NovelToon NovelToon
Reany

Reany

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aerishh Taher

Selama tujuh tahun, Reani mencintai Juna dalam diam...meski mereka sebenarnya sudah menikah.


Hubungan mereka disembunyikan rapi, seolah keberadaannya harus menjadi rahasia memalukan di mata dunia Juna.

Namun malam itu, di pesta ulang tahun Juna yang megah, Reani menyaksikan sesuatu yang mematahkan seluruh harapannya. Di panggung utama, di bawah cahaya gemerlap dan sorak tamu undangan, Juna berdiri dengan senyum yang paling tulus....untuk wanita lain.

Renata...
Cinta pertamanya juna
Dan di hadapan semua orang, Juna memperlakukan Renata seolah dialah satu-satunya yang layak berdiri di sampingnya.

Reani hanya bisa berdiri di antara keramaian, menyembunyikan air mata di balik senyum yang hancur.


Saat lampu pesta berkelip, ia membuat keputusan paling berani dalam hidupnya.

memutuskan tidak mencintai Juna lagi dan pergi.

Tapi siapa sangka, kepergiannya justru menjadi awal dari penyesalan panjang Juna... Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 : Reany, Juna dan Renata.

Pesawat mendarat tepat pukul sembilan malam. Lampu-lampu bandara ibu kota menyilaukan mata setelah perjalanan panjang dari kota kecil tempat pemakaman berlangsung.

Reani turun pertama, langkahnya cepat dan teratur. Doroti mengikuti di belakang sambil menyeret koper kecilnya, masih dengan gaya angkuh seperti biasa.

Begitu keluar dari terminal VIP, dua mobil hitam sudah menunggu.

Sopir keluarga Wijaya membuka pintu untuk Doroti.

“Silahkan masuk nona Doroti.”

Doroti menoleh pada Reani, mengedip genit—gaya bercanda khasnya.

“Besok kau kabari aku kalau ada drama baru, Rea.”

Reani hanya mengangguk tipis. “Pulanglah. Paman mu pasti mau laporan detail.”

“Sudah pasti,” jawab Doroti sambil masuk ke mobil. “Papamu itu lebih kepo daripada siapapun.”

Mobil Doroti melaju duluan.

Reani kemudian menuju mobil jemputan nya—Bentley hitam yang disiapkan oleh mamanya. Ya, Sisilia terlalu mencintai putrinya.

Sopir, membungkuk singkat.

“Selamat malam, Nona. Langsung ke mansion nona?”

“Ya,” jawab Reani. “bergegas, aku sudah sangat lelah.”

Mobil bergerak melewati jalan besar ibu kota. Gedung-gedung tinggi memantulkan cahaya, tapi Reani tidak memandang ke luar. Kepala bersandar di kursi, matanya setengah tertutup. Hari itu sudah terlalu panjang.

Setibanya di mansion miliknya—bangunan tiga lantai bergaya modern minimalis—sunyi, karena Reani belum memperkerjakan pelayan.

Sang supir mengucapkan.

“Selamat malam nona.”

Reani mengangguk tanpa banyak bicara. Ia langsung naik ke kamarnya, melepas coat, mencuci wajah, lalu masuk ke kamar tidur utamanya yang luas namun sunyi.

Tanpa memikirkan apa pun lagi, ia menjatuhkan diri ke kasur.

Reani terlelap.

___

Cahaya pagi mengisi kamar, tetapi tidak ada yang romantis di sana. Hanya sinar putih yang menembus tirai tebal.

Reani membuka mata perlahan. Kepala terasa berat sedikit, tubuhnya pegal akibat perjalanan dan drama hari sebelumnya.

Ia duduk di tepi ranjang, meraih tablet yang sudah penuh notifikasi dari beberapa mantan rekan kerjanya di Tekno

Ada juga panggilan tak terjawab dari Arian—dua kali.

Reani menghela napas. “Pagi yang sibuk.”

Ia bangkit, mengambil robe tipis, lalu berjalan ke kamar mandi. Air hangat mengalir, menghapus sisa-sisa kelelahan semalam. Setelah selesai, ia mengenakan kemeja satin longgar dan celana panjang nyaman.

Turun ke lantai satu.

Reani menyiapkan sarapan dan duduk di meja panjang. Menu sederhana saja—roti panggang, telur, dan kopi hitam. Ia makan pelan namun fokus, sambil melihat jam di pergelangan tangan.

Pukul 8.20.

Pikirannya mulai bekerja.

