati Embun terasa hangat.

***to: Bang Tama***

*Iya Bang, udah sampai. Terima kasih buat makanannya*.

Apakah terlihat sangat kaku? hemm, sepertinya iya. Tapi ya gimana, Embun memang masih merasa sungkan kepada Tama.

1
Sugiharti Rusli
meski sekarang ada sosok Tama dan keluarganya yang bisa mengusir kesepian kamu, tapi karena kamu belum siap jadi jalani saja apa yang ada sekarang
Sugiharti Rusli
yah hidup memang terus berjalan dan mengikuti alur takdir yang sudah Allah berikan sekarang,,,
Sugiharti Rusli
memang berasa sepi yah Mbun saat ditinggal oleh kedua ortu saat masih belum selesai pendidikan, dan lagi kamu anak tunggal
Sugiharti Rusli
wah si Tama yah, uda ga fokus lagi sekarang kalo sedang di kantor, tapi karena sudah malam juga yah ga apa sih dia pulang,,,
Sugiharti Rusli
apalagi kan Embun kan anak tunggal dan sekarang ga ada orangtua, jadi kalo dia menikah dengan Tama jadi keluarga juga nanti yang membuat dia ga sendiri lagi
Sugiharti Rusli
kalo tadinya sahabat terus nanti jadi ipar semoga mereka tetap kompak yah,,,
Sugiharti Rusli
padahal bukannya saat itu siang yah, sepertinya si Embun ngantuk di siang hari sampai nanti sang sahabat datang ke rumahnya
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang kamu dan Tama sudah resmi jadi sepasang kekasih, walo Tama maunya langsung menikahi dan jadi istri
Sugiharti Rusli
memang yah kalo sudah terbiasa sepi rumah, kalo tetiba sekarang ada yang sering berkunjung jadi beda vibes nya yah Mbun,,,
adhe ayu
Thor kpn update lg
Rahma Inayah
tu kn embun sdh rindu blm jg pergi
Rahma Inayah
cembru tnd cinta marah tnda nya sayang jd serba salah membuat ku dilema
Rahma Inayah
trn aja bun .biar km ada temannya drumh gk kesepian lg dan jg ada bantalnguling hidup 🤭🤭🤭 yg bkl temani km
Rahma Inayah
bgus ceritanya
Rahma Inayah
bgus ceritanya
Linda Ayu Tong-Tong
uuh gk sabar mreka sahh
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Jangan Rindu bang, berat biar Dilan aja yg rindu🤭
adhe ayu: thor kpn update lagi
total 1 replies
Rahma Inayah
sabar tama sbntr lg stlh lulus lngs km lamr embung siap jg pasngqn halal mu
Lina Mumtahanah
jantung aman gak tuh Tama kepergok dengan Amara 🤣🤣🤣
Lina Mumtahanah
iyain aja embun 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!