Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12: Jangan Bicara!
“Seseorang, cepat panggilkan tabib!” teriak Shu Yue saat tiba di Kediaman Shu.
Orang-orang seketika menoleh. Teriakannya menarik perhatian Nyonya Shu dan Tuan Shu yang sedang berkumpul di aula, sedang mengadakan sidang keluarga untuk Shu Mengli dan Selir Fang.
Tabib istana yang memeriksa mengatakan kalau Shu Mengli tidak sakit dan saat itulah kebohongannya terbongkar. Tuan Shu sangat marah dan mengumpulkan ibu dan anak itu di aula.
“Siapa yang terluka?” tanya Tuan Shu.
“Tuan, Nona Keempat membawa seorang gadis yang terluka kemari dan ingin memanggil tabib untuknya,” jawab Bibi Zhou.
“Oh, kau bantulah dia,” ucap Nyonya Shu. “Panggil A Yue kemari.”
Bibi Zhou mengangguk. Gadis yang terluka dibawa ke Paviliun Haitang untuk diobati. Shu Yue dipanggil ke aula.
Namun, yang datang bukan hanya dia sendiri, melainkan dua orang yang lain yang juga ikut masuk ke dalam untuk menonton keramaian.
Tuan Shu membelalak saat melihat kedua orang yang berjalan di belakang putrinya. Ia berdiri hendak mengatakan sesuatu untuk menyambut, namun isyarat tangan Pei Yuanjing membuatnya mengurungkan niatnya.
Tuan Shu terpaksa duduk lagi. Ia berkeringat, merasa malu karena membiarkan kedua leluhur suci itu melihat sesuatu yang buruk di kediamannya.
Mimpi apa dia semalam sampai kedatangan Kaisar Muda dan Pangeran Pemangku? Bahkan leluhur Keluarga Shu pun belum tentu pernah menerima kehormatan seperti ini.
“Mengapa kau ikut masuk kemari? Aku berterima kasih atas bantuanmu, tapi ini urusan keluargaku,” ucap Shu Yue saat tahu pria bertopeng dan keponakannya itu ikut masuk ke dalam aula.
“A Yue, jangan tidak sopan. Biarkan Tuan Muda dan Tuan Muda Kecil itu masuk,” tegur Tuan Shu.
Melihat respon Tuan Shu yang seolah takut melarang kedua orang itu masuk, Shu Yue langsung paham bahwa posisi keduanya jelas lebih tinggi dari ayahnya sendiri.
Identitas mereka pastilah istimewa. Shu Yue sudah bisa menebak, namun untuk saat ini lebih baik dia pura-pura tidak tahu saja.
Pei Ziyan mengangguk kecil. Shu Wenjing ini masih tahu aturan, tahu waktu untuk tidak bicara di saat yang tidak tepat.
Ia menunjukkan minat yang besar terhadap urusan keluarga seperti ini. Menyidang selir dan putri tidak sah, Pei Ziyan juga sering melihatnya dahulu saat ibunya atau ibu pamannya menyidang para selir di halaman belakang.
“Mengapa Adik Kelima duduk di lantai? Ayah, lantainya dingin dan penyakit Adik Kelima belum sembuh. Sebaiknya jangan biarkan dia terkena dingin.”
Ditatapnya Shu Mengli yang menunduk dan hampir menangis dengan polos. Selir Fang terlihat gemetar, takut, dan khawatir.
Ia tidak bisa menatap Tuan Shu dengan berani dan terang-terangan. Bagaimanapun, kebohongan sudah terbongkar. Mengatakan apapun hanya akan terdengar seperti alasan.
“Heh, penyakitnya memang tidak sembuh-sembuh, sampai butuh tabib istana untuk mengobatinya!” dengus Tuan Shu.
Di depan Pangeran Xuan dan Kaisar Muda, dia malu karena tidak bisa menahan emosinya. Padahal dia selalu tenang karena merupakan seorang Kepala Sensor Kerajaan, tapi bahkan dia tidak bisa mengatur keluarganya sendiri.
“Tabib istana sudah datang?”
“Aku khawatir penyakit adikmu parah, jadi memohon izin pada Kaisar untuk meminta bantuan tabib istana. Hasilnya bagus sekali!”
Tuan Shu menatap tajam pada Selir Fang dan Shu Mengli. “Kalau tabib istana tidak datang, dia akan tetap sakit sampai kediaman ini runtuh!”
Shu Mengli bergetar ketakutan. Baru kali ini dia melihat amarah besar ayahnya.
Selama ini, dia selalu dikasihi dan disayangi, tidak pernah dibentak. Bahkan saat membuat keributan, ayahnya dan Nyonya Shu tidak pernah mempermasalahkannya lebih lanjut.
Setiap kali berbuat onar, dia hanya akan ditegur biasa. Tidak disidang di ruang keluarga seperti ini, bahkan sampai membiarkan orang luar masuk melihatnya.
“Katakan, apakah kau sengaja pura-pura sakit karena protes aku menjemput kembali A Yue?”
“Ayah, A Li tidak berani. Mana mungkin A Li melakukan itu,” elak Shu Mengli. Suaranya bergetar.
“Benar, Tuanku. A Li tidak mungkin melakukan itu,” bela Selir Fang. “A Li selalu penurut dan penyayang. Dia tidak mungkin tidak ingin Nona Keempat kembali ke kediaman.”
“Jadi maksudmu, putriku membawa sial dan menyebabkan putrimu sakit? Atau kau ingin mengatakan tabib istana berbohong?” Nyonya Shu berkata dengan nada serius.
“Bu-bukan begitu, Nyonya. Ini hanya salah paham.”
Nyonya Shu menarik napasnya. Ada kemarahan terpendam dalam hatinya. Demi menghormati Nyonya Tua, dulu dia bersedia dimadu.
Bahkan tidak ribut saat tahu suaminya dijebak untuk tidur di kamar selir sampai melahirkan anak perempuan. Tapi, Fang Shi dan Shu Mengli malah tidak bersyukur, terus membuat keributan dan mencoba berbagai cara untuk mencegah Shu Yue kembali ke kediaman.
Dia tidak bisa menahannya lagi. Putrinya sudah cukup dianiaya dan diasingkan, dibuat menderita belasan tahun di pedesaan, kehilangan semua hal yang harusnya dia dapatkan.
“Putriku sudah menderita di pedesaan selama belasan tahun. Kau menikmati kemewahan di sini, dengan pakaian dan makanan yang cukup. Apakah kau tidak tahu cara bersyukur? Fang Shi, seperti inikah caramu mendidik putrimu?”
“Nyonya, tolong jangan salah paham. Kami sama sekali tidak pernah berpikir untuk mengeluh. Tuan, mohon selidiki dengan bijak. A Li dan aku tidak mungkin punya pikiran buruk itu,” ucap Selir Fang sambil menangis.
Air matanya terlihat menyedihkan seolah dialah yang paling menderita. Shu Yue tahu ibu dan anak itu mencoba bertahan hidup. Namun, cara yang mereka gunakan salah.
Shu Yue tidak pernah ingin menjadi orang yang merenggut nyawa atau kehidupan orang lain. Dia juga ingin hidup. Hanya saja, dia harus menjadi keras hati jika ingin membalas semua rasa sakitnya.
“Tidak punya pikiran buruk? Apakah kau sungguh mengira aku tidak tahu apa yang sudah kau perbuat saat A Yue dalam perjalanan kembali ke ibu kota?” Tuan Shu menggebrak meja sampai membuat Selir Fang dan Shu Mengli terkejut.
Semuanya sudah diselidiki. Bandit-bandit yang menyergap Shu Yue di perjalanan dari Dingzhou ke Jingdu adalah para pembunuh bayaran yang dipakai Selir Fang untuk mencegahnya kembali ke kediaman. Wanita dengan hati yang kejam seperti itu sama sekali tidak pantas menjadi seorang ibu dan tidak pantas tinggal di Kediaman Shu.
“Tu-Tuan…”
Selir Fang tidak mampu mengelak karena kalah wibawa dengan Tuan Shu. Kalau sudah diputuskan diselidiki, maka semuanya sudah pasti terungkap.
Tidak ada gunanya mengelak. Selir Fang menyesal tidak mengutus pembunuh yang lebih cakap untuk melenyapkan Shu Yue.
“Masih ingin mengelak?” Nyonya Shu bertanya dengan dingin.
“Tuan, Nyonya, semua yang aku lakukan adalah atas pemikiranku sendiri. Ini semuanya tidak ada hubungannya dengan A Li. Jika ingin menghukum, hukum aku saja. A Li tidak bersalah, mohon Tuan dan Nyonya berbelas kasih!”
