NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

KEDATANGAN GINA KE RUMAH ALEA

Setelah Gina dan Rian selesai bersiap-siap, mereka turun ke ruang makan untuk sarapan bersama. Suasana di meja makan terasa canggung dan tegang. Keduanya makan dalam diam, sesekali saling melirik.

Setelah selesai sarapan, Rian bangkit dari kursinya dan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja. Ia menatap Gina dengan tatapan ragu.

"Kamu yakin mau ikut?" tanya Rian dengan nada khawatir.

Gina mengangguk mantap. "Tentu saja. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istrimu."

Rian menghela napas panjang. Ia tahu, ia tidak bisa lagi menghindar dari kenyataan. Ia harus menghadapi Alea dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.

"Baiklah," kata Rian sambil berjalan menuju pintu. "Ayo kita pergi."

Gina mengikuti Rian dari belakang. Ia merasa gugup dan bersemangat dalam waktu yang bersamaan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di rumah Rian nanti, tapi ia siap menghadapinya.

Mobil Rian berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Gina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Sebelum turun, ia menyempatkan diri untuk bercermin dan merapikan kembali riasannya.

Gina sadar betul, ia tidak bisa mengalahkan Alea dalam hal kecantikan alami. Alea memiliki aura anggun dan elegan yang sulit ditandingi. Namun, Gina memiliki senjata lain: penampilannya yang seksi dan berani.

Ia mengenakan gaun mini berwarna merah menyala yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Gaun itu dipadukan dengan sepatu hak tinggi berwarna senada yang membuat kakinya terlihat jenjang. Riasannya pun dibuat lebih tebal dan menonjolkan bibir merahnya yang penuh.

"Aku mungkin tidak secantik dia," gumam Gina dalam hati, "tapi aku akan membuatnya terintimidasi dengan penampilanku."

Setelah merasa cukup puas dengan penampilannya, Gina menoleh ke arah Rian dan tersenyum sinis. "Siap?" tanyanya.

Rian mengangguk pelan, lalu keluar dari mobil. Gina mengikutinya dari belakang, melangkah dengan percaya diri menuju pintu rumah Rian.

Saat Rian hendak melangkah menuju pintu, Gina tiba-tiba menarik tangannya. Dengan gerakan yang menggoda, Gina menarik tangan Rian dan meletakkannya di pinggangnya. Namun, ia sengaja mengarahkan tangan Rian agar posisinya lebih rendah, hampir menyentuh bagian belakangnya.

Gina tersenyum licik melihat Rian yang sedikit terkejut dengan tindakannya. Ia sengaja ingin memprovokasi Alea, menunjukkan bahwa Rian adalah miliknya.

"Kenapa?" tanya Rian dengan nada bingung.

"Jangan tegang begitu, sayang," bisik Gina sambil mengusap lembut leher Rian. "Kita kan hanya ingin berkunjung ke rumah istrimu."

Rian menghela napas panjang, mencoba untuk tetap tenang. Ia tahu, Gina sedang bermain-main dengannya. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah terlanjur menyetujui rencana Gina, dan ia harus bertanggung jawab atas keputusannya.

"Ayo," kata Rian sambil merangkul pinggang Gina dengan erat. "Kita masuk sekarang."

Gina tersenyum puas melihat Rian menuruti keinginannya. Ia melangkah dengan anggun menuju pintu rumah Rian, sambil memamerkan kemesraannya dengan pria itu.

Saat Rian hendak mengetuk pintu, Gina tiba-tiba menarik wajahnya dan mencium bibirnya dengan ganas. Ciuman itu penuh dengan nafsu dan gairah, membuat Rian kehilangan keseimbangan sejenak.

Namun, Gina tidak berhenti di situ. Tangannya mulai bergerak nakal, menyusup ke balik celana Rian dan memainkan area sensitifnya. Gina sengaja melakukan itu, ingin membangkitkan nafsu Rian dan membuatnya tidak bisa mengendalikan diri di depan istrinya.

Rian terkejut dengan tindakan Gina yang tiba-tiba. Ia mencoba untuk menghentikannya, tapi Gina semakin menjadi-jadi. Ia mencium Rian dengan lebih dalam, sambil terus memainkan area sensitifnya dengan lihai.

Napas Rian mulai tersengal-sengal, tubuhnya terasa panas dan tegang. Ia tahu, ia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Ia harus segera menghentikan Gina sebelum ia melakukan hal yang lebih gila.

Gina semakin gencar menggoda Rian, menolak untuk berhenti sampai pria itu benar-benar terpancing. Ia terus mencium Rian dengan penuh nafsu, sambil memainkan area sensitifnya dengan gerakan yang semakin menggoda.

