NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:106
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mesin Cuci Pemangsa dan Kencan yang Tertunda

​Hana juga menegakkan tubuh. Matanya menyipit ke arah deretan mesin cuci di depan mereka.

​"Ray-ssi," bisik Hana. "Mesin nomor 4."

​Ray melihat mesin cuci nomor 4. Tabungnya berputar sangat cepat, jauh di atas kecepatan normal. Baju-baju di dalamnya tidak terlihat berputar, melainkan seperti sedang dicerna. Air sabun di dalamnya berubah warna menjadi hijau neon.

​Dan yang paling parah: Di layar digital yang seharusnya menampilkan sisa waktu, muncul tulisan aneh yang berkedip merah.

​[ERROR: LAPAR.]

[FEED ME SOCKS.]

​Ray menghela napas panjang, menutup komiknya, dan meletakkannya di meja.

​"Baru juga jam 7 malam," keluh Ray. "Bisakah kita punya satu malam minggu tanpa insiden?"

​"Sepertinya alam semesta cemburu pada kita," Hana berdiri, merapikan roknya. Matanya mulai bersinar biru samar—tanda skill [Architect's Eye] aktif. Meski dunia sudah di-reset, kemampuan mereka tidak hilang, hanya "tertidur" dan aktif saat ada Glitch.

​"Analisis?" tanya Ray, meregangkan lehernya.

​"Tipe: Mimic (Peniru)," jawab Hana cepat. "Objek mati yang kerasukan sisa data corrupt. Level rendah, tapi kalau dibiarkan, dia akan memakan semua baju dalam radius 10 meter."

​"Bukan baju baruku," geram Ray.

​Mesin cuci nomor 4 itu tiba-tiba bergetar hebat. Tutup kacanya terbuka sendiri, menampakkan "mulut" yang penuh dengan gigi logam tajam yang terbuat dari drum pemutar.

​ROAAARRR! (Suara auman bercampur suara bilasan air).

​Mesin itu melepaskan diri dari selang air, tumbuh kaki-kaki kecil dari pipa paralon, dan melompat ke arah Hana.

​"Mundur, Sayang," kata Ray santai.

​Ray melangkah maju satu langkah. Tangan kanannya merogoh saku jaket denimnya, mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit hitam tipis.

​Saat dia memakainya, garis sirkuit emas menyala redup.

​"Duduk!" bentak Ray.

​Ray meninju udara tepat di depan mesin cuci yang melompat itu.

​[Skill: Air Cannon (Dampak Udara)]

​DUG!

​Sebuah gelombang kejut tak terlihat menghantam mesin cuci itu di udara. Mesin itu terpental mundur, menabrak dinding keramik dengan keras hingga penyok.

​"Kiiiiik!" Mesin itu menjerit, memuntahkan busa sabun hijau ke lantai.

​"Hana, kunci dia!"

​Hana mengarahkan telapak tangannya ke lantai keramik yang basah.

​[Skill: Surface Lock (Kunci Permukaan)]

​Lantai keramik di bawah mesin cuci itu tiba-tiba melunak seperti lumpur hisap, lalu mengeras seketika, menjebak kaki-kaki pipa mesin itu di dalam semen.

​Mesin cuci itu meronta, tapi tidak bisa bergerak.

​"Selesai?" tanya Hana.

​"Belum. Intinya masih aktif," kata Ray. Dia berjalan mendekati mesin yang meronta itu. "Maaf, sobat. Tapi kau memakan kaos favoritku."

​Ray menempelkan telapak tangannya ke panel kontrol mesin itu.

​[Skill: System Purge (Pembersihan Sistem)]

​Listrik biru mengalir dari tangan Ray ke mesin itu.

​Zzzzzt!

​Mesin itu kejang-kejang sebentar, lalu layar merahnya mati. Gigi-gigi logamnya rontok kembali menjadi drum mesin cuci biasa. Air hijaunya kembali bening.

​[GLITCH TERATASI.]

[EXP: +50 (Sangat Kecil).]

[Drop Item: Koin Token Laundry (x10).]

​Ray memungut koin-koin yang dimuntahkan mesin itu. "Lumayan. Gratis nyuci seminggu."

​Pintu laundry terbuka. Seorang ibu-ibu tua masuk membawa keranjang baju. Dia melihat Ray yang berdiri di depan mesin penyok, dan lantai yang basah.

​"Anak muda!" seru ibu itu. "Kau merusaknya?!"

​Ray dan Hana saling pandang.

​"Uh... mesinnya meledak sendiri, Bi!" kata Ray cepat. "Kualitas jelek! Ayo, Hana, kita cari tempat lain!"

​Ray menyambar keranjang baju mereka (yang untungnya ada di mesin nomor 2 yang aman), menggandeng tangan Hana, dan lari kabur dari laundry itu sebelum dimintai ganti rugi.

​Di Sebuah Gang Sempit

​Mereka berhenti berlari, tertawa terengah-engah.

​"Itu... hampir saja," kata Hana, menyeka air mata tawanya. "Kau lihat wajah ibu tadi?"

​"Aku lebih khawatir tentang baju cucian kita yang masih basah," Ray mengangkat keranjang baju yang meneteskan air. "Kita harus menjemurnya di atap apartemen."

​Hana tersenyum, lalu ekspresinya berubah sedikit serius. "Ray... kau sadar tidak? Frekuensinya meningkat."

