NovelToon NovelToon
Shadow Of The Seven Sins

Shadow Of The Seven Sins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anak Yatim Piatu / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:160
Nilai: 5
Nama Author: Bisquit D Kairifz

Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.

suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.

apa yang menanti anzu didalam portal?

ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.

ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerajaan Vermillion

Langit di atas tampak kelam. Di perjalanan panjangnya, Anzu berjalan tanpa arah pasti, hanya ditemani desir angin dan bisikan amarah di dalam hatinya.

“Kerajaan Celestia...” gumamnya dengan nada getir.

“Jika aku ingin membalas dendam pada mereka... aku harus menjadi lebih kuat. Tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.”

Langkah kakinya berat, namun tekadnya tak tergoyahkan.

Tiba-tiba, suara itu muncul lagi. Suara misterius yang pernah berbicara di dalam tubuhnya — suara yang dulu mengganggu pikirannya di dunia asalnya.

“KAU MENGINGINKAN KEKUATAN UNTUK MEMBALAS DENDAM?”

suara berat dan bergema itu bertanya dari dalam pikirannya.

Jantung Anzu berdetak cepat.

“...Kau lagi.” bisiknya lirih, kemudian berteriak,

“CERITAKAN PADAKU! Bagaimana cara mendapatkan kekuatan itu?!”

“KAU HARUS MENCARI TUJUH SENJATA DARI TUJUH DOSA BESAR,” jawab suara itu pelan tapi tegas.

“KAU SUDAH MENDAPATKAN SALAH SATUNYA... SEKARANG, TEMUKAN ENAM LAGI.”

Anzu terdiam. Kata-kata itu bergema dalam pikirannya seperti mantra terlarang.

“Tujuh... senjata dosa besar?”

“Ya,” jawab suara itu.

“Masing-masing menyimpan kekuatan yang melampaui logika dunia ini... Tapi setiap senjata juga memiliki harga yang harus dibayar.”

Anzu menatap tangannya sendiri, yang bergetar oleh campuran emosi dan ambisi.

“Di mana aku harus mencarinya?” tanyanya cepat.

Namun begitu ia selesai bicara—

KEHENINGAN.

Suara itu menghilang seolah menertawakan keputusasaan Anzu.

“HEY! Di mana kau?! JANGAN MENGHILANG!”

teriaknya frustrasi, namun hanya angin yang menjawab.

Akhirnya, setelah berhari-hari berjalan tanpa arah, Anzu sampai di sebuah wilayah misterius yang selalu diselimuti malam.

Di depan matanya berdiri gerbang besar dengan simbol kelelawar raksasa.

“Kerajaan... Vermillion?” gumamnya perlahan.

Tak seperti tempat lain yang terang oleh siang, di sini, matahari tak pernah muncul. Langitnya selalu hitam kebiruan, diterangi oleh bulan merah raksasa yang seolah menatap setiap makhluk hidup.

Penduduknya — semua adalah vampir.

Namun ternyata, para vampir di sini hidup berdampingan dengan manusia, berkat perjanjian damai kuno. Mereka berdagang, berkeluarga, dan anak-anak vampir tampak berlari di jalanan gelap yang dipenuhi lentera merah.

Anzu yang kelelahan memasuki sebuah penginapan tua di pinggir kota.

“Permisi...”

“Oh, pengunjung rupanya,” jawab seorang vampir tua dengan suara serak lembut.

“Apakah kau ingin menginap, anak muda?”

“Iya... tapi bisakah aku membayar nanti? Aku sedang tak punya uang sekarang. Aku akan bekerja untuk melunasinya,” jawab Anzu dengan jujur.

Sang vampir menatap pakaian Anzu yang robek dan tubuhnya yang kotor. Ia mengangguk dengan senyum samar.

“Tinggallah saja dulu. Aku tidak keberatan. Lagipula... tempat ini jarang ada pengunjung nya.”

“Terima kasih...” ucap Anzu dengan nada tulus.

Setelah berbincang sebentar, sang vampir menatap Anzu dengan mata sayu.

“Kau manusia, bukan?”

“Ya. Kenapa, ada masalah?”

“Tidak, tidak... hanya saja, sebagian vampir masih membenci manusia. Tapi aku tidak.”

