NovelToon NovelToon
NIKAH PAKSA [Menghapus Fitnah]

NIKAH PAKSA [Menghapus Fitnah]

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Bad Boy
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mellisa Gottardo

Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.

"Sebentar, ini salah Paham!!."

"Kami bahkan ngga saling kenal."

Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.

Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.


Ikuti Kisahnya (⁠^⁠^⁠)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benih Cinta

Aurora keluar, memakai kimono handuk dengan wajah pucat dan lesu. Jejak kemerahan memenuhi tubuhnya, cara berjalannya juga terlihat kesulitan. Alvian melihat dan merasa bersalah, tapi sepertinya dia akan mendapat Omelan jika mengeluarkan suara saat ini.

Alvian masuk ke kamar mandi, Mulai membersihkan diri. Alvian merasa tubuhnya terasa ringan, bekas memar kemarin juga terasa lebih baik. Apa ini kekuatan Sunnah Rasul? Alvian jadi bersemangat.

Alvian keluar menggunakan Kimono handuk yang sama dengan Aurora. Melihat Aurora sedang mengeringkan rambut, Alvian mendekat untuk membantunya.

Aurora tidak mau pakai Hairdryer karena rambutnya gampang kusut jika langsung kering. Aurora sedang menggunakan vitamin rambut, jadi memilih mengeringkan dengan handuk saja secara perlahan.

Di wajah mereka masih ada plester motif, menutupi lebam yang mereka miliki pasca Perkelahian kemarin.

Aurora menatap dari cermin, melihat tatapan Alvian yang jauh lebih lembut dari biasanya. Aurora merasa gelisah, takut setelah ini Alvian akan semena-mena padanya, dia harus tetap cuek jangan sampai Alvian menyepelekannya, karena tau Aurora mulai memiliki perasaan padanya.

"Bentar.... berarti semalem kita bikin anak? nanti kalo bener bener dikasih anak gimana? kita kan masih sekolah." Gumam Aurora.

Alvian dan Aurora saling pandang, lalu keduanya melotot karena baru terpikirkan akan hal itu setelah semuanya terjadi.

"Itu.... bisa.. bisa Homeschooling kok." Alvian mencoba mencari jalan keluar.

"Ngga, kamu bilang gitu karena pengen puas selingkuh di sekolah kan." Aurora melirik sinis.

"Apaan, ngga kok." Kesal Alvian.

"Aku udah ngga percaya sama kamu. Hilang respect." Ujar Aurora.

Alvian hanya menghela nafas, meletakan handuk di meja rias. Lalu mengambil ponselnya, dia membuka kamera depan, mengarahkan ke wajah Aurora lalu Alvian mencium Pipinya.

Potret yang memperlihatkan muka itu terlihat manis, Alvian memposting di story. Foto itu terkesan Alvian lah yang kecintaan, karena Aurora melirik sinis seperti biasa.

"Udah deh, nggausah kebanyakan mikir. Sekarang gue udah waras kok, kemarin gue cuma balas Budi karena mikir Cindy pernah nolongin gue. Tapi setelah kejadian hari ini gue sadar, kayaknya pertolongan dia di masalalu juga rekayasa semata. Buat apa gue balas Budi sama orang licik kaya dia." Ucap Alvian, terlihat jujur.

"Emang di tolongin apa? di pinjemin uang?." Kepo Aurora.

"Hahahahah, gue mana mungkin kurang duit, waktu itu mirip mirip kaya kejadian kemarin. Bedanya gue belum baku hantam dan si Cindy dateng, dia berusaha lerai perkelahian itu aja." Ucap Alvian.

"Ohh gitu, ternyata kamu tau balas Budi ya." Aurora melirik penuh arti.

"Emang Dimata Lo gue ini apa, gue aja nikahin Lo tanpa banyak drama. Kurang gentle apa gue coba." Ucap Alvian sombong.

"Wih." Sinis Aurora, bertepuk tangan.

"Udah, mending hari ini kita main." Ajak Alvian.

"Males, badanku rasanya remuk. Aku laper banget, mau makan." Aurora bangkit dan masuk walk in closet.

Alvian membuntuti, Aurora merasa malu berganti pakaian bersama. Tapi dia berusaha cuek, jangan sampai dia terlihat salting.

"Hari ini mau makan apa? pesen diluar aja." Ucap Alvian.

"Ngga keburu, udah laper banget." Ucap Alvian.

"Yaudah nanti sore deh, pesen aja apa yang Lo pengen." Ucap Alvian.

"Pake uang siapa?." Lirik Aurora.

"Gue, sans." Ucap Alvian.

"Uang mu cuma sejuta, kalo abis jangan nangis." Ucap Aurora.

"Tinggal minta, sama Nyonya." Goda Alvian.

"Kok bisa kamu berubah dalam sehari? aneh banget, ini sandiwara ya? karena kamu pengen begituan sama aku." Ucap Aurora, menatap lurus, menuntut.