​Ray mengangguk, wajahnya menjadi serius. "Ya. Minggu lalu hanya Toaster yang mencoba menembakkan roti panas ke wajahku. Kemarin Vending Machine di stasiun. Sekarang Mesin Cuci."

​"Sesuatu sedang terjadi," Hana menatap langit malam Seoul. "Retakannya melebar."

​Ponsel Ray bergetar. Nada dering 8-bit yang nyaring memecah keheningan. Nama di layar: UJANG (BOSS).

​"Panjang umur," gumam Ray. Dia mengangkat telepon. "Halo, Bos. Kami baru saja selesai 'mencuci'."

​"Ray, tinggalkan cucianmu," suara Ujang terdengar serius, tidak ada nada bercanda. "Datang ke markas sekarang. Zero menemukan sesuatu. Sesuatu yang besar."

​"Sebesar apa? Sebesar naga emas?"

​"Lebih parah," jawab Ujang. "Sebuah Aplikasi."

​Markas Rahasia (Gudang Belakang Toserba New World)

​Ray dan Hana masuk ke dalam gudang toserba. Ujang menggeser rak mi instan, menampakkan pintu baja rahasia di belakangnya. (Ya, dia benar-benar membangun markas ala film mata-mata di belakang tokonya).

​Di dalam ruangan penuh monitor canggih, hologram Zero (si Hacker) sedang melayang di atas meja peta digital.

​"Selamat malam, pasangan merpati," sapa Zero datar. "Maaf mengganggu kencan kalian, tapi kita punya masalah Kategori 5."

​"Kategori 5?" Hana mengerutkan kening. "Itu setara dengan invasi monster fisik."

​"Secara fisik belum," kata Zero. Dia menjentikkan jarinya, menampilkan sebuah logo aplikasi di layar besar.

​Logo itu bergambar hati merah dengan pedang tertancap di tengahnya. Namanya: LOVE WAR: REALITY RPG.

​"Aplikasi apa ini?" tanya Ray.

​"Game seluler baru yang viral 24 jam terakhir," jelas Zero. "Sudah diunduh 1 juta kali di Seoul. Konsepnya sederhana: Pemain memindai lingkungan sekitar dengan kamera HP, dan mereka bisa melihat 'Monster' untuk diburu."

​"Seperti Pokemon Go?" tanya Ujang sambil memakan keripik.

​"Masalahnya," lanjut Zero dengan nada dingin. "Monster yang mereka lihat itu Nyata. Aplikasi ini memberikan 'Mata Sistem' kepada orang awam. Dan yang lebih parah... aplikasi ini memberikan Quest."

​Zero menampilkan satu contoh Quest dari layar pengguna.

​[MISI HARIAN: BURU PENGKHIANAT.]

[Target: Pasangan yang melanggar aturan alam.]

[Ciri-ciri: Pria dengan bekas luka di tangan & Wanita dengan mata Arsitek.]

[Hadiah: 1 Miliar Won (Tunai Nyata).]

​Ray dan Hana terdiam. Foto kandidat target muncul di layar. Itu foto candid mereka berdua sedang makan es krim di taman kemarin.

​"Tunggu," Ray mengepalkan tangannya. "Jadi maksudmu... sekarang seluruh penduduk Seoul yang main game ini sedang memburu kami?"

​"Tepat," kata Zero. "Dan pencipta aplikasi ini menggunakan nama samaran yang sangat familiar."

​Di bawah logo aplikasi, tertulis nama pengembang: K.M.H. ENTERTAINMENT.

​"Kang Min-Ho," desis Hana. "Dia belum mati?"

​"Datanya hancur," kata Zero. "Tapi sepertinya... Backup-nya selamat. Dan sekarang dia tidak ingin menjadi Tuhan lagi. Dia ingin menjadi Game Master yang membuat seluruh kota saling bunuh."

​Tiba-tiba, alarm markas berbunyi merah.

​[PERINGATAN PROXIMITY]

[15 PEMAIN TERDETEKSI DI DEPAN TOSERBA.]

​Ujang melihat ke layar CCTV. Di depan toserba, sekelompok remaja dan orang dewasa sedang memegang ponsel mereka, mengarahkannya ke pintu toko.

​"Aku melihat sinyalnya!" teriak salah satu remaja di luar. "Target ada di dalam! Serang dan dapatkan hadiahnya!"

​Mereka bukan monster. Mereka manusia biasa. Tetangga. Pelajar. Pekerja kantoran. Tapi mata mereka bersinar merah—tanda pengaruh hipnotis aplikasi.

​Dan mereka mulai melemparkan batu dan bom molotov (item dalam game yang bermanifestasi nyata) ke arah toserba.

​PRANG! Kaca depan toserba pecah.

​Ray menatap Hana. Hana menatap Ray.

​"Liburan selesai," kata Ray, menarik sarung tangan taktisnya lebih kencang.

​"Ujang, amankan pintu belakang," perintah Hana, jiwanya sebagai taktikwan kembali menyala. "Zero, coba retas servernya. Ray, kita hadapi mereka tanpa melukai parah. Mereka hanya warga sipil yang dikendalikan."

​Ray mengangguk. Dia mengambil sebuah payung hitam panjang dari tempat payung di sudut ruangan (senjata favorit barunya).

​"Ayo kita ajarkan mereka perbedaan antara Game dan Realita."

​Ray dan Hana melangkah keluar dari bayangan gudang, siap menghadapi kota yang kini telah berubah menjadi arena permainan maut.

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!