Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Fatur tumben malam-malam kemari!"
Farah ibu Fatur menghampiri putranya yang datang dan duduk di sofa.
"Bibir kamu kenapa!" Farah menyentuh wajah Fatur tapi pria membuang wajah.
"Gak apa-apa Mah," ucapnya berbohong, karena tidak ingin mamanya berburuk sangka dengan Sashy.
"Ngak kenapa-kenapa gimana, itu luka Fatur! Pasti Sashy yang melakukannya kan!" Ucap Farah dengan nada yang tidak suka.
"Ck, ngak apa-apa Mah cuma luka kecil. Lagian sudah bisa kalau luka dibibir dalam rumah tangga." Ucap Fatur masih membela Sashy.
Farah hanya berdecih, wanita itu tampak terlihat sekali sudah tidak menyukai Sashy.
"Dulu Mama memang merestui kalian, tapi setelah lama kalian menikah dan tidak memiliki keturunan, Mama jadi menyesal." Ucap Farah tanpa basa basi.
Fatur manatap mamanya dengan seksama, "Mah, Fatur mencintai Sashy, dan Fatur nggak menyesal menikahi nya." Tegas Fatur.
"Ck, kamu masih saja membela istrimu yang mandul itu, seharunya kamu memikirkan Celine yang sedang hamil anakmu." Farah menatap Fatur dengan tatapan tajam. "Dan cepat kamu urus perceraian kamu sebelum orang tua Celine datang dan mengetahui jika kamu masih punya istri sah!" Tekan Farah lagi.
Fatur mengusap wajahnya kasar, niatnya datang untuk meredam kekesalannya pada Sashy, tapi disini justru kepalanya semakin pusing dan kekesalannya makin bertambah.
"Mah, yang mama inginkan hanya cucu kan, jadi jangan menuntut Fatur untuk menceraikan Sashy. Fatur setuju menikah siri dengan Celine, karena wanita itu bersedia mengandung anak Fatur. Jadi Mama tidak perlu menuntut apapun dari Fatur, karena sampai kapanpun Fatur tidak akan pernah menceraikan Sashy, dan Sashylah yang akan merawat saat bayi itu lahir."
Brak
Suara benda jatuh mengalihkan perdebatan mereka, Celine berdiri mematung dengan linangan air mata. Paperbag ditangannya pun berhamburan di lantai. Celine menatap Fatur dengan tatapan kecewa.
"Ce-celine, kamu sudah pulang." Farah mendekati Celine, sedangkan Fatur tampak mendengus kesal.
"Mas, kamu tega sekali! Aku bukan mesin pencetak anak Mas, aku bukan wanita yang seenaknya kamu peralatan." Celine bicara dengan suara bergetar. Hatinya sakit mendengar ucapan Fatur yang hanya menginginkan anak darinya.
"Diawal sudah aku katakan, kita terikat karena aku menginginkan anak, bukan menginginkan dirimu." Ucap Fatur tanpa rasa bersalah. Fatur memang pria baji Ngan yang pernah ada di muka bumi ini.
"Fatur, tarik ucapan mu. Mama tidak suka kamu mengabaikan Celine, dan membela wanita mandul itu!" Tegas Farah dengan segala kekesalannya, matanya menyorot tajam.
Fatur yang malas berdebat pun, memilih meninggalkan keduanya, masuk kedalam kamarnya tanpa peduli tangisan Celine.
"Mah, Aku ngak rela. Kalau aku yang mengandung dan melahirkan, tapi wanita mandul itu yang akan merawat anakku. Jika seperti ini aku lebih baik pergi dan mengurus bayiku sendiri." Celine hendak pergi namun Farah menahannya dengan tatapan memelas.
"Celine, jangan pergi. Fatur hanya sedang kesal. Mungkin dia sedang bertengkar dengan Sashy. Mama tahu kamu bisa membujuknya dan melunakkan hatinya. Kamu harus lebih bersabar sayang. Mama tidak akan membiarkan kamu membawa cucu Mama." Ucap Farah dengan tatapan memelas.
Sedangkan Sashy dan ibunya tampak terisak dalam keheningan malam, Sashy sudah menumpahkan semua kesedihannya dalam pengakuan sang ibu. Meskipun ragu dan takut jika ibunya kepikiran dan berdampak pada sakit jantungnya.
"Sashy hanya ingin pisah Bu, Sashy ngak sanggup jika harus hidup seperti ini." Katanya dengan penuh keyakinan.
Halimah mengusap kepala putrinya yang sedang hancur, wanita mana yang mau di madu hanya karena belum mendapat kepercayaan memiliki keturunan. Karena sejatinya jodoh dan maut dimuka bumi ini adalah takdir yang sudah di garis kan dari yang maha kuasa.
"Maaf kan ibu yang tidak ada di saat kamu terpuruk nak." Lirih Halimah.
"Bukan salah ibu, semua sudah digariskan untuk ku jalani Bu," Sashy mengubah posisinya menjadi duduk, menatap ibunya dengan tatapan serius. "Sebenarnya aku juga sudah pergi dari rumah beberapa hari lalu Bu, dan aku sudah mengurus perceraian ku, tapi mas Fatur tidak ingin tanda tangan. Dan aku sudah muak dengannya." Tutur Sashy dengan tatapan sendu.
Halimah semakin merasakan sesak, putrinya sedang mengalami masalah rumah tangga yang begitu pelik, tapi dirinya justru tidak tahu apapun.
"Ibu, ibu mau kan ikut Sashy ke apartemen. Jujur Bu, Sashy sudah ngak bisa tinggal dengan mas Fatur." Katanya lagi menatap ibunya dengan memohon.
Halimah mengangguk, "Iya nak, kemanapun kamu pergi ibu akan ikut." Halimah tampak tak berdaya, dadanya berdenyut nyeri, namun sebisa mungkin ia tak menunjukan sakitnya didepan Sashy.
Bagaimana bisa ia tidak merasakan sakit saat putrinya mengalami masalah rumah tangga yang begitu menyedihkan. Di tuduh mandul dan suaminya menghamili wanita lain. Sungguh Halimah tak menyangka jika Fatur pria brengsek seperti itu.
Tanpa mengulur waktu Sashy membawa barang ibunya dan ia masukkan kedalam mobil lebih dulu, tapi saat ia kembali masuk matanya terbelalak lebar dengan wajah terkejut.
"Ibu!"
Jerit Sashy saat melihat ibunya tak sadarkan diri dilantai.