"Apa? Ngga, Ra. Gue bener-bener sadar dan ngerasa bersalah, Maafin gue. Gue minta maaf buat semua sikap gue ke lo selama ini." Ucap Alvian, menatap sungguh-sungguh.

"Nggatau, pokoknya kalo si Cindy masih berkeliaran. Aku ngga akan percaya sama kamu, mana mungkin lah aku percaya." Aurora keluar dari walk in closet, Turun ke meja makan.

Alvian mengusap wajahnya kasar, dia tau tidak semudah itu Aurora akan memaafkan. Apalagi melihat sikap ketus dirinya selama ini, mungkin Aurora sudah di fase muak dan mengira dia sedang bersandiwara untuk menutupi sesuatu.

Alvian keluar walk in closet, duduk di sofa kamar dan memainkan ponselnya. Berpikir bagaimana caranya meyakinkan Aurora jika dia sudah berubah.

Drtttt..

Drrtt...

Tiba-tiba ada panggilan masuk, itu teman tongkrongan Alvian. Alvian memang tidak membentuk geng atau semacamnya, tapi temannya banyak dimana-mana.

"Apa." Ujar Alvian datar.

"Gue sama yang lain ke mansion mau jengukin Lo, kenapa Lo ngga dirumah?." Ujar suara dari seberang sana.

"Ngapain?." cuek Alvian.

"Mau jengukin Lo, katanya Lo di keroyok kemarin." Ucapnya.

"Lo tau dari siapa?." Heran Alvian.

"Dari Cindy, dia nangis-nangis di sekolah bilang Lo di keroyok. Makanya kita jengukin, kata dia Lo Luka parah." Ucapnya.

"Ngapain lo percaya sama lonte." Sinis Alvian.

"Maksud Lo?." suara di seberang terlihat bingung.

"Lonte itu sendiri yang bayar orang buat ngroyok gue, Tunangan gue yang rela pasang badan buat gue sampe ikutan bonyok. Dengan ngga tau malunya tuh lonte nangis-nangis? Tunggu aja balesan dari gue." Ucap Alvian dingin, merasa darahnya mendidih.

"Sumpah?." Kaget mereka.

"Lo pernah liat gue bohong?! Udahlah bangsat, gue ga mood." Alvian menutup panggilan.

Melempar ponselnya ke sofa, lalu turun ke meja makan menyusul Aurora. Di meja makan, Aurora sedang makan dengan lahap. Alvian tersenyum tipis, lalu ikut bergabung dan makan bersama.

"Kok aku tiba-tiba di hujat?." Tanya Aurora polos.

"Buzzer." Ujar Alvian.

"Kok bisa si kamu berurusan sama orang NPD kaya dia, aku liatnya aja cape." Ucap Aurora, lelah sendiri.

"Itu cuma tantangan." Ucap Alvian datar.

"Tantangan? harus banget di ladenin? sampe 2 tahun itu tantangan apa?." Sinis Aurora.

"Huftthh... Jadi dulu ada yang nantang gue buat macarin anak baru, anak baru itu dia. Awalnya gue gamau, tapi mereka bilang bakal kasih gue game terbaru tanpa harus antri. Yaudah gue jabanin, ngga sampe satu hari dia langsung kena aja. Gue mau putusin seminggu kemudian, lagian gue juga ga anggep dia pacar gue. Tapi dia selalu pingsan karena asma setiap gue ngajak putus, terus dia selalu nolongin gue di saat Genting, gue jadi ngrasa bales Budi aja ngga lebih. Nomor dia aja ngga gue simpen, ga pernah sekalipun gue up dia ke sosmed. Gue serius, cuma ko satu satunya cewe yang ada di semua akun gue." Ucap Alvian jujur.

"Kamu ngga posting kan bukan berarti dia ngga posting. Foto kamu aja masih ada di akun dia." Lirih Aurora.

"Gue selalu komen minta hapus dan laporin postingan itu, tapi gue nggabisa handle semuanya. Yang penting kan gue ngga mengakui." Ucap Alvian.

"Ngga mengakui? dengan semua perhatian yang kamu lakuin ke dia di sekolah? semua orang juga tau kalo kamu emang pacaran sama dia, dan aku ini emang pelakor. Emang itu Faktanya kan." Ucap Aurora, muak.

"Oke, bilang Lo mau gue gimana?." Alvian frustasi.

"Kasih batasan tegas, kamu kan dingin dan cuek bersikap gitu ke semua orang!! Sama istri sendiri bisa, giliran sama mantan nggabisa. Kaya gitu kamu suruh aku percaya? Mending minum racun daripada jadi istri kamu." Aurora bangkit dan berlari ke kamar.

Deg.

Jantung Alvian mencelos mendengar ucapan Aurora, sesakit itu kah menjadi istrinya? Hatinya sakit dan berdenyut, dia merasa ada kawat besi yang mengikat lehernya.

