NovelToon NovelToon
CEO To Husband

CEO To Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Enemy to Lovers
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: BabyCaca

Alaska Arnolda, CEO terkenal Arnolda, terpaksa menanggalkan jas mewahnya. Misinya kini: menyamar diam-diam sebagai guru di sebuah SMA demi mencari informasi tentang pesaing yang mengancam keluarganya. Niat hati fokus pada misi, ia malah bertemu Sekar Arum Lestari. Gadis cantik, jahil, dan nakal itu sukses memenuhi hari-hari seriusnya. Alaska selalu mengatainya 'bocah nakal'. Namun, karena suatu peristiwa tak terduga, sang CEO dingin itu harus terus terikat pada gadis yang selalu ia anggap pengganggu. Mampukah Alaska menjaga rahasia penyamarannya, sementara hatinya mulai ditarik oleh 'bocah nakal' yang seharusnya ia hindari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyCaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32 - Hampir Ketahuan

Pagi itu Arum bangun lebih awal dari biasanya. Setelah selesai mencuci muka dan merapikan seragam sekolahnya, dia turun ke ruang makan hanya untuk menemukan meja itu kosong.

Alaska dan Jeff sudah berangkat mungkin benar mereka sedang menangkap babi hutan seperti kata Jeff tadi, entahlah pekerjaan macam apa itu. Di meja, hanya ada satu amplop tipis dengan tulisan kecil.

Untuk ongkos dan makan siang. Jangan hilangkan.  - Aska

“Wah kok di kasih uang juga sih aku kan jadi enak, eh kalau ga di kasih juga aku naik bus nya mau bayar apa ga mungkin pakai daun kan hehe,”gumam Arum senang sambil memasukkan amplop itu ke saku rok.

Karena Jeff tidak mengantarkan hari ini, Arum harus naik bus umum. Dia berjalan keluar mansion Arnolda, melewati gerbang besar yang dijaga dua petugas. Mereka menyapanya seperti biasa.

Ya sebenarnya itu juga keputusan Arum tidak ingin di antarkan alasan nya cukup banyak sudah di antarkan dengan mobil mewah pasti mendapatkan sorotan sudah nanti dia akan turun di ujung jalan lebih baik dia naik bus saja.

“Hati-hati nona Arum!”teriak pengawal dengan keras melihat Arum yang setengah berlari.

“Aku juga pelayan, jangan panggil aku nona!”teriak Arum sambil berlari kecil melirik dua pelayan yang sudah akrab dengan nya itu.

“Bagaimana tidak kita panggil nona sedangkan tuan menyuruh nya kita jangan semena mena kepada nona Arum.”geleng mereka dengan heran.

Perjalanan bus dari kota ke desa tempat sekolahnya memakan waktu lumayan lama. Arum duduk bersandar, melihat pemandangan jalan kota yang perlahan berubah menjadi rumah-rumah tua, sawah kecil, dan kios pinggir jalan.

“Aku tidak terbiasa naik bus belum paham juga, untung kak Alaska udah jelasin sedikit apa aja yang perlu aku lakuin,”gumam gadis itu melihat peta perjalanan yang ada di ponsel nya.

“Kata kak Aska nanti harus tunggu hingga 4 halte baru aku turun ya,”gumam Arum berusaha memahami nya dengan otak kecil nya itu.

Dia menahan tawa melihat betapa banyak orang terkejut melihat seragamnya, seragam pelajar tapi rambut diikat asal dan tasnya masih menempel gantungan spatula dapur.

Setelah tiga puluh menit, bus berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Arum turun sambil menguap.

“Sampai juga,”ucapnya lega.

Begitu masuk halaman sekolah, Arum langsung menuju kantin. Tuhan memberkati, di sana sudah duduk empat manusia paling berisik dalam hidupnya: Farel, Dilan, Amanda, dan Tia. Mereka sibuk makan gorengan seperti tidak punya masa depan.

Ya walaupun mereka adalah anak anak pintar bahkan otak mereka lebih baik dari pada Arum yang bahkan mungkin tidak akan lulus jika 10 kali tes masuk ke perguruan tinggi dengan soal yang membuat nya pusing itu.

“Arum!”teriak Tia melambai.

“Woi pagi pagi udah nongki aja,”jawab Arum sambil duduk.

Amanda menatapnya curiga dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Tumben kau rapi.”

“Apa rapi? Aku dari lahir begini,”kesal Arum kepada sahabatnya itu.

Tidak lama, Arum mengeluarkan sesuatu dari tas. Gerakan tangannya pelan, seperti seseorang yang hendak memperlihatkan batu permata. Ponsel baru itu muncul. Empat orang temannya langsung membeku. Farel bahkan menjatuhkan tahu goreng dari mulutnya.

