NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Flashback On...

Anisa dan Bayu sudah berpacaran selama 4 tahun mereka berpacaran saat masih SMP. Anisa sudah sering mendengar dari desas-desus yang beredar di sekitar teman-temannya bahwa mereka sering melihat Bayu dan Weni berduaan di gudang belakang sekolah bahkan banyak yang bilang jika mereka melihat Bayu dan Weni Tengah berciuman. Namun Anisa tidak mau percaya begitu saja karena ia yakin bahwa Bayu sangat mencintainya.

Hari itu langit tampak mendung, seolah tahu akan ada hati yang akan hancur sore itu. Anisa berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi setelah jam pelajaran terakhir usai. Di tangan kirinya masih tergenggam buku catatan yang biasanya ia pinjamkan pada Bayu, kekasih yang sudah empat tahun ia percayai sepenuh hati.

Seharusnya ia pulang bersama Bayu seperti biasanya, tapi hari ini Bayu beralasan harus mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Namun, ada sesuatu di dada Anisa yang terasa sesak. Entah kenapa, langkahnya malah membawanya ke arah belakang sekolah, tempat yang jarang dilewati siapa pun.

Dari kejauhan, samar-samar ia mendengar suara tawa seorang perempuan. Lalu terdengar suara laki-laki yang sangat ia kenal, suara yang selama ini menenangkan hatinya. Bayu.

Anisa berhenti di depan pintu gudang tua yang sedikit terbuka. Saat ia mendekat, suara decapan lembut membuat seluruh tubuhnya menegang. Jantungnya berdetak kencang tak karuan. Ia menunduk dan mengintip melalui celah kecil di pintu itu dan dunia seakan berhenti berputar.

Bayu sedang berciuman dengan salah satu sahabatnya yaitu Weni.

Sahabat yang selama ini selalu ia ceritakan tentang kisah cintanya sendiri. Weni yang selama ini menasihati, menenangkan, dan bahkan menyemangatinya agar tidak menyerah pada Bayu.

Anisa menahan napas, air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Ia membuka pintu gudang dengan keras hingga keduanya terlonjak kaget—namun hanya sebentar. Karena tak lama kemudian, Bayu justru tersenyum sinis.

“Udah tahu juga akhirnya?” ucap Bayu enteng, menatap Anisa dengan pandangan yang sama sekali tak menunjukkan penyesalan.

Anisa menggigit bibirnya, suaranya bergetar.

“Bayu... kenapa? gue pikir lo...kita...”

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, Weni menatapnya dengan tatapan meremehkan.

“Udahlah, Nis. Jangan pura-pura nggak ngerti. Dari dulu Bayu cuma butuh lo buat bantuin dia ngerjain tugas. lo pikir dia beneran suka sama lo?”

Anisa menatap Bayu dengan mata berkaca-kaca, menunggu setitik penjelasan, penyangkalan yang mungkin akan keluar dari mulut bayu. Tapi yang ia dapat hanyalah tawa dingin.

“Weni bener. lo itu cuma alat buat gue lulus dengan nilai bagus. gue bosen sama lo, Nis. lo terlalu polos, terlalu gampang dibodohin. Dan sebenarnya gue nggak pernah suka sama lo gue hanya mau manfaatin lo biar nilai gue bagus."

Deg.

Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk tepat di jantungnya. Anisa merasakan seluruh dunia runtuh menimpanya. Tanpa sepatah kata pun, ia berlari meninggalkan tempat itu, menembus gerimis yang tiba-tiba turun, membiarkan air matanya bercampur dengan hujan.

Sementara di belakang sana, Bayu dan Weni hanya tertawa tanpa tahu bahwa hari itu, mereka telah menghancurkan gadis yang paling tulus mencintai mereka.

Flashback off...

Sore itu, setelah kuliah selesai, Anisa kembali ke rumah besar keluarga Bima. Rumah itu mewah, dikelilingi taman luas dan kolam ikan di halaman belakang. Tapi bagi Anisa, tempat itu lebih terasa seperti museum, indah, tapi sunyi dan dingin.