Alvian merasa pandangannya kabur, dia berkedip dan merasakan ada cairan hangat yang luruh. Dia tersentak, tidak percaya melihat dirinya menangis hanya karena sepenggal kata.

"Sial." Batin Alvian.

Di kamar, Aurora duduk termenung di sofa. Hatinya merasa berat untuk mempercayai Alvian, sudah terlalu banyak dia mengetahui tentang pengkhianatan. Meskipun sudah mendengar penjelasan dari Alvian, dia tetap saja merasa sulit dan ragu untuk percaya semua itu.

Drrtt...

Drrt...

Ponsel Alvian terus bergetar menandakan ada panggilan masuk, dari nomor tidak di kenal. Lalu yang terkahir dari nomor teman Alvian, Aurora mengangkatnya dengan diam.

"Halo Al, Lo dimana sih? Ini Cindy nangis-nangis pengen ketemu sama Lo. Dia mau jelasin katanya." Ucap suara di seberang, ada suara isak tangis perempuan juga.

Aurora tersenyum dingin, bahkan di saat sudah terpojok pun Cindy masih bermental baja. Dari mana dia bisa tebal muka seperti itu, benar benar membuatnya geli.

"Halo, Al.. Lo denger ngga sih." Ucapnya lagi.

Aurora terus diam, Alvian masuk ke kamar melihat Aurora sedang memegang ponselnya dan menerima panggilan seseorang. Alvian mendekat, dengan santai.

"Siapa Sayang?." Suara Alvian cukup keras.

Aurora tersentak, lalu menoleh dengan kaget. Apa tadi katanya? Sayang? Apa yang direncakan oleh Alvian kali ini.

"Apa sih." Ketus Aurora.

"Kenapa Sayangku, siapa yang telepon?." Ucap Alvian lagi.

"Apasih geli banget." Aurora tetap jutek.

"Mana aku tau, kan ini Hpmu." Aurora terlihat cuek bebek.

Alvian mengambil ponselnya, lalu mulai bicara dengan nada yang berbeda. Nada yang kembali dingin menusuk.

"Apa lagi sih." Ucap Alvian, kesal.

"Ini... Cindy nangis___

"YA URUSANNYA SAMA GUE APA BANGSAT!! MAU NANGIS MAU MATI, CARI ORANGTUANYA SANA EMANG DIA YATIM PIATU APA. LO PIKIR GUE PSIKOLOG." Bentak Alvian keras, bahkan Aurora sampai terkaget-kaget.

"Sabar Al... dia cuma mau jelasin__

"BACOT!!! BOKAP GUE UDAH NGANTONGIN SEMUA BUKTI, TUNGGU AJA BALESAN DARI GUE. BILANG SAMA TUH JALANG ASMA, SELAMA INI GUE BUKAN PERHATIAN TAPI GUE CUMA BALAS BUDI. TAPI GUE SADAR SEKARANG, SEMUA PERTOLONGAN DIA ITU REKAYASA, DAN GUE UDAH DAPETIN SEMUA BUKTINYA. BILANG SAMA DIA NGGAUSAH KEPEDEAN, PAKE SEWA BUZZER BUAT HUJAT CEWE GUE. ANAK ANJING, MATI AJA SANA."

Tut.

Alvian menutup panggilan, setelah membentak dengan brutal. Di tempat Cindy berada, dia sudah pucat pasi dia juga marah. Dia cemburu dengan nada cinta yang sempat dirinya dengar dari Alvian untuk Aurora, dia merasa marah dan tidak bisa tinggal diam. Alvian itu miliknya.

1
Umi
semoga yang ini temannya solid🙏
Umi
semangat thor💪
Umi
effort nya boleh deh🤭
Umi
susah banget ngalahin cindy🤭
Umi
semangat aura
Umi
jangan hamil dulu, masih kecil
Umi
Semoga mereka bahagia
Umi
JANGAN DI MAAFIN THOR
Umi
Duh🤭
Umi
Mampus😄
Umi
aku malah salfok sama visualnya, padahal pake cici kok bisa mukanya konsisten 🙏😄
Umi
Buat Alvian nyesel thor🤭
Umi
Semangat Aurora💪
Pecinta Novel
BACAAA!!!!!! REKOMEN BGTTT BGTT!!!
Pecinta Novel
Oke effortnya lumayan
Pecinta Novel
Pen gue cekek si Cindy😡
Pecinta Novel
Oke, Cindy Anzing😭😡
Pecinta Novel
masih abuabu si alvian🤨
Mellisa Gottardo: abu-abu monyet 🤣
total 1 replies
Pecinta Novel
AUTHOR NYA RADA RADA INI, masa langsung di kasih 😭
Mellisa Gottardo: sabaarrr🤣
total 1 replies
Pecinta Novel
JANGAN MAAFIN RAAAA😡
Mellisa Gottardo: UPS heheh🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!