Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anggapan
Terkadang ada hal yang tidak diduga dapat terjadi. Seperti hari ini, setelah dirinya membersihkan tubuhnya, menatap ke arah handphone. Beberapa pesan dari Beno dan Jesen, menanyakan keadaannya.
Menghela napas, Beno bukan pacarnya lagi. Tidak berguna juga meladeni Beno, karena Tiffany kelihatannya sudah tidak tertarik lagi.
Lebih baik membalas pesan dari Jesen kan?
'Benar, aku sedang sakit. Karena itu tidak bisa berangkat ke sekolah. Kalau aku sudah sembuh kita pergi ke taman hiburan bersama.' Pesan yang dikirimkannya pada Jesen.
Dengan cepat mendapatkan balasan.'Aku akan datang menjengukmu.'
Meira hanya tersenyum-senyum sendiri. Lagipula Jesen tidak mengetahui alamat rumah sakit ini.
Tidak ada pesan apapun yang masuk dari Irgo Rafael, entah kenapa. Sudah biasa seperti ini, Irgo begitu dingin. Lalu bagaimana caranya Meira dapat mendekatinya?
Simpel saja, berikan obat tidur pada minumannya. Lalu, pura-pura sudah dilecehkan. Irgo Rafael merupakan orang yang tunduk pada kakeknya. Tentu saja Meira harus menangis sembari mengadu terlebih dahulu pada kakek pemuda itu. Sudah pasti akan dijadikan kekasihnya.
"Sedang apa?" Tanya Tiffany, tengah mengerjakan tugas. Tanpa menoleh pada Meira.
"Tidak ada hubungannya denganmu!" Tegasnya.
"Sebaiknya cepat pura-pura baikan dan keluar dari rumah sakit. Waktu olimpiade sudah dekat, kamu ingin mundur?" Tanya Tiffany, ingin adik br*ngseknya berhenti membuatnya harus pergi ke tempat yang dipenuhi dengan bau obat ini.
"Anak panti yang terlalu banyak bicara!" Geramnya, menghela napas.
Mata Tiffany menelisik, beberapa menit lagi tepat pukul 6. Maka, akan ada yang datang bukan?
***
Dan benar saja anak baik-baik telah tiba di tempat parkir rumah sakit, turun dari mobilnya. Memakai setelan kemeja berwarna putih.
Hampir bersamaan, sebuah motor sport, berhenti di sampingnya.
Jesen turun dari mobil, membawa parsel dan paperbag dengan lambang toko kue ternama. Sedangkan Irgo Rafael membuka helmnya, membawa buket bunga berisikan mawar, dan Lily putih.
"Rafael?" Ucap Jesen mendekati, sepupu dari pihak ibunya."Kenapa kemari? Membawa buket bunga! Itu bukan gayamu!"
"Jangan banyak bicara! Memalukan membawa benda ini." Irgo mengangkat sebelah alisnya."Kamu sendiri kenapa membawa begitu banyak makanan?"
Dengan malu-malu Jesen menjawab."Untuk pacarku, dia sakit."
"Makanan sebanyak ini?" Irgo menghela napas kasar.
"Ka...kamu sendiri membawa buket bunga. Pasti untuk pacarmu kan? Benar-benar romantis." Jesen menghela napas menahan tawanya.
"Ini? Memuakan..." Tetap saja Irgo memegang buket bunganya. Walau bagaimanapun, Meira adalah pacarnya. Seperti bentakan sang kakek, kala lulus nanti harus menikahinya mau tidak mau.
Ini menyebalkan, ini memuakkan. Dua orang yang berjalan hampir bersamaan.
Jesen sedikit melirik ke arah sepupunya, yang memang berasal dari sekolah berbeda. Jarang bertemu dengannya.
"Pacarmu sakit apa?" Tanya Jesen memulai pembicaraan.
"Jantung koroner, jika aku beruntung maka dia akan mati. Jadi aku tidak perlu melindunginya yang terlalu sempurna, mati-matian." Jawab Irgo Rafael tenang.
"Tidak boleh menyumpahi pacarmu, agar segera mati. Pacarku juga menderita jantung koroner. Aku berharap dia dapat hidup panjang, dia orang yang jujur, baik, pintar, cantik, wanita yang begitu sempurna." Jesen menghela napas penuh keceriaan.
Mereka berjalan menelusuri lorong yang sama, belum juga sadar, walaupun pacar mereka menderita penyakit yang sama.
"Mau permen?" Tanya Jesen menawari sepupunya.
"Tidak!" Jawab Irgo Rafael, kala berada dalam lift yang sama.
"Bagaimana kabar kakek?" Tanya Jesen mulai memakan permen.
"Seperti biasanya, tekanan darahnya sering naik." Kembali Irgo menjawab.
"Kamu terlalu dingin, wanita seperti apa yang dapat meluluhkanmu." Jesen menghela napas kasar.