Pembicaraan Arian.

Surat gugatan.

Tekno Air.

Dan Juna.

Kopi terakhir ia teguk sebelum berdiri.

Lalu menelpon sang supir.

“Tolong siapkan mobil. Aku akan ke perusahaan Tekno pagi ini.”

Reani melangkah ke arah pintu depan. Ekspresinya tenang—tenang yang sangat dingin.

Hari ini, babak baru dimulai.

Dan Juna… akan menerima kejutan pertamanya.

____

Juna baru sampai di apartemen nya, ia baru saja tiba.

Ketika ponselnya berdering keras. Ia melihat layar—nomor kantor pengacara perusahaan.

“Pak Juna, kami baru menerima surat gugatan dari Nona Reani Wirajaya.”

Juna langsung tegak. “Gugatan apa?”

Suara di seberang terdengar ragu. “Tentang… buku pernikahan Bapak dan Ibu Reani. Nona Reani menduga dokumen itu palsu.”

Juna meremas ponselnya. “Tidak mungkin dia tahu.”

“Kami akan kirimkan detailnya,” lanjut pengacara. “Tapi ini cukup serius, Pak. Anda harus kembali ke kota secepatnya.”

Belum sempat napas Juna stabil, telepon berikutnya masuk. Kali ini dari direktur lapangan Teknos Air.

“Pak, proyek utama kita terhambat. Dana operasional tidak cukup. Pembayaran dari investor tidak masuk sesuai jadwal.”

Juna memejamkan mata. “Kenapa bisa tidak masuk?”

“Kami masih cari tahu. Dan satu lagi, Pak… Kontrak pengadaan yang seharusnya kita dapat minggu ini dialihkan ke perusahaan lain.”

Juna membuka mata, menahan amarah. “Dialihkan? Tanpa pemberitahuan?”

“Ya, Pak. Kami sedang cek ulang. Tapi kelihatannya ini bukan hal kecil.”

Ponsel hampir tergelincir dari tangan Juna. Semuanya datang bersamaan.

Renata yang sedang membereskan barangnya menoleh cepat. “Juna? Ada apa?”

Juna menarik napas berat. “Reani menggugat aku. Dia bilang buku nikah aku dengan nya palsu, aku rasa dia sudah tau.”

Wajah Renata langsung memucat. “Apa?! Gawat ”

“Itu baru satu. Proyek utama berhenti. Investor hilang. Kontrak lepas.”

Ia mengambil jaketnya, meski wajahnya masih kusut tanpa mandi sejak pagi.

“Aku harus ke perusahaan sekarang.”

Renata bergegas mendekatinya. “Ya, aku ikut.”

Juna mengangguk singkat, tanpa menatap. “Cepat bersiap. Kita tidak punya waktu.”

Ia berjalan keluar dengan langkah keras.

___

Mobil berhenti tepat di depan gedung Tekno Air—bangunan kaca tinggi yang pernah ia datangi hampir setiap hari saat masih menjadi bagian dari perusahaan itu.

Reani turun perlahan. Angin pagi menyentuh rambutnya, membuat helaian panjang itu sedikit bergeser. Ia berjalan masuk tanpa ragu, heels-nya mengetuk lantai lobby seperti nada ketukan yang memerintah.

Beberapa karyawan yang mengenalnya membeku. Ada yang menunduk, ada yang berbisik pelan, ada yang langsung menghindar.

Mereka ingat masa lalu Reani di sini… dan mereka juga mengingat live Reani beberapa hari yang lalu, sera rumor bahwa Nona Reani menggugat bos mereka.

Reani tidak peduli. Ia langsung menuju lift eksekutif menggunakan kartu akses.

Pintu lift terbuka di lantai paling atas—ruang direktur teknis yang dulu pernah menjadi area kerja Reani sebelum Juna mengambil alih.

Ia masuk ke ruangannya yang lama. Ruangan itu masih sama: rak yang rapi, meja kaca besar, dan jendela luas yang menghadap kota.

Reani membuka salah satu laci rahasia di bagian bawah lemari. Ada berkas tebal yang sudah ia siapkan sejak lama—dokumen pembelian saham 25% Tekno Air yang ia beli dari investor kecil beberapa tahun lalu.

Semua itu ia lakukan diam-diam.

Semata karena dulu ia ingin Juna menjadi pemegang saham terbesar. Semata karena ia ingin mendukung mimpinya.

Mimpi yang kini terasa seperti lelucon pahit.

