Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - My Hot Kakak Ipar
Jantung Rangga berdebar tidak karuan saat berada dalam pelukan Dita. Apalagi kepalanya tepat berada di dada perempuan itu. Rangga jadi tidak fokus, karena bisa merasakan benda kembar dan kenyal yang membuat naluri lelakinya bangkit.
Buru-buru Rangga menarik dirinya menjauh dari Dita. "Aku sudah mendingan. Kak Dita bisa pergi," katanya salah tingkah. Wajahnya memerah malu.
"Apa kau yakin? Wajahmu merah gitu loh," tanggap Dita. Dia mencoba menyentuh dahi Rangga lagi. Namun kali ini Rangga mampu menghindar dengan baik.
"Aku nggak apa-apa. Mungkin ini efek obat," kilah Rangga.
"Obat? Tapi kan kamu belum minum obatnya?" Dita masih keheranan.
"Aku memang begini kalau sebelum minum obat, Kak..." Rangga kembali membuat alasan yang tak masuk akal. Dia berharap Dita segera keluar dari kamarnya.
"Ya sudah kalau begitu." Dita beranjak dari kamar Rangga. Saat itulah Rangga mendengus lega. Cowok itu segera meminum obatnya dan kembali rebahan.
Gara-gara Dita, Rangga seolah melupakan kematian ibunya. Ia kesal kenapa dirinya bersikap begitu pada sang kakak ipar.
Dari pagi sampai tengah hari Rangga hanya rebahan. Karena obat, demamnya berhasil turun. Dia merasa lebih baik dari sebelumnya. Rangga bangkit dari tempat tidur. Dia berniat ingin ke dapur karena lapar.
Saat di dapur, Rangga melihat makan siang sudah tersaji di dalam tudung. Sepertinya Dita yang sudah memasak makanan itu. Rangga mengambil piring dan nasi di pemanas terlebih dahulu. Ia kemudian duduk di meja makan.
Tak lama, Dita keluar dari kamar mandi. Perempuan itu hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya. Memperlihatkan belahan dada dan pangkal pahanya yang putih mulus. Rambut Dita juga tampak basah menggoda. Gilanya lagi perempuan tersebut tersenyum dan mendekati meja makan.
"Uhuk! Uhuk!" Rangga yang sedang makan, sampai tersedak karena tak menyangka dengan penampakan aduhai itu.
"Eh, kamu nggak apa-apa, Dek? Minum dulu!" Dita menyodorkan gelas berisi air pada Rangga.
Rangga segera meminum air. Tepat saat batuknya sudah tak mengganggu.
"Sudah baikan?" tanya Dita.
Rangga mengangguk sambil menundukkan kepala. Dia tak berani menatap penampakan kakak iparnya yang seksi itu.
Namun saat hendak beranjak, Dita tak sengaja tersenggol kursi. Handuknya terlepas dan sukses memperlihatkan pepaya kembarnya pada Rangga. Buru-buru Dita memperbaiki handuknya.
"Kau tidak melihatnya kan?" tanya Dita dengan ekspresi serius.
"E-enggak, Kak." Rangga langsung menggeleng. Dia juga menenggak salivanya karena faktanya dirinya tadi sempat melihat pepaya kakak iparnya tanpa sensor.
Tanpa sepatah kata pun, Dita masuk ke kamar. Wajahnya agak merah karena sepertinya dia merasa agak malu dengan kejadian tadi.
Di sisi lain, Rangga dibuat begitu menggila dengan yang dilihatnya. Ia merasa senang sekaligus gelisah. Pikirannya tak berhenti membayangkan bagaimana bentuk gunung kembar sang kakak ipar.
"Nggak nyangka cukup besar ternyata," gumamnya. Dia sampai tak menghabiskan makan siangnya. Apalagi saat Rangga sadar kalau aset pribadinya langsung ngacung.
"Sialan," umpat Rangga. Dia memilih masuk ke kamar mandi. Di sana Rangga terpaksa melakukan olahraga tangan sambil terus membayangkan pepaya kembar Dita.
Di luar Dita keluar dari kamar. Dia sudah mengenakan pakaian lengkap. Dita menghampiri meja makan dan melihat piring Rangga yang menyisakan banyak makanan.
"Apa masakanku nggak enak?" gumam Dita yang merasa sedih.
Bersamaan dengan itu, Rangga keluar dari kamar mandi. Dia langsung kaget saat melihat Dita di meja makan.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari