Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Mengobati Luka
Saat akan membawa Valeria masuk ke dalam mobil. Raffaele kembali menarik wanita tersebut, mendekapnya dan menjatuhkan diri ke bawah. Dan semua itu dibarengi dengan suara tembakan dan teriakan Valeria.
Wanita itu menutup kedua matanya takut. Tangannya mencengkram kuat di kemeja berwarna hitam milik Raffaele dalam keadaan mereka saat ini.
"Sh*t! Siapa mereka?" Ucap Raffaele.
Posisi mereka masih berada di bawah. Dengan Valeria berada atas tubuh pria tersebut. Tubuhnya bergetar ketakutan.
"Tuan!" Gilbert mendekat khawatir.
"Tuan tidak apa-apa?" Lanjutnya. Ia ingin membantu tapi karena posisi Valeria masih memeluk erat Raffaele, membuat pria tersebut mengurungkan niatnya.
"Bangun dari atas tubuhku!" Ucap Raffaele, mengangkat tubuh Valeria dari atasnya.
"Aku takut. Bawa aku pergi dari sini. Ini tempat apa sebenarnya?" Balas Valeria suaranya gemetar ketakutan.
"Diam! Tidak usah banyak bicara. Masuk sekarang juga!" Raffaele mendorong tubuh Valeria. Memasukannya ke dalam mobil segera. Baru setelahnya dirinya dan disusul Gilbert.
Mereka melakukannya dengan hati-hati. Apa lagi, beberapa kali tembakan masih terdengar mengarah ke mereka.
Di tempat lain, seorang pria paruh baya mengumpat kesal. Lagi-lagi ia gagal mencelakai Raffaele. Padahal tadi sedikit lagi hampir berhasil. Tapi pria itu sangat peka sekali dengan sekitar. Raffaele berhasil menghindarinya dan berhasil kabur.
"Sialan! Dia bisa selamat lagi." Umpatnya.
"Tapi siapa wanita yang bersamanya tadi? Tidak biasanya sekali dia membawa seorang wanita." Lanjut pria tersebut.
"Ronny." Panggilnya pada sang anak buah.
"Iya tuan Stevan?" Jawab Ronny.
"Kita pergi dari sini." Ucap Stevan.
...****...
Raffaele melempar kemejanya yang baru saja ia lepas ke arah ranjang dengan kesal. Pria itu terlihat sangat marah sekali saat ini.
Valeria seakan merasa terbunuh di atmosfer yang menyeramkan ini. Dingin dan mencekam. Ia takut menjadi pelampiasan kemarahan pria itu lagi. Cambukan kemarin masih sangat terasa di tubuhnya. Lukanya pun belum sepenuhnya hilang.
"Siapa yang berani menyusup dan memberikan serangan tadi! Kurang ajar!" Marah Raffaele, tangannya mengepal.
Pria itu mengangkat ponselnya saat mendapatkan sebuah panggilan masuk.
"Ya. Bagaimana? Kalian sudah mendapatkan informasi siapa yang memasuki kawasan kita?" Ujar Raffaele.
"Terus berjaga-jaga. Cari tau terus siapa orang yang menyusup itu!" Lanjutnya lagi.
Valeria hanya diam mematung dengan menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya bahkan saling bertaut dan bergerak tidak tenang.
Mata Raffaele melirik ke arah Valeria. "Kamu mau jadi patung berdiri di sana?"
"Obati luka di punggungku!" Titah Raffaele.
Awalnya Valeria bingung. Luka apa maksudnya? Karena ia melihat sejak tadi pria tersebut tak merasakan kesakitan apa pun.
Tapi, ketika ia melihat luka di punggung lebar dan berotot itu. Valeria baru menyadarinya.
"Cepat obati! Kamu tuli atau bagaimana?!" Bentak Raffaele sebab Valeria yang tak kunjung bertindak.
"Obatnya...obatnya ada dimana?" Balas Valeria gugup. Ia tak terbiasa mendapatkan bentakan, pada awalnya ia masih bisa membalas dengan suara keras juga. Tapi, semuanya berubah ketika ia mendapatkan beberapa hukuman dari Raffaele.
"Ada di laci itu. Ambil cepat dan obati aku!" Perintah si pria.
Saat tangan Valeria mulai mengoleskan obat merah pada punggung Raffaele yang luka itu. Sama sekali Valeria tak mendengar suara kesakitan dari pria tersebut. Ia heran, apakah pria yang memunggunginya sekarang ini sudah mati rasa? Padahal lukanya cukup besar juga.
Valeria meniup punggung luka Raffaele. Membuat pria tersebut berdesir dan meremang karenanya. Tindakan spontan yang dilakukan oleh Valeria tersebut memberikan efek lain pada tubuh Raffaele.
Seketika itu Raffaele membalikkan badan. Menahan pergelangan tangan Valeria yang akan kembali mengobatinya lagi. Dengan mata yang menggelap.
"Aku belum selesai mengobatinya." Ucap Valeria, tatapannya ke arah lain. Ia tak bisa bertatapan dengan pria di hadapannya ini.