 
                            "Kamu selingkuh, Mas?" 
"Vina, Mas bisa jelaskan! Ini bukan seperti apa yang kamu lihat." 
"Bukan, terus apa? Kamu... kamu berciuman dengan perempuan itu, Mas. Terus itu apa namanya kalau bukan selingkuh?" 
***
"Vina, bukannya kamu mencintai, Mas?"
"Maaf! Aku sudah mati rasa, Mas." 
***
Vina, harus terpaksa pura-pura baik-baik saja setelah suaminya ketahuan selingkuh. Tapi, ia melakukan itu demi bisa lepas selamnya dari suaminya. 
Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, Vina tentu langsung melepaskan pria yang menjadi ayah dari anaknya. 
Kejam? Tindakan Dimas yang lebih kejam karena menghianati cinta sucinya. Padahal Vina selama menjadi istri tidak pernah menuntut apa-apa, ia selalu menjadi istri yang baik dan taat. Tapi ternyata ia malah diselingkuhin dengan mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iindwi_z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus benar-benar pergi.
Dimas tidak memaksa Vina memaafkan kesalahannya begitu saja. Ia tahu kesalahan sangat besar. Vina masih berada di rumahnya saja sudah lebih dari cukup. Dimas percaya seiring berjalannya waktu, Vina akan memaafkannya, akan kembali mencintainya seperti dulu.
Dimas juga tidak memaksa Vina untuk tidur dengannya, biar lah istrinya itu sementara waktu menenangkan diri.
Ah, Dimas juga terkadang gelisah karena sudah hampir satu minggu ini kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi. Dimas sudah tidak mendatangi Lara lagi, terserah dengan perempuan itu. Karena, ia tidak ingin Vina semakin marah.
"Agam, hari Minggu besok kita pergi piknik yuk! Sudah lama banget kita enggak pergi bersama-sama!" ajak Dimas, sengaja mau mengambil hati istrinya lewat anaknya.
Mendengar kata piknik Agam tentu langsung tersenyum lebar, ia sudah lama juga tidak pernah pergi dengan ayahnya itu. Tapi seketika senyum itu pudar mengingat ayahnya sekarang suka ingkar janji. "Benarkah Ayah? Apa ayah tidak sibuk? Ayah kan selalu sibuk tiap hari, Ayah suka pergi memancing sama teman-teman Ayah ketimbang sama Agam dan Bunda."
Dimas tersenyum kecil, mendengar pernyataan anaknya, ia seperti tertampar. Ia tidak akan menyalahkan istrinya yang berubah jadi pendiam sekarang. Karena kesalahannya benar-benar sangat fatal. Sudah mengabaikan anaknya, malah selingkuh dan memperhatikan anak orang lain.
"Maafkan Ayah ya!" lirih Dimas, mengelus rambut Agam dengan pelan. "Ayah enggak sibuk sekarang, Ayah ada waktu untuk Agam dan bunda. Tapi... Agam bilang sama bunda ya! Agam ajak bunda supaya mau ikut piknik bersama. Nanti kita pergi bertiga seperti dulu."
Agam mengangguk dengan semangat. "baik Ayah."
Dimas tersenyum lega, ia lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Agam. "Kalau bunda enggak mau, Agam harus paksa terus sampai mau ya! nanti, ayah belikan mainan juga kamu," bisiknya pelan.
"Baik Ayah, Agam akan bujuk bunda," seru agam, apalagi mendengar kata mainan baru, tentu ia tidak akan menolaknya.
***
Vina tersenyum melihat kehadiran anaknya. Anaknya itu terlihat bahagia sekali. "Kenapa?" tanya Vina lembut, ia tahu pasti ada yang sedang putranya itu inginkan.
Agam mendekat, duduk tepat di sebelah ibunya. "Bunda, kita pergi piknik yuk! Kita sudah lama sekali enggak pergi piknik," ujar Agam.
Vina diam untuk berfikir sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya. "Baik, nanti kita pergi dengan tante Sasi kalau begitu, biar ramai. Enggak enak kalau pergi cuma bedua."
Agam menggelengkan kepalanya pelan. "Agam enggak mau sama Tante Sasi Bunda!"
Dahi Vina berkerut, menatap anaknya dengan peranan. "Terus, masa kita pergi bedua saja ,sih? Apalagi naik motor panas sayang, kan enak sama tante Sasi, biar seru juga."
"Agam maunya pergi sama ayah, Bunda. Kita sudah lama sekali enggak pergi bertiga loh, Agam ingin piknik dengan Bunda dan ayah."
Vina kembali diam, bibirnya membentuk senyuman tipis. Bingung harus menjawab bagaimana. Melihat mata berbinar anaknya, ia tidak tega untuk menolaknya. Tapi, untuk pergi dengan suaminya, Vina masih begitu kesal.
Karena tidak ada jawaban dari ibunya, Agam kembali membuka suaranya. "Mau ya Bun...? Kita pergi piknik seperti dulu, kita pergi sama-sama seperti dulu."
Tangan Vina mengelus rambut Agam, bibirnya masih membentuk senyuman tipis. "Tapi ayah sibuk nak, ayah setiap Minggu kan selalu ada acara di luar. Jadi kita pergi bedua atau sama tante Sasi saja ya?"