Begitu ia masuk, Bu Ratna langsung menyambutnya dengan senyum hangat.

“Nisa, Nak, baru pulang? Capek, ya? Mau mama buatkan teh?”

Anisa membalas senyumnya sopan. “Nggak usah repot, ma. Aku bisa buat sendiri.”

“Tetap aja, kamu tamu istimewa di rumah ini,” kata Bu Ratna lembut. “Semoga Bima nggak bersikap terlalu dingin sama kamu, ya. Dia memang agak keras kepala. Tapi aslinya dia baik kok. Makasi ya kamu udah mau datang kesini.”

"Iya ma."

"Gimana sikap Bima sama kamu?, dia baik kan?"

Anisa hanya bisa tersenyum kecil. “Mas Bima orangnya sibuk, Ma. Aku juga mengerti.”

Bu Ratna menatapnya lekat-lekat, lalu berkata pelan, “Entah kenapa, mama ngerasa kamu seperti bagian dari keluarga ini. Mama harap… suatu hari nanti, kamu dan Bima bisa saling mencintai dan hidup bahagia.”

Anisa menunduk dalam. Ia ingin menjawab, tapi kata-kata itu terlalu berat untuk diucapkan.

Malam itu, Anisa duduk di tepi ranjang besar yang mereka, tapi tak benar-benar mereka tempati bersama.

Kamar itu adalah kamar Bima yang terbagi dua suasana, sisi kanan penuh dengan barang-barang pribadi Bima yang tertata rapi, sisi kiri berisi deretan lemari pakaian.

Ia melihat kontrak yang ditandatanganinya, yang selalu ia bawa dalam tas nya, melipat nya kecil dan meletakan nya di dalam buku harian nya.

Enam bulan.

Waktu yang terasa panjang, tapi juga sangat pendek untuk hidup tanpa cinta.

Anisa menatap cermin di hadapannya, melihat wajahnya sendiri, mata yang dulu penuh semangat, kini tampak redup tapi masih menyimpan keteguhan.

“Kamu bisa, Nis,” bisiknya pada bayangan di cermin. “Kamu cuma perlu bertahan enam bulan.”

Di luar kamar, langkah kaki Bima terdengar samar. Pintu terbuka sebentar, lalu tertutup lagi.

Tanpa menoleh pun Anisa tahu jika itu adalah Bima.

"Kenapa lo nggak ngasih tahu gue kalau lo ada di sini?."

"Maaf Mas tadi Mama yang minta aku buat nginap di sini."

"Terus kenapa lo nggak ngabarin gue?."

"Gimana Saya mau ngabarin kalau saya nggak punya nomor telepon mas."

"Alasan aja lo." Laki-laki itu pun pergi ke kamar mandi dan tak berselang lama ia sudah keluar dengan hanya mengenakan handuk kemudian berjalan ke walk and closed mengganti bajunya dengan yang lebih santai.

Bima tampak santai saja melewati Anisa dengan menggunakan handuk saja, sedangkan Anisa berusaha keras untuk tidak melihat semua itu. dan ia pun memalingkan wajahnya.

"Ayo turun ke bawah untuk makan malam, Karena Mama udah nungguin kita sedari tadi. dan ingat lo harus bersikap sewajarnya di depan orang tua gue jangan sampai mereka curiga."

"Baik mas, saya mengerti."

Bagi Anisa, itu sudah cukup.

Setidaknya malam ini, ia masih punya ruang untuk berharap bahwa suatu hari nanti, ia tidak perlu lagi hidup di antara kebohongan. dan semoga waktu cepat berlalu dan mereka akan segera berpisah dan Anisa akan memulai hidupnya yang baru tanpa adanya kebohongan lagi. Anisa benar-benar merasa bersalah kepada Ratna yang sudah sangat baik kepadanya. bagaimana nantinya jika Ratna tahu bahwa mereka hanyalah nikah kontrak, Anisa tidak bisa membayangkan semua itu.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!