"Wanita yang panas." Benar-benar jawaban datar tanpa ekspresi dari Irgo. Irgo melirik ke arah sepupunya."Bagaimana karakter pacarmu?"
"Dia baik, tulus dan---" Kalimat Jesen disela.
"Aku kira kamu akan menjadi tipikal orang yang lebih senang didominasi oleh wanita dibandingkan mendominasi. Istilah lainnya, kamu lebih suka berada di bawah tubuh wanita." Irgo mengangkat salah satu alisnya menggoda sepupunya.
"Ja...jangan asal bicara!" Jesen gelagapan, tapi memang benar. Hubungannya dengan Meira begitu-begitu saja. Dirinya entah kenapa merasa ada yang kurang. Apa mungkin salah tipe? Tidak! Meira adalah wanita baik yang sempurna.
Ting!
Pintu lift terbuka.
"Pacarmu ada di lantai 4?" Tanya Jesen, dijawab dengan anggukan kepala oleh Irgo.
Mungkin hanya kebetulan, akan berpisah di penghujung lorong. Kemungkinan yang ada dalam kepala mereka.
Tidak ada pembicaraan setelahnya, karena mereka benar-benar jarang bertemu. Dua orang pemuda dengan kepribadian berbeda. Satunya siswa teladan dengan ribuan prestasi. Satunya lagi, bad boy anak geng motor.
Mungkin satu hal yang menyamakan mereka, cerdas dalam berbisnis dan secara kebetulan, bahkan mereka sendiri tidak menduga, memiliki pacar yang sama.
Satu persatu ruang rawat dilewati oleh mereka. Hingga langkah mereka berhenti bersamaan. Membulatkan matanya di depan ruang rawat. Saling melirik, baru menyadari satu kenyataan. Mereka... berkhianati.
"Pa... pacarmu di ruangan ini?" Tanya Jesen dengan wajah pucat pasi.
Sementara Irgo Rafael tersenyum, ingin tertawa tapi terlalu dramatis.
Tangan Jesen tidak jadi memegang handle pintu."Apa pacarmu adalah Meira kelas 3A, dari sekolah yang sama denganku!?" Tanyanya, ingin bicara dengan Irgo Rafael terlebih dahulu.
Tapi, otak Irgo Rafael lebih cepat. Ini kenyataan yang luar biasa baginya. Bagus sekali, wanita itu ingin membuat penyakit darah tinggi kakeknya kambuh lagi.
Membuka pintu dengan cepat, maka sosok wanita itu terlihat. Meira yang masih berada di atas tempat tidur ruang rawat VIP.
Begitu terlihat polos, begitu terlihat pucat, begitu terlihat cantik, begitu terlihat br*ngsek.
Tiffany tersenyum, memakan apel menatap ekspresi wajah kebingungan adik br*ngseknya. Bagaimana rasanya mendapatkan banyak cinta dari dua pacar sekaligus. Sudah pasti ini akan menjadi obat yang terbaik.
"I... Irgo? Jesen?" Wajah Meira pucat pasi, akan terjadi pertumpahan darah disini. Tapi dirinya harus pilih yang mana? Yang jelas satu orang harus dipertahankan olehnya. Jika tidak cinta keduanya akan raip. Tinggal membuat adengan saja, jika salah satu dari mereka hanya cinta sepihak.
Tapi...memilih merupakan hal yang sulit, Jesen begitu baik, tampan dan berprestasi. Sedangkan Irgo Rafael begitu keren, dingin, tipikal pria yang sulit ditaklukkan. Tapi sekali berstatus pacar maka tidak akan berpaling.
"Se... sebenarnya aku..." Meira mencoba berfikir keras. Tapi status mereka setara.
Jesen sudah dapat membaca situasi, menelan ludah. Dirinya tidak akan bisa bersaing dengan Irgo, karena itu, maaf saja Tiffany akan dijadikan tumbal olehnya.
"Dia pacarku!"
"Dia pacarku!"
Ucap Jesen dan Irgo Rafael bersamaan. Dua orang yang saling melirik, kenapa jadi seperti ini?
Sedangkan Tiffany yang tengah memakan apel tersedak. Menepuk-nepuk dadanya sendiri hingga potongan buah apel keluar. Gila! Dirinya ratu jahat, tapi kenapa malah jadi putri salju.
"Jesen! Kamu berselingkuh dengan kakak?" Meira menangis sesenggukan.
"Lihat, itu pacarmu dan ini pacarku." Irgo Rafael tersenyum mengejek pada saudara sepupunya.
gmn nih rencananya kan gak gitu, harus putar otak nih Tiffany, awal tunangan mu bisa ngamuk lho Tiffany 🤣
jadi penasaran kalau Beno dah dateng
lanjut ko chii, semangat 🔥🔥🔥
jgn bilg fanny udh nyewa org dr studio buat take drama...