“Heh Arum…”Dilan menunjuk ponsel itu. “Itu… hp baru?”dia menatap nya dengan bingung padahal mereka baru membalas hal ini kemarin tapi tiba tiba Arum sudah mendapatkan hp nya sendiri.

Arum mengangguk, mencoba tampil santai padahal jelas matanya berbinar.

“Aku dibelikan ibu tiri ku,”jawab Arum enteng.

Empat pasang mata menatapnya seperti melihat UFO.

“Apa?”kaget Amanda. “Ibu tirimu? Tumben sekali angel of darkness itu baik?”ungkap Amanda seolah itu adalah sebuah keajaiban.

“Tunggu tunggu,”sahut Farel. “Yang biasanya minta kau bayar listrik kamar sendiri? Yang pernah lempar sendal karena kau makan ayam bagian pahanya?”

“Iya yang itu,”jawab Arum tanpa rasa bersalah.

“Kau minta dibelikan?”tanya Tia setengah berbisik.

Arum menggeleng. “Nggak. Aku cuma bilang aku nggak punya hp, kalian tau semenjak pindah ibu semakin baik dan mengirimkan uang kepada ku karena sekarang kita LDR mungkin aku memang harus memiliki ponsel sendiri,”

“…dan dia langsung belikan?”lanjut Farel.

Arum mengangguk cepat.

Empat sahabatnya saling menatap. Kecurigaan level dewa. Mereka baru melihat keajaiban yang tidak sesuai logika dunia.

“Pasti ada maunya,”bisik Amanda.

“Alias?”tanya Arum bingung.

“Mungkin dia mau suruh kau kerja paksa,”sahut Dilan sambil nyemil tempe.

“Atau dia mau dijilatkan piring yang sudah dicuci buuh,”tambah Tia dramatis.

Arum pura-pura tak mendengar. Tentu dia tidak bisa bilang bahwa yang membelikan itu sebenarnya bukan ibu tirinya melainkan guru muda tampan yang hidup satu rumah dengannya. Hal itu kalau bocor bisa langsung masuk berita nasional.

Untuk mengalihkan perhatian, Arum mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.

“Udah udah. Bantu aku save nomor kalian. Aku belum punya siapa-siapa di sini.”ajak Arum dengan semangat nya.

Empat temannya langsung kembali antusias. Mereka mencondongkan tubuh, rebutan siapa yang duluan.

“Aku dulu!”teriak Amanda sambil menarik hp Arum.

“EH pelan!”kesal Arum memegang tangan Amanda.

Amanda membuka kontak. Kosong.

Hanya satu nama.

A.

Amanda berhenti. Tatapannya mengeras. Alis naik.

“Hah?”gumam Amanda. “Ini siapa? ‘A’?”

Arum langsung panik. Detik itu juga keringatnya keluar. Dia melihat Amanda hendak menyentuh pesan masuk.

Dengan kecepatan cahaya, Arum meraih ponselnya. “JANGAN!!”

Amanda kaget. “Astaga Arum kenapa?!”

Dengan gugup Arum memeluk ponselnya seperti melindungi bayi.

“Nomor itu… itu tante ku,”jawab Arum cepat.

Farel mengerutkan dahi. “tante siapa ? tante adik ibu mu? Bukannya kau nggak pernah cerita soal itu?”

“Iya itu tante ku yang kemarin aku bilang dia orang yang aku numpang di rumah nya, iya… iya pokoknya itu.” Arum hampir gagap.

Amanda menatap curiga, tapi Arum buru-buru menyodorkan ponsel.

“Udah sebutkan nomormu saja, biar aku yang save!”

“Eh… ya… boleh.”

Satu per satu mereka menyebut nomor masing-masing. Arum mengetik cepat seperti sandi rahasia agar tidak ada yang sempat curiga soal kontak A itu. Setelah selesai, dia menaruh ponsel di tas dengan hati-hati seperti menyembunyikan bom aktif.

Teman-temannya akhirnya kembali ke gorengan masing-masing, sementara Arum mencoba menenangkan jantungnya yang hampir copot. Namun di meja sebelah, dua murid perempuan membicarakan sesuatu sambil menatap ke arah mereka.

“Kau lihat? Akhir-akhir ini Arum bawa barang baru terus.”

“Iya… kemarin pulang dijemput mobil mewah, sekarang hp baru.”

“Masa iya dia… jual diri?”

“Astaga jangan keras-keras!”

Bisik-bisik itu tidak terdengar oleh Arum maupun sahabatnya. Mereka masih tertawa, sibuk dengan kecemburuan kecil, gosip bodoh, dan ponsel baru Arum yang hampir saja membocorkan rahasia paling besar dalam hidupnya.

1
kalea rizuky
loo siapa kah itu
kalea rizuky
lnjut donk thor
kalea rizuky
goblok sok jagoan ama ibu tiri lampir aja kalah bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!