"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sebuah Saran
“Tuan Muda…”
Suara itu memecah kesunyian parkiran bawah tanah, berat namun tenang, penuh kehati-hatian. Pria itu terlihat mencemaskan keadaan Bram. Tadinya, seluruh pekerjaan dilimpahkan kepadanya. Akan tetapi, Adrian memintanya untuk menemani Bram.
Bram tidak ingin sama sekali meminta bantuan anak buah papanya. Dia tidak ingin menambah beban. Tahu bila perbuatan yang menyebabkan pernikahannya diambang kehancuran sangat dibenci oleh keluarganya.
Bram mendongak. Di depannya, Kenan Pradipta berdiri dengan jas yang sudah kusut, dasi yang sedikit miring, dan ekspresi yang tak bisa menyembunyikan rasa khawatir.
“Kenan.” Bram hanya menyebut nama itu singkat.
“Maaf, Tuan, saya terpaksa menyusul ke sini. Sudah tiga hari, Tuan bolak-balik mengintai dari sini. Tuan bahkan belum kembali ke hotel tempat Anda menginap. Kenan melangkah lebih dekat. “Saya khawatir, mungkin bukan hanya saya. Keluarga Anda khawatir."
Bram menghela napas berat. Tatapannya tak lepas dari bangunan rumah sakit di seberang jalan. “Aku hanya ingin tahu bagaimana kondisinya. Tapi mereka benar-benar menjaga ketat. Bahkan nama ‘Bramastya Nugroho' seperti musuh bagi mereka.”
Kenan menunduk sejenak, lalu angkat bicara pelan, “Saya dengar dari pihak dalam, Nona Cassie memang sempat alami trauma akut. Keadaannya memburuk sejak beberapa hari lalu. Katanya, mentalnya tidak stabil. Bahkan sempat mencoba menyakiti diri sendiri.”
Bram menutup mata sejenak, seperti menahan tusukan di dadanya. “Semua salahku.”
“Tuan…”
“Aku... yang menyuruhnya mati.” Kalimat itu terucap dalam bisikan, nyaris tak terdengar.
Kenan memejamkan mata, mengatur napas sebelum menjawab, “Saya tahu, Pak. Tapi menyalahkan diri sendiri tidak akan mengubah keadaan. Tuan masih bisa memperbaiki semuanya.”
Berkali-kali Kenan mengatakan agar Bram bersikap lebih baik pada Cassie. Akan tetapi, pria itu tidak mempedulikan perkataannya. Hingga, Kenan berpikir Bram memang menyukai Raina. Kini, walau semua sudah sangat terlambat Bram tampak ingin memperbaiki hubungannya dengan Cassie.
“Bagaimana caranya?” Bram menoleh padanya, sorot matanya tajam dan lelah. “Mereka memindahkan Cassie ke sini agar aku tidak mengetahui keberadaannya. Bagaimana kalau kali ini mereka menghilangkan jejaknya lagi?”
“Tuan masih suaminya. Belum ada dokumen resmi yang menyatakan perceraian. Artinya, secara hukum, Bapak tetap punya hak untuk mendampingi Nona Cassie,” ujar Kenan tegas. “Bahkan bisa mengurus kepulangannya.”
Kenan berharap keduanya bersatu kembali. Pria itu telah melihat ketulusan Cassie. Tidak ada yang dapat mengalahkan besarnya cinta Cassie pada Bram. Hanya saja, tuannya terlambat menyadari cinta.
Bram mengernyit. “Kau menyarankan aku untuk apa, Kenan?”
“Bawa beliau pulang, Tuan." Kenan menatap mata atasannya tanpa gentar. “Kalau memang ingin memperjuangkan pernikahan ini... jangan hanya menonton dari kejauhan.
Bram mengusap wajahnya. Lelah. Putus asa. Namun ada nyala kecil di dalam matanya, seperti bara yang baru ditiup angin.
“Jessie pasti tidak akan tinggal diam. Dia sangat membenci aku.”
“Maka, Tuan harus selangkah lebih cepat. Pakai jalur hukum bila perlu.” Kenan melanjutkan, “Atau... kita cari jalan legal tapi diam-diam.”
Bram terdiam. Dalam hati, dia tahu Kenan benar. Menonton Cassie dari kejauhan tidak akan menghapus luka. Tapi berada di sisinya, setidaknya bisa menunjukkan penyesalan yang tulus.
“Satu hal lagi, Tuan.” Kenan menyelipkan amplop kecil dari jasnya. “Ini dokumen yang saya dapat dari pengacara keluarga Tuan Cassie di Indonesia. Mereka memang sudah mendaftarkan gugatan cerai. Tapi sidangnya belum berjalan. Masih ada waktu.”
Bram menerima amplop itu dengan tangan gemetar. Dia melihat gugatan yang dilayangkan oleh Cassie. Bram sangat tahu kalau hal itu dilakukan oleh keluarga istrinya.
"Apa sebaiknya yang aku lakukan? Aku..."
"Tuan hanya perlu meminjam kekuasan Tuan Besar. Bukankah, itu sangat mudah. Yakinkan dulu Tuan Besar bila Anda memang menginginkan Nona Cassie. Semua akan menjadi mudah bila Tuan Besar Adrian ikut campur dalam masalah Anda," balas Kenan masuk akal.
Ya, dia harus meminta bantuan sang ayah. Salah satunya dengan menekan keluarga Wijaya. Cassie harus kembali menjadi miliknya. Apa pun yang terjadi. Dia ingin mempertahankan pernikahannya.
“Terima kasih, Kenan. Kau bukan hanya asisten... kau sudah seperti adik sendiri.”
Kenan tersenyum kecil. “Saya hanya melakukan yang seharusnya saya lakukan.”
Bram menggenggam dokumen itu erat. “Baik. Kita akan mulai persiapan. Aku akan cari tahu jadwal terapi Cassie... dan saat itu tiba, aku akan temui dia. Kalau perlu, aku akan bawa pulang dia sendiri. Sebelum itu, aku harus menghubungi Papa," tukas Bram.
“Kalau itu pilihan Tuan," jawab Kenan pelan, “saya akan bantu sebisa saya.”
"Namun, kamu harus kembali ke Indonesia untuk menggantikanku. Aku berjanji akan secepatnya kembali dan membawa Cassie," perintah Bram.
"Baik, Tuan," balas Kenan yang sebenarnya ingin membantah perkataan Bram.
Bram tersenyum untuk pertama kalinya ketika menginjakkan kaki di Singapura. Ada perasaan aneh ketika merencanakan membawa sang istri kembali ke pelukannya. Istri yang dulu dia abaikan, istri yang dulu sangat ingin dia hancurkan.
"Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkanmu, Cassie!" gumam Bram.
***
Bersambung....
Terima kasih telah membaca ❤️
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