Reani mengambil dokumen itu, menyimpannya ke dalam tas kulit hitamnya.

Sudah cukup.

Hari itu, Juna tidak lagi memiliki perlindungan darinya.

Ia melangkah keluar ruangan dengan ekspresi kosong—dan tepat di detik itu, lift di ujung lorong berbunyi.

Pintu terbuka.

Juna keluar dengan langkah terburu-buru, wajah pucat dan masih berantakan. Renata mengikutinya, menenteng tas tangan branded sambil melihat sekeliling penuh rasa tidak nyaman.

Suasana lantai itu berubah kaku.

Beberapa karyawan yang lewat berhenti. Ada yang menarik napas pelan, ada yang hampir menjatuhkan berkas—karena rumor itu ternyata benar.

Reani benar-benar datang ke perusahaan.

Renata berjalan paling depan seperti biasa, tetapi tatapan para karyawan menusuknya.

Bisik-bisik terdengar.

“Ternyata Nona Reani itu istri sah-nya Pak Juna…”

“Loh, jadi Bu Renata selama ini…?”

“Ya Tuhan… berarti dia selingkuhan…?”

“Pantas Reani menggugat…”

Renata mendengar semuanya. Wajahnya memanas, rahangnya mengeras, tapi ia pura-pura tidak peduli.

Juna tidak berani menatap kanan-kiri. Ia hanya ingin cepat sampai ke ruang rapat tempat pengacaranya menunggu.

Namun langkahnya terhenti.

Reani berdiri di depan pintu ruangannya, memegang tas, pandangan datar.

Mata mereka bertemu.

Dulu, pertemuan seperti itu penuh kehangatan.

Kini… hanya dingin yang menusuk.

Renata menelan ludah. Suara heels-nya terdengar tidak stabil.

“Reani… kau—”

Reani tidak melihat ke arahnya sama sekali. Pandangannya hanya pada Juna.

“Senang akhirnya kau pulang, Tuan Juna.” Nada suaranya halus, tapi dingin sampai menusuk kulit.

“Aku menunggumu.”

Juna merasakan tengkuknya berkeringat.

“Reani… kita—”

“Aku punya sesuatu untuk dibicarakan.” Reani mengangkat tas sedikit—menunjuk dokumen di dalamnya.

“Sesuatu yang sudah lama menjadi milikku.”

Juna tidak mengerti. “Dokumen apa?”

Reani tersenyum tipis. Senyum yang tidak pernah ia berikan lagi sejak malam itu—malam ketika cintanya mati.

“Dokumen tentang Tekno Air.”

Matanya menusuk.

“Perusahaan yang kau pikir kau bangun sendirian.”

Juna menegang.

Renata mengerutkan dahi, tidak mengerti apa pun.

Sementara itu, di belakang mereka…

Semua karyawan hanya bisa terdiam, menahan napas, menonton drama yang baru saja dimulai.

Drama yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.

bersambung....

1
Noor hidayati
wah saingan juna ga kaleng kaleng
Noor hidayati
ayahnya juna tinggal diluar kota kan,waktu ayahnya meninggal juna balik kampung,ibunya juna itu tinggal dikampung juga atau dikota sama dengan juna,ibunya juna kok bisa ikut campur tentang perusahaan dan gayanya bak sosialita,aku kira ibunya juna tinggal dikampung dan hidup bersahaja
drpiupou: balik Lampung bukan kampung beneran kak, maksudnya kita kecil gitu.
ibunya Juna itu sok kaya kak 🤣
total 1 replies
Noor hidayati
mereka berdua,juna dan renata belum mendapatkan syok terapi,mungkin kalau juna sudah tahu reani anak konglomerat dia akan berbalik mengejar reani dan meninggalkan renata
drpiupou: bener kak
total 1 replies
Noor hidayati
lanjuuuuuuuut
Aulia
rekomended
drpiupou
🌹🕊️🕊️👍👍👍👍
Noor hidayati
apa rambut yang sudah disanggul bisa disibak kan thor🙏🙏
drpiupou: makasih reader, udah diperbaiki/Smile/
total 2 replies
Noor hidayati
juna berarti ga kenal keluarga reani
drpiupou: bener kak, nanti akan ada di eps selanjutnya.
total 2 replies
Noor hidayati
definisi orang tidak tahu diri banget,ditolong malah menggigit orang yang menolongnya,juna dan renata siap siap saja kehancuran sudah didepan mata
Noor hidayati
lanjuuuuuuut
Noor hidayati
kok belum up juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!