Tuan Shu dan Nyonya Shu memejamkan mata sejenak untuk mengendalikan emosi. Salah mereka karena tidak mendidik selir dengan baik, hingga berani berbuat jahat dan hatinya menjadi kejam. Selama bertahun-tahun ini, sudah banyak kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya.
“Orang yang menjadi korban adalah A Yue. Kau seharusnya meminta pengampunan darinya,” ucap Tuan Shu.
“A Yue, putuskan sendiri hukuman untuk Fang Shi,” ujar Nyonya Shu.
Shu Yue menatap Selir Fang dan Shu Mengli secara bergantian. Walau mata mereka mengeluarkan air mata, namun ia bisa melihat jelas di dalamnya terdapat kebencian dan rasa tidak terima.
Sandiwara pura-pura menyedihkan dan mengaku bersalah untuk menyelamatkan diri ini sungguh dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kalau begitu, jangan salahkan dia yang juga bersungguh-sungguh dalam memberikan hukuman.
“Karena ayah dan ibu sudah bicara, maka semuanya terserah ayah dan ibu saja. Aku bisa kembali dengan selamat pun sudah merupakan anugerah yang luar biasa.”
Keduanya tersentuh akan kemurahan hati dan pengertiannya. Tak disangka, gadis yang dibesarkan di desa dan jauh dari orang tua justru punya hati yang lebih pengasih dan lebih punya pikiran jernih dibandingkan gadis yang dibesarkan di kediaman dan sehari-hari mendapatkan pengajaran.
“Kalau begitu, kirim Fang Shi ke pedesaan. Adapun untuk Mengli, kau bisa tetap tinggal. Renungkan kesalahanmu baik-baik dan jangan melakukan kesalahan lagi di masa depan!” ucap Tuan Shu.
“Ayah, jangan pisahkan aku dengan ibu,” Shu Mengli menangis dengan kasihan. Jika ibunya pergi, bagaimana dia akan hidup dengan baik di sini?
Shu Yue pasti tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Walau terlihat polos dan patuh, hatinya pasti sangat kejam.
Sikapnya itu hanya pura-pura. Diam-diam dia pasti senang berteriak gembir karena berhasil mengusir selir ayahnya dan mengembalikannya menjadi suami satu-satunya ibunya.
“Pelayan, bawa Nona Kelima kembali ke kediamannya. Kurung dia selama satu bulan agar dia menyadari kesalahannya!”
Setelah Shu Mengli dan Selir Fang dibawa pergi, situasi berangsur-angsur menjadi tenang. Emosi Tuan Shu dan Nyonya Shu mulai mereda.
Pei Ziyan mencubit tangan pamannya dan berbisik, “Paman, pertunjukannya sudah berakhir. Sampai kapan Paman akan duduk di sini dan menonton?”
“Xiao Yan, ini belum berakhir.”
“Oh?”
“Keluarga pihak ibu dari Fang Shi adalah Keluarga Shen. Istri kedua Adipati Muda Ling adalah yatim piatu dari Keluarga Shen. Xiao Yan, menurutmu apakah dia akan diam saja melihat kerabatnya diusir keluar dari Kediaman Shu?”
“Tapi, keluarga pihak ayah Fang Shi juga kerabat ibunda. Ibunda diam saja, dia tidak ikut campur dalam urusan keluarga cabang.”
“Itu berbeda.”
Percakapan itu berakhir begitu saja. Shu Yue ingat kalau tabib istana masih di sini dan ia butuh seseorang untuk menolong Taohua.
Sekalian saja ia meminta bantuan. Ditatapnya Pei Yuanjing dan Pei Ziyan, seolah dia tahu bahwa dia membutuhkan izin dari kedua orang itu.
“Apakah kau ingin meminta bantuan tabib istana untuk mengobati gadis itu?” tanya Pei Ziyan.
“Apakah boleh?”
Tuan Shu menyaksikan dengan perasaan waswas. Yang dimintai bantuan oleh putrinya adalah orang besar, para leluhur kecil dari Kerajaan Dongyu.
Meski tidak tahu mengapa Shu Yue bisa bersama mereka, ia yakin itu bukan sesuatu yang buruk. Putrinya juga sepertinya sudah memahami sesuatu.
“Tentu. Kau menyelamatkan gadis itu dengan mempertaruhkan reputasi dan keselamatanmu. Kakak cantik, kau punya hati yang penuh kasih.”
Shu Yue menghela napas lega. Pei Ziyan lantas menatap Pei Yuanjing. “Paman, mari kita pulang.”
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