Rian, yang awalnya berusaha menolak, akhirnya menyerah pada godaan Gina. Nafsunya yang sempat tertahan kini meluap-luap, membuatnya kehilangan kendali. Ia membalas ciuman Gina dengan lebih ganas, meremas bagian belakang wanita itu dengan erat.

Tanpa sadar, tangan Rian yang lain menyusup ke bawah bra Gina, meremas dada wanita itu dengan kasar. Gina mendesah nikmat, semakin bersemangat menggoda Rian.

Keduanya saling berciuman dan meremas dengan liar, seolah tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Mereka lupa, mereka sedang berada di depan rumah Rian, dan ada kemungkinan Alea melihat semua yang mereka lakukan.

Dari pos penjagaan, seorang satpam menyaksikan adegan panas antara Rian dan Gina dengan tatapan nanar. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, ia merasa tidak pantas mengganggu urusan pribadi majikannya. Di sisi lain, ia merasa risih melihat kemesraan yang terlalu vulgar di depan rumah.

Satpam itu hanya bisa berdiri terpaku di tempatnya, menyaksikan Rian dan Gina berciuman dan berpelukan dengan mesra. Ia berharap, adegan itu segera berakhir dan mereka segera masuk ke dalam rumah.

Dengan perasaan campur aduk, Pak Satpam meraih ponselnya dan menghubungi Bi Inah, asisten rumah tangga di rumah Rian. Ia berusaha bersikap setenang mungkin, menyembunyikan rasa canggung dan penasaran yang berkecamuk di dalam hatinya.

"Selamat siang, Bi," sapa Pak Satpam dengan nada formal. "Saya mau memberitahukan, Tuan Rian sudah datang. Sekarang ada di depan rumah."

Pak Satpam sengaja tidak menceritakan adegan yang baru saja ia saksikan. Ia tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadi majikannya, dan ia juga tidak ingin menyebarkan gosip yang tidak perlu.

"Oh, begitu ya, Pak," jawab Bi Inah dengan nada senang. "Baiklah, saya akan segera memberitahu Non Alea. Terima kasih, Pak."

Pak Satpam menghela napas lega setelah menutup telepon. Ia berharap, kedatangan Rian tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Ia hanya ingin menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa terlibat dalam drama keluarga majikannya.

Dengan langkah tergesa-gesa, Bi Inah menaiki tangga menuju kamar Alea. Setelah sampai di depan pintu kamar, ia mengetuk pelan.

"Non Alea," panggil Bi Inah dengan lembut. "Maaf mengganggu, Non. Ini Bi Inah."

Terdengar suara dari dalam kamar. "Masuk saja, Bi."

Bi Inah membuka pintu kamar Alea dan masuk dengan sopan. Ia melihat Alea sedang duduk di tepi tempat tidur sambil membaca buku.

"Maaf mengganggu, Non," kata Bi Inah sambil membungkuk hormat. "Tuan Rian sudah pulang, Non. Sekarang ada di depan rumah."

Alea mendongak, menatap Bi Inah dengan tatapan kosong. Ia tampak terkejut dengan berita itu.

"Rian sudah pulang?" tanya Alea dengan nada lirih. "Kenapa dia tidak memberitahuku?"

Bi Inah menggeleng pelan. "Saya tidak tahu, Non. Pak Satpam hanya memberitahu bahwa Tuan Rian sudah datang."

Alea terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. Ia menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja.

"Baiklah, Bi," kata Alea dengan nada pasrah. "Terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan segera turun."

Bi Inah mengangguk, lalu keluar dari kamar Alea. Ia merasa kasihan melihat Alea yang tampak sedih dan bingung. Ia berharap, kedatangan Rian tidak akan memperburuk keadaan.

Dengan langkah berat, Alea menuruni tangga menuju pintu depan. Jantungnya berdebar kencang, ia tidak tahu apa yang akan ia hadapi. Sesampainya di depan pintu, Alea menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.

Namun, begitu pintu terbuka, Alea langsung membeku di tempatnya. Matanya membelalak, mulutnya terbuka lebar, tidak percaya dengan pemandangan yang ada di hadapannya.

Di depan matanya, Rian dan Gina sedang berciuman dengan ganas. Tangan Rian meremas bagian belakang Gina, sementara tangan yang lain menyusup ke balik baju wanita itu. Gina pun tidak kalah agresif, membalas ciuman Rian dengan penuh nafsu.

Alea merasa seperti tersambar petir. Ia tidak pernah membayangkan, suaminya akan melakukan hal sekeji ini di depan rumahnya sendiri. Air mata mulai mengalir deras di pipinya, hatinya hancur berkeping-keping.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!