"Ayah bilang enggak sibuk kok Bunda. Ayah ada waktu untuk piknik bareng keluarganya, katanya."
Dengan terpaksa Vina mengangguk, mungkin ia akan mengalah sebentar untuk anaknya. Bukan sudah memaafkan suaminya, tapi ini semua demi Agam.
***
Minggu itu tiba, Vina sudah menyiapkan bekal untuk mereka bawa pergi piknik. Wajahnya biasa saja, tidak menunjukan kebahagiaan seperti dulu saat pergi seperti ini.
Tapi tidak dengan Dimas, pria itu sejak tadi begitu bahagia. Tidak mempermasalahkan wajah Vina tidak bahagia seperti dulu, yang jelas ia akan selalu berusaha untuk mengambil hati istrinya.
"Sayang, kenapa kamu duduk di belakang?" protes Dimas tidak suka, padahal ia ingin Vina duduk disebelahnya.
Vina menatap suaminya sinis, ia tahu kalau pergi piknik itu hanya akal-akalan suaminya saja. "Mending aku di sini atau tidak masuk mobil ini?" jawabnya ketus.
Dimas menghela nafas pelan, akhirnya ia memilih tersenyum tipis. Tidak masalah di belakang, dan ia jadi supir, dari pada istrinya itu tidak mau satu mobil dengannya.
***
Setelah mobil Dimas berhenti, Vina langsung turun menggandeng tangan anaknya. Senyum terukir di bibirnya mendengar Agam bernyanyi dengan ceria. Ia tidak perduli dengan suaminya yang masih di mobil.
"Bunda, kenapa ayah ditinggal?" tanya Agam bocah itu celingukan mencari ayahnya.
"Ayah sudah besar ini, nanti pasti juga akan nyusul."
Agam mengangguk, dan kembali melanjutkan langkahnya dengan penuh ceria.
Vina sudah menggelar karpet yang dibawa, bahkan ia juga sudah membuka buah-buahan untuk dimakan anaknya itu. Vina membawa makanan banyak, karena biar bagaimanapun Dimas masih suaminya, dan Vina masih punya kewajiban untuk melayaninya. Meski... melayani di ranjang Vina belum bisa, ada rasa jijik saat mengingat suaminya sudah tidur dengan perempuan selain dirinya.
"Bunda, kok ayah belum datang sih?" tanya Agam, ia sudah menghabiskan satu kotak bekalnya, tapi ayahnya tidak kunjung datang.
Vina menoleh kebelakang, tidak mungkin kan kalau suaminya nyasar? Orang tempat ini sudah pernah mereka datangi, dan Vina juga selalu menggelar karpetnya di tempat yang sama.
"Agam," panggil Vina pelan. "Agam tunggu sini ya! Jangan kemana-mana, Bunda cari ayah dulu ya, takutnya ayah kenapa-kenapa." Meskipun marah dengan suaminya, tapi Vina masih punya hati, kalau tiba-tiba suaminya kesandung, atau menabrak pohon bagaimana?
"Baik Bunda."
***
Dimas baru saja melangkah mau menyusul istrinya, tapi langkahnya sudah di hadang Lara. Perempuan itu menatapnya dengan serius.
Dimas hanya berdecih, lalu melangkah menghindar, jangan sampai istrinya tahu ada Lara di sini juga. Bisa gagal ia mendapat maaf.
Dimas mendengus sebal, menatap Lara dingin saat langkahnya selalu dihadang. "Apa lagi sih Lara? Kita sudah tidak punya hubungan, jangan pernah datang lagi, aku tidak akan meninggalkan istriku!" hardik Dimas.
Lara tersenyum sinis. "Benarkah? Bukannya kamu yang bilang kalau suka dengan goyanganku? Bukannya kamu yang selalu minta nambah setiap bermain denganku?" ejek Lara.
"Jaga ucapmu Lara!" bentak Dimas, takut kalau sampai istrinya mendengar.
Lara tertawa sumbang, ia melangkah semakin dekat. "Apakah istri kamu sudah memberi jatah? Kalau belum, kamu bisa datang lagi padaku Dimas. Aku, sudah tidak peduli lagi dengan status. Aku..." Lara menjeda ucapannya, ia sudah tidak peduli lagi jadi murahan. Karena ia sangat kehilangan Dimas dan uangnya berberapa hari ini. Lara berjinjit, mencium bibir Dimas dengan memberi lumatan kecil.
Tubuh Dimas seperti kesetrum, bibirnya dengan pelan menyambut ciuman Lara, bahkan ia langsung menarik tubuh Lara untuk mendekat.
Vina terdiam, ia kembali meneteskan airmata. Tapi sekut tenaga ia melangkah pergi.
Sepertinya aku harus benar-benar pergi!
***
Note : Dimas benar-benar kau ya!
busettt pindah lobang sana sini moga moga tuh burung cepat pensiun dini biar nyaho
bahaya loh kalau kena tetangga ku dah mati dia pipis darah ma nanah terus melendung gede kasihan lihatnya tapi kalau ingat kelakuan nya ga jadi kasihan
aihhh suami mu vin lempar ke Amazon
semoga ntar karmanya persis seperti nama pelakornya "LARA", yang hidupnya penuh penderitaan apalagi dia punya anak perempuan
orang udah mati sekarang