Ia berhenti sejenak, lalu menatap jauh ke arah jendela.

“Dulu... seorang manusia menyelamatkanku dari monster. Seorang ksatria gagah dan berhati baik.”

Anzu menunduk. Entah kenapa hatinya terasa hangat. Ia tidak tahu bahwa pria yang dimaksud adalah mantan komandan Ksatria Celestia — pria yang pernah ia anggap sebagai ayah.

Setelah mandi dan membersihkan diri, Anzu kembali ke ruang utama dengan pakaian yang masih robek.

“Hei nak, pakailah ini,” kata vampir tua itu sambil menyerahkan pakaian hitam elegan.

“Itu pakaian anakku. Aku harap cocok untukmu.”

“Apakah tidak apa-apa?” tanya Anzu.

“Tentu saja. Anggap saja sebagai hadiah.”

“Terima kasih... tapi di mana anak Anda?”

“Dia sedang bekerja. Oh iya, jika kau mencari pekerjaan,

mungkin ada satu yang cocok untukmu.”

“Pekerjaan apa?”

“Menjadi pemburu monster. Berbahaya, tapi bayarannya besar.”

Mata Anzu bersinar.“Pemburu monster... Kedengarannya bagus. Aku bisa berlatih sambil menghasilkan uang.”

“Hati-hati di luar sana, Anzu,” pesan vampir tua itu.

“Ya, tentu saja. Terima kasih untuk segalanya, Pak.”

---

Keesokan harinya, Anzu pergi menuju Guild Pemburu Monster. Begitu ia masuk, semua mata vampir di dalam ruangan langsung tertuju padanya. Tatapan penuh kebencian dan kecurigaan menusuk seperti belati.

Namun Anzu tak peduli. Ia hanya menatap lurus ke meja pendaftaran.

“Aku ingin mendaftar menjadi pemburu.”

Petugas guild, seorang wanita vampir berambut ungu, menatapnya dengan ekspresi dingin tapi profesional.

“Nama?”

“Hanashiro Anzu.”

“Ras?”

“Manusia.”

Beberapa orang vampir di ruangan itu terdengar mendecak pelan, tapi Anzu tetap diam.

Petugas itu menyerahkan kartu logam berukir lambang pedang dan sayap.

“Ini kartu anggota guild-mu. Simpan baik-baik.”

“Terima kasih. Boleh aku bertanya?”

“Silakan.”

“Monster apa yang paling berharga?”

Petugas itu menatapnya dalam, seolah ingin memastikan Anzu serius.

“Ada satu... Bloody Bear. Monster yang telah memakan puluhan pemburu. Mereka yang mencoba memburunya... tidak pernah kembali hidup-hidup.”

Anzu menelan ludah.

“Bloody Bear...?”

“Ya. Seekor beruang raksasa, dengan gigi sebesar belati dan tulang tajam menjulur dari punggungnya. Ia bukan sekadar binatang—ia haus darah.”

“Menarik,” ujar Anzu dengan senyum tipis.

“Terima kasih atas informasinya.”

---

Anzu kemudian berangkat ke hutan Vermillion. Pohon-pohon hitam menjulang, dan kabut merah menyelimuti udara. Monster kecil muncul—serigala malam, kelelawar liar—semua dikalahkannya dengan mudah.

“Hah... cuma monster tingkat rendah,” gumamnya, mengelap darah dari pedangnya.

“Di mana kau, Bloody Bear...?”

Langkahnya terhenti saat suara berat dan gemuruh terdengar dari balik pepohonan.

DOOM... DOOM... DOOM...

Dedaunan bergetar. Burung-burung malam beterbangan panik.

Dari balik kegelapan... dua mata merah menyala menatapnya dengan haus darah.

Anzu menggenggam senjatanya erat.

Senyum dingin muncul di wajahnya.

“Akhirnya kau muncul... Bloody Bear.”

1
Nagisa Furukawa
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
Bisquit D Kairifz: Semangat bree, walau masalah terus berdatangan tanpa memberi kita nafas sedikit pun
total 1 replies
Rabil 2022
lebih teliti lagi yah buatnya sebabnya ada kata memeluk jadi meneluk
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!