Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
persaingan
Malam itu menjadi malam yang panjang untuk Anaya.
"Kenapa juga aku mengangguk tadi? Arrggghh! Harusnya kuusir saja anak itu supaya aku bisa berduaan dengan Josh!" kata Anaya menggerutu di dalam kamarnya.
Apartemen Anaya mempunyai dua kamar tidur, satu ruang tamu, dapur, ruang kerja, ruang santai atau ruang keluarga, dan dua kamar mandi.
Biasanya, kamar tamu akan ditempati oleh Josh. Namun, sekarang kamar tamu itu menjadi milik Josh dan putrinya.
Sesekali, Anaya mengintip dari balik pintu kamarnya, mengecek apakah Josh sudah keluar dari kamar itu.
"Apa yang mereka lakukan? Lama sekali Josh di dalam kamar itu? Lagi pula, apa Josh tidak risih? Anaknya, kan bukan putri kandungnya?" Anaya kembali bertanya kepada dirinya sendiri sambil sekali lagi mengintip dari balik pintu.
Sampai hampir menjelang tengah malam, Anaya ketiduran di dalam kamarnya dan dia merasakan sesuatu yang hangat mendarat di keningnya.
Perlahan, gadis itu membuka kedua matanya, lalu dia memberengut. "Kau lama sekali, Josh!"
Josh tersenyum. "Sorry, Kanaya memang agak manja. Tangki cinta dia kosong karena ayahnya sering tidak hadir."
Suaranya serak dan setengah berbisik sehingga membuat bulu kuduk Anaya meremang dan sialnya, Josh melihat pemandangan itu.
"Kau menginginkanku, ya?" tanya Josh lembut di telinga Anaya.
Wajah Anaya memerah, lalu bibirnya kembali ditekuk. "Aku menunggu terlalu lama dan aku bosan!"
Josh terkekeh dan mengecup bibir gadis yang kini menjadi kekasihnya itu. "Maafkan aku, Baby."
Kecupan Josh tadi seperti sengatan listrik untuk Anaya.
Bagaimana tidak, tiga bulan dia menahan rindu untuk tidak bertemu dengan pria yang baru saja menyandang gelar duda itu.
Tanpa ragu, Anaya mengalungkan kedua lengannya di leher Josh dan menariknya untuk berbaring di ranjang.
"I Miss you, Josh." Kecupan itu segera berubah menjadi cumbuan panas yang semakin liar.
Josh pun seperti tak mau kalah. Dia mengimbangi permainan lidah Anaya dengan cukup lihai.
Tangannya mulai bergerilya ke dalam piyama satin Anaya.
Gadis itu pun melenguh saat kulit Josh bersentuhan langsung dengan tubuhnya.
Pendingin ruangan di kamar Anaya, kini harus bekerja keras untuk mendinginkan dua manusia yang sedang dilanda gelombang cinta yang panas membara.
Di tengah-tengah aktivitas fisik mereka, tiba-tiba saja pintu kamar Anaya terbuka.
"Uncle, kau sedang apa? Kenapa kau pindah?" Kanaya berdiri di ambang pintu sambil menggaruk-garuk kedua matanya.
Anaya segera turun dari atas tubuh Josh dan menutupi tubuhnya dengan selimut. "K-Kanaya? Kau belum tidur?"
Josh yang sudah menanggalkan celana tidurnya harus memakai kembali piyamanya di dalam selimut dan menghampiri putri sambungnya.
"Kak, kenapa bangun? Masih malam, lho." Josh mengusap rambut Kanaya dengan penuh kasih.
Kanaya memeluknya erat. "Aku mimpi buruk, Uncle. Temani aku sampai pagi, ya."
"Kakak kembali ke kamar dulu, nanti aku menyusul," kata Josh dengan pasrah.
Selepas kepergian Kanaya, Josh merangkak kembali ke ranjang dan mencumbu Anaya. "Duty call. Maaf."
Anaya memalingkan wajahnya. "Cih! Tanggung, lho! Kan, tidak enak kalau ditinggal di tengah!"
Josh tertawa lembut. "Aku tau. Kalau anak itu sudah tidur, aku akan ke-, ...,"
"Uncle!" Terdengar suara Kanaya memanggil dari arah kamar tamu.
"Aku akan kembali secepatnya. Aku janji," kata Josh dan sebelum dia pergi, dia kembali mengecup bibir Anaya.
Namun, Josh tak kunjung kembali sampai pagi. Keesokan harinya, Anaya terbangun dengan kepala berat.
Dia segera mandi dan bercermin. Ada kantung mata tebal di bawah matanya. "Aku tidak bisa tidur karena gadis manja itu! Cih, menyebalkan!"
Dengan langkah berat, dia keluar kamar menuju meja makan.
Suara canda tawa riang terdengar dari ruangan itu. Anaya masuk dan melihat pemandangan yang membuat api di hatinya berkobar-kobar.
"Morning, Babe," sapa Josh tersenyum, lalu dia berjalan menghampiri Anaya dan memberikan kecupan selamat pagi di kening gadis itu.
Anaya menyipitkan matanya, memandang tajam pada Kanaya yang langsung menggelendot manja di pelukan Josh.
"Kapan kau pulang, Kanaya?" tanya Anaya tajam.
Kanaya mendongak, memandang Josh, dan mengharapkan bantuan dari ayah angkatnya.
"Ehem! Mungkin dia akan bersamaku sampai akhir pekan ini, Nay," jawab Josh.
Seperti ada petir menyambar di dalam apartemen Anaya pagi itu. Dia terdiam mendengar jawaban Josh.
"Di sini?" tanya Anaya singkat.
Josh mengangguk. "Ya, karena aku tidak ingin jauh darimu, Sayang."
Anaya mendengus dan berkacak pinggang. "Wah! Wah! Bagaimana bisa? Maksudku, paling tidak, ibunya harus tau kalau anaknya ada di sini!"
"Celline sudah tau, Nay. Aku yang memberitahukan dia tadi malam," kata Josh tenang. "Duduklah! Kita sarapan bersama. Aku akan menyusulmu ke kantor karena aku harus mengantar Putri cantikku dulu pagi ini."
Kanaya mendongak lagi ke arah Josh dan tersenyum. Sudut matanya melirik ke arah Anaya dan tersenyum janggal.
"Cih, kita lihat saja siapa yang menang kali ini!" Anaya balas memandang anak gadis 12 tahun itu dengan sinis.
Satu hal yang baru saja dia sadari, memutuskan untuk berpacaran dengan Josh artinya akan selalu ada gangguan dari makhluk kecil yang kini berada di dalam dekapan